Nationalgeographic.co.id—Bela diri dahulu jadi alat untuk memperjuangkan azas perlawanan atas penjajahan. Sebut saja Pencak Organisasi (PO) yang lahir dari semangat perlawanan rakyat di Lumajang, Jawa Timur.
Mayjen Raden Imam Soedja’i merupakan ketua Sarekat Islam di Lumajang yang menjabat sekitar tahun 1925. Ia merupakan tokoh penting yang melestarikan seni bela diri pencak silat di sana.
Merupakan anak dari keluarga berada, ayahnya seorang ambtenaar—pegawai sipil Hindia Belanda—ia dapat mengenyam pendidikan di sekolah Belanda, Holland Inlandsche School (HIS).
Imam Soedja’i mendapatkan ilmu pencak silat dengan mengembara ke daerah-daerah dan menekuni ilmu pencak dari Eyang Kusumo yang juga keluarga besarnya bermukim di Bandung. Silat pada akhirnya berkembang pesat di Lumajang.
Dari sekian banyak perguruan silat di Lumajang, Imam Soedja'i memiliki gagasan gemilang. "Bermacam perguruan pencak silat tersebut disatukan oleh organisasi pergerakan yakni Partai Sarekat Islam Lumajang," tulis Dimas Dwi Novian dan Artono.
Mereka menulisnya dalam jurnal Avatara berjudul "Perkembangan Perguruan Silat Seni Beladiri Pencak Organisasi (PO) di Kabupaten Tuban Tahun 1990 – 2021" yang diterbitkan pada tahun 2022.
Sarekat Islam di Lumajang secara resmi mendirikan suatu organisasi perguruan silat yang bernama “Pencak Organisasi (PO)”, diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1927.
Gagasan untuk melahirkan Pencak Organisasi barangkali lahir karena pergaulannya dengan tokoh-tokoh nasionalis bangsa, sebut saja Soekarno hingga Tjokroaminoto. Ia kemudian merintis semangat perjuangan dari persatuan perguruan silat.
"Seiring berjalannya waktu, Pencak Organisasi berkembang di berbagai daerah di Indonesia, satu diantaranya ialah Kabupaten Tuban," tambahnya.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Kho Ping Hoo, Maestro Cerita Silat Indonesia
Baca Juga: Bejing Memiliki Legenda Kungfu Jet Li, Siapa Legenda Silat Tangerang?
Baca Juga: Kekuatan Para Pemain Debus di Indonesia: Setara dengan Paku dan Parang
Dalam satu naungan Pencak Organisasi oleh Sarekat Islam, lahir petarung-petarung bermental baja dalam melawan penjajahan di tanah Lumajang dan beberapa wilayah lainnya di Jawa Timur.
Kebersamaannya dengan anak-anak perguruan silatnya juga menjadi momentum bagi Imam Soedja’i untuk menyerukan semangat perlawanan terhadap determinasi kolonial yang mengekang, khususnya di daerah Lumajang dan sekitarnya.
Berdasar pada semangat persatuan, beberapa kali pertempuran lokal dengan tentara kolonial terjadi. Mentalitas dan motivasi untuk keluar dari penjajahanlah yang semakin menguatkan fondasi pejuang-pejuang silat untuk melawan Belanda.
Berkat andil besarnya melahirkan pemuda-pemuda silat bermental baja, organisasi ini semakin digemari oleh masyarakat dan berkembang pesat, bahkan hingga hari ini.