Menelisik Jejak Akhir Perang Dunia Kedua yang Berkecamuk di Balikpapan

By Lastboy Tahara Sinaga, Selasa, 18 Oktober 2022 | 08:00 WIB
Aligator berawak Amerika saat pendaratan pasukan Australia di Balikpapan, Kalimantan. Asap dari reruntuhan posisi musuh dan sumur minyak yang terbakar terlihat di latar belakang. Instalasi pantai menjadi sasaran pemboman angkatan laut yang intensif sebelum operasi pendaratan. (Australian War Memorial)

Nationalgeographic.co.id—Perang Dunia Kedua merupakan perang paling brutal dan mematikan. Melibatkan lebih dari 100 juta pasukan militer, pertempuran ini juga dikenal sebagai perang terluas dalam sejarah. Indonesia, meskipun tidak terlibat dalam perang global itu, sebagian wilayahnya turut menjadi medan pertempuran. Salah satunya adalah Balikpapan, Kalimantan Timur.

Balikpapan merupakan medan pertempuran terakhir di kawasan Pasifik. Jejaknya dapat kita lihat di Tugu Australia yang menjulang di Jalan Sudirman, tepat di depan Lapangan Merdeka. Tugu ini didirikan oleh pemerintah Australia untuk mengenang para serdadu yang tewas dalam Pertempuran Balikpapan, Juli 1945.

Tugu Australia di Balikpapan yang dibangun untuk mengenang para serdadu yang tewas saat membebaskan Balikpapan dari pendudukan Jepang. (Lastboy Tahara S.)

Pada minggu-minggu awal Perang Pasifik, Jepang dengan cepat menaklukkan Kalimantan. Sejak 1942, pasukan negeri matahari terbit telah bercokol di Balikpapan, wilayah strategis yang kaya simpanan minyak bumi. Keuntungan sumber daya itu dimanfaatkan Jepang untuk memenuhi kebutuhan perang selama Perang Dunia Kedua berkecamuk.

Operasi OBOE dan Penyerbuan Balikpapan

Australia kemudian melancarkan operasi militer selama 1 Mei hingga 30 Agustus 1945 untuk membebaskan Kalimantan dari pendudukan Jepang. Nama sandi militernya adalah OBOE, serangkaian serangan amfibi antara 1 Mei dan 21 Juli oleh Korps I Australia, di bawah Letnan Jenderal Leslie Morshead.

Operasi ini mencapai puncaknya dalam OBOE DUA, yaitu serangan amfibi di Balikpapan yang sekaligus operasi Sekutu skala besar terakhir dalam Perang Dunia Kedua. Menurut Australian War Memorial, Divisi Ketujuh Australia mendarat di pagi hari tanggal 1 Juli 1945. Ini adalah pertama kalinya divisi itu bertempur secara keseluruhan.

Dalam laporan situs Royal Australian Navy, militer Australia mengerahkan lebih dari 33.000 personel untuk melawan Jepang. Pasukan dalam serangan itu termasuk lebih dari 21.000 orang dari Divisi Ketujuh Australia dan 2.000 personel Angkatan Udara Kerajaan Australia (RAAF). Sementara di pihak Sekutu terdiri dari 2.000 orang Amerika Serikat dan unit Hindia Belanda.

Pembom RAAF Liberator di Balikpapan, Juni 1945. Fasilitas minyak yang mereka bom terbakar di bawah mereka. (Australian War Memorial)

Satu dari lima senjata pertahanan pantai Jepang selama masa Perang Dunia Kedua di Balikpapan. (Australian War Memorial)

Operasi dimulai dengan pengeboman laut Balikpapan dan melenyapkan pertahanan pantai Jepang. Ketika itu, Balikpapan dipertahankan oleh sekitar 5.000 kekuatan gabungan Jepang. Mereka terdiri dari 2.000 tentara Jepang reguler dan sekitar 3.000 penduduk lokal wajib militer. Kisah singkat penyerbuan Balikpapan dapat kita simak di plakat tembaga di depan Tugu Australia dengan tajuk “Balikpapan and Australia 1945”.

“Pemboman pendahuluan selama 20 hari dari pihak Sekutu telah menghancurkan pantai pihak Jepang dan dengan demikian pada waktu senja, pasukan Australia telah dapat maju dua kilometer ke arah pedalaman,” demikian kisah dalam plakat itu.