Menelisik Jejak Akhir Perang Dunia Kedua yang Berkecamuk di Balikpapan

By Lastboy Tahara Sinaga, Selasa, 18 Oktober 2022 | 08:00 WIB
Aligator berawak Amerika saat pendaratan pasukan Australia di Balikpapan, Kalimantan. Asap dari reruntuhan posisi musuh dan sumur minyak yang terbakar terlihat di latar belakang. Instalasi pantai menjadi sasaran pemboman angkatan laut yang intensif sebelum operasi pendaratan. (Australian War Memorial)

Setelah operasi OBOE 2 selesai, pemerintah Australia mendirikan tugu peringatan Australian Imperial Force (AIF) untuk mengenang para serdadu yang tewas saat pembebasan Balikpapan. Warga menyebutnya dengan "Tugu Australia". Bangunannya menjulang dengan pedang logam di atasnya. Kini, pedang itu telah lenyap, diganti dengan lukisan pedang berwarna hitam.

Baca Juga: Nyaris Terlupakan, Balikpapan Menandai Pertempuran Akbar Penutup PD II

Baca Juga: 'Kapal-Kapal Hantu' Perang Dunia II Muncul di Pasifik Setelah Erupsi

Baca Juga: Karena Berhasrat Menjajah Kembali, Belanda Dipojokkan Sekutu dan Dunia

Pada 1998, di bagian depan tugu dibangun plakat tembaga yang memaparkan kisah singkat Penyerbuan Balikpapan 1945. Ross J. Bastian memahatnya dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Paragraf terakhirnya mengisahkan hubungan baik Indonesia dan Australia setelah perang. Berdiri sebagai negara yang bertetangga, keduanya meningkatkan pertukaran di bidang kebudayaan, pendidikan, dan ekonomi.

“Kedua negara tersebut sekarang hidup dengan damai dan rakyatnya akan selalu mengingat mereka yang telah mengorbankan jiwanya untuk mencapai tujuan tersebut,” demikian narasi akhir dalam plakat.

Kisah kemudian ditutup dengan kata “Lest We Forget”. Menukil laman Anzac Portal, frasa itu dipinjam dari sebuah baris dalam puisi terkenal karya Rudyard Kipling yang ditulis pada abad ke-19. Warga Australia mengucapkan atau menuliskannya dalam peringatan untuk mengingat jasa dan pengorbanan orang-orang yang telah berjasa dalam perang, konflik, dan operasi penjaga perdamaian.