Nationalgeographic.co.id — Studi baru dari Tohoku University menemukan bahwa bayi yang lahir dari ayah yang lebih tua menangis secara berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa tangisan bayi dapat berfungsi sebagai penanda perkembangan bayi.
Menurut penelitian tersebut, perubahan tangisan pada bayi dapat mengindikasikan risiko gangguan spektrum autisme atau gangguan perkembangan saraf lainnya. Para peneliti mengetahui bahwa anak-anak dengan gangguan ini menunjukkan pola menangis tertentu.
Namun, para ilmuwan tidak sepenuhnya memahami apa yang membuat pola tangisan anak-anak ini berbeda. Studi terbaru menunjukkan bahwa usia ayah yang lanjut merupakan faktor risiko gangguan perkembangan saraf dan menurunkan berat badan pada keturunannya.
Laporan studi tersebut telah diterbitkan di iScience yang merupakan jurnal akses terbuka. Makalah tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "Advanced paternal age diversifies individual trajectories of vocalization patterns in neonatal mice."
Seperti diketahui, tangisan bayi adalah bentuk komunikasi yang digunakan untuk menarik perhatian pengasuh orang dewasa, dan setiap bayi menangis dengan cara yang sama tetapi berbeda.
Para peneliti telah mempelajari perilaku vokal bayi tikus, yang disebut pups, untuk menentukan bagaimana usia ayah memengaruhi komunikasi vokal dan perkembangan berat badan anak-anaknya. Studi mereka akan membantu mereka lebih memahami perkembangan vokal pada bayi manusia.
Untuk lebih memahami hubungan antara usia ayah dan perilaku vokal pada anak mereka, tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Noriko Osumi, Fakultas Kedokteran Tohoku University telah melakukan penelitian, menggunakan tikus, untuk menentukan bagaimana penuaan ayah memengaruhi perilaku vokal keturunan.
Salah satu temuan utama tim adalah bahwa usia ayah yang lanjut menyebabkan perubahan pada perilaku vokal awal dan meningkatkan jumlah keturunan dengan pola perkembangan atipikal.
"Fitur vokal pups yang lahir dari ayah yang sudah tua ini mirip dengan pups dari tikus model gangguan spektrum autisme. Selain itu, pups yang lahir dari ayah muda menunjukkan repertoar yang kaya, sementara mereka yang lahir dari ayah yang sudah tua menunjukkan repertoar yang terbatas," kata Profesor Osumi .
Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah mempelajari vokalisasi ultrasonik pada tikus untuk mempelajari lebih lanjut tentang neurobiologi komunikasi vokal.
Baca Juga: Kondisi Stres Ibu Saat Hamil Terkait dengan Emosi Negatif pada Bayi
Baca Juga: Ternyata Inilah Cara Cerdas Bayi Baru Lahir Untuk Mengenali Ibu Mereka
Baca Juga: Mengapa Kotoran Bayi Banyak Mengandung Mikroplastik daripada Kita?
Mereka tahu bahwa ketika seekor pups dipisahkan dari induknya dan teman-temannya, ia mengeluarkan vokalisasi ultrasonik yang terdiri dari berbagai elemen suara. Ketika induk mendengar suara-suara ini, dia merespons dengan datang untuk mengambil pups. Jenis perilaku pada tikus ini mirip dengan bayi dan ibu manusia.
Tim peneliti Tohoku University melakukan serangkaian analisis komputasi vokalisasi ultrasonik, membandingkan pups betina yang dikawinkan dengan jantan muda dan betina yang dikawinkan dengan jantan yang lebih tua.
Mereka memisahkan pups dari induknya dan teman-temannya, satu per satu, dan merekam vokalisasi ultrasonik yang terjadi. Kemudian peneliti menganalisis sonogram vokalisasi ultrasonik menggunakan alat pembelajaran mesin.
Analisis mereka menunjukkan bahwa pada pups dengan ayah usia lanjut, suku kata berkurang dalam jumlah dan durasi. Komposisi suku kata juga diubah, dengan repertoar suku kata yang lebih terbatas pada pups dengan ayah usia lanjut.
Selain itu, mereka mengukur berat badan, membandingkan bobotnya, tim menemukan bahwa anak-anak tikus dengan ayah usia lanjut memiliki kenaikan berat badan yang secara konsisten lebih rendah daripada anak-anak tikus dengan ayah muda.
Dalam masyarakat modern di mana manusia menikah dan melahirkan pada usia yang lebih tua, usia ayah yang lanjut dapat mewakili faktor risiko gangguan perkembangan saraf.
Temuan ini menegaskan kembali bukti klinis bahwa usia ayah yang lanjut merupakan faktor risiko untuk perkembangan atipikal yang diamati pada anak-anak dengan gangguan perkembangan saraf. Ini juga menunjukkan bahwa efek usia ayah yang lanjut dapat dideteksi pada awal masa bayi.