Menelisik Jejak Akhir Perang Dunia Kedua yang Berkecamuk di Balikpapan

By Lastboy Tahara Sinaga, Selasa, 18 Oktober 2022 | 08:00 WIB
Aligator berawak Amerika saat pendaratan pasukan Australia di Balikpapan, Kalimantan. Asap dari reruntuhan posisi musuh dan sumur minyak yang terbakar terlihat di latar belakang. Instalasi pantai menjadi sasaran pemboman angkatan laut yang intensif sebelum operasi pendaratan. (Australian War Memorial)

Pasukan Divisi Ketujuh Australia mendarat dengan LCVP (Landing Craft Vehicle Personel). (Australian War Memorial)

Balikpapan baru terbebaskan pada keesokan harinya. Akan tetapi, kedua lapangan terbang di sebelah timur baru dikuasai pada 9 Juli. Setelah itu, pertempuran masih berlanjut selama lebih dari dua minggu di sebelah utara dan barat. Di sana, mereka menghadapi perlawanan sengit dari pasukan Jepang yang berlindung dalam parit.

Setelah serangkaian operasi militer, pertempuran antara pasukan Australia dengan Jepang berakhir pada 14 Agustus 1945. Operasi OBOE 2 mengakibatkan sebanyak 229 serdadu dari Divisi Ketujuh Australia tewas saat membebaskan Balikpapan. Sementara di pihak Jepang, sebanyak 2.032 serdadu tewas dan 64 lainnya ditangkap sebagai tawanan perang.

OBOE 2, Salah Satu Operasi Kontroversial Australia

OBOE 2 merupakan kisah sukses amfibi Australia selama Perang Dunia Kedua. Namun, operasi ini sekaligus menjadi salah satu operasi yang kontroversial. Menurut Australian War Memorial, banyak perwira tinggi yang menganggap bahwa penyerbuan ini tidak sehat secara strategis.

Australia bersama Sekutu awalnya memiliki enam operasi OBOE untuk melawan Jepang. Target penyerbuannya adalah Tarakan (OBOE 1), Balikpapan (OBOE 2), Banjarmasin (OBOE 3), Surabaya dan Batavia (OBOE 4), kawasan Hindia Belanda di timur (OBOE 5), dan Borneo Utara Britania, sekarang Sabah (OBOE 6). Akan tetapi, hanya tiga operasi OBOE yang akhirnya dilancarkan.

Satu keluarga Jawa sedang memandang tugu peringatan Australian Imperial Force (AIF) di Balikpapan. Foto dipotret oleh Letnan Prior pada 4 Januari 1946. (Letnan Prior/Australian War Memorial)

Dinukil dari situs Royal Australian Navy, serangan Sekutu yang semakin dekat ke Jepang menyebabkan OBOE tiga, empat, dan lima dibatalkan. Tiga pendaratan amfibi yang tersisa diberi nama sandi: OBOE satu, penyerbuan Tarakan; OBOE enam, penyerbuan Borneo utara di Labuan dan Brunei; dan OBOE dua, penyerbuan Balikpapan.

Tiga wilayah itu dipilih demi kepentingan aset strategis dan keuntungan bagi Sekutu. Namun, serangan ke Balikpapan (OBOE dua), mendapat pertentangan dari Panglima Tertinggi Australia, Jenderal Thomas A. Blamey. Ia melihat tidak ada pembenaran untuk menyerang Balikpapan.

Australian War Memorial melaporkan, Blamey kemudian menyarankan pemerintah Australia untuk menarik dukungannya terhadap OBOE 2. Namun, Jenderal Douglas MacArthur, Panglima Wilayah Pasifik Barat Daya, yang telah merancang operasi OBOE, memutuskan penyerbuan ke Balikpapan tetap dilanjutkan.

Plakat tembaga yang berkisah tentang Penyerbuan Divisi Ketujuh Australia ke Balikpapan. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)

Tugu Australia dan Kisah Hubungan Baik Indonesia-Australia