Mengapa Tembakau Sangat Adiktif, Menyebabkan Ketagihan dan Kecanduan?

By Ricky Jenihansen, Minggu, 16 Oktober 2022 | 15:30 WIB
Merokok tembakau dapat membuat ketagihan. (Pixabay)

 Baca Juga: Kisah Rokok Tembakau Tiba di Nusantara dan Peleburannya dengan Rempah

 Baca Juga: Studi: Merokok Membuat Wajah Seseorang Terlihat Lebih Tua

Merokok kronis meningkatkan jumlah reseptor nikotin di otak, yang menjelaskan mengapa perokok yang kecanduan memiliki "miliaran lebih banyak reseptor ini daripada yang bukan perokok."

Jika seseorang merokok secara teratur selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun, otak mereka akan terbiasa dengan nikotin sampai pada titik di mana, pada akhirnya, mereka membutuhkan nikotin untuk dapat bekerja dengan baik, kata Ledgerwood.

Selama periode ketika individu yang kecanduan tidak merokok, mereka mungkin mengalami gejala ketagihan fisik sampai otak mereka dapat menyesuaikan diri dengan tidak adanya nikotin. Gejala tersebut termasuk ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, insomnia, depresi dan kurang nafsu makan, menurut NCI.

Banyak perokok berjuang untuk menghentikan kebiasaan merokok. (Javier Corso)

Ini, di antara faktor-faktor lain, menjelaskan mengapa begitu banyak perokok berjuang untuk menghentikan kebiasaan itu, kata Ledgerwood.

"Tambahkan efek fisiologis ini bahwa rokok legal, tersedia di pompa bensin atau toko sudut mana pun, dan masih dapat dihisap di banyak lokasi berbeda, menjadi sangat sulit bagi seseorang yang ingin berhenti merokok untuk melakukannya," tambah Ledgerwood.

Orang yang mulai menggunakan produk tembakau saat anak-anak atau remaja mungkin merasa sangat sulit untuk berhenti, karena paparan nikotin dapat mengganggu perkembangan otak, menurut FDA.

Dan perokok muda mudah terpikat. Studi pencitraan otak telah menunjukkan bahwa sementara sistem penghargaan di otak matang lebih awal, pusat kendali di korteks prefrontal matang perlahan, menurut laporan 2012 yang diterbitkan awalnya di Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine.

"Dibandingkan dengan orang dewasa, remaja umumnya lebih termotivasi oleh penghargaan, kurang menghindari risiko, dan lebih mudah dipengaruhi oleh teman sebaya," menurut laporan tersebut.