Daftar Kaisar Romawi yang Meninggal Mengenaskan di Tangan Musuhnya

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 15 Oktober 2022 | 15:00 WIB
Menjadi kaisar Romawi bukanlah tugas yang mudah. Hanya satu dari empat kaisar yang meninggal karena penyebab alami. Sebagian besar tewas mengenaskan di tangan musuhnya. (Peter Janssen/Wikimedia)

Nationalgeographic.co.id - Menjadi seorang kaisar di zaman Romawi kuno bukanlah tugas yang mudah. Meski posisi ini diinginkan oleh banyak orang, tidak sedikit kaisar yang mati mengenaskan. Hal ini diungkapkan oleh Joseph Saleh, peneliti teknik kedirgantaraan. Dari 14 Masehi hingga 395 Masehi, 43 dari 69 penguasa Romawi (62%) meninggal dengan kejam. Kaisar Romawi cenderung mengalami kematian yang kejam. Berikut daftar kaisar Romawi yang meninggal dengan mengenaskan di tangan musuhnya.

Caracalla dan Geta (198-217 Masehi)

Menurut catatan sejarah, Caracalla merupakan kaisar yang biadab dan menghalalkan segala cara untuk berkuasa. Setelah memerintah Romawi selama beberapa tahun bersama ayahnya, Septimius Severus, Caracalla mengambil alih Kekaisaran Romawi bersama dengan adiknya, Geta.

Kekuasaan dan persaudaraan ini tidak berlangsung lama. Setelah gagal membunuh Geta selama festival Saturnalia, Caracalla memerintahkan perwira membantai sang adik. Seakan masih belum cukup kejam, Geta dibantai saat berada di pelukan sang ibu.

Caracalla sendiri kemudian dibunuh pada tahun 217 oleh seorang pria yang saudaranya menjadi korban kesadisan sang kaisar. Saat itu, ia berhenti di sisi jalan saat dalam perjalanan ke Edessa. “Ia tewas di tangan Julius Martialis, salah satu pengawalnya, dengan satu tebasan,” tulis Ilia Blinderma di laman Open Culture.

Joannes (423-425 Masehi)

Tidak banyak catatan sejarah yang dituliskan tentang kaisar yang satu ini. Joannes tampaknya adalah seorang kaisar dengan beberapa kemampuan yang merugikannya. Ia gagal menciptakan cengkeraman kuat di kekaisaran.

Procopius, seorang cendekiawan antik, menyebutnya “baik lembut dan diberkahi dengan kebijaksanaan.” Menurut cendekiawan itu, Joannes benar-benar mampu melakukan perbuatan yang berani.

Pada tahun 425, tentara kekaisaran timur menangkapnya dan memotong tangannya. Sang kaisar ditempatkan di atas seekor keledai untuk diarak dan diejek di sebuah hippodrome. Setelah menderita penghinaan yang tiada tara, Joannes pun mati dipenggal.

Commodus (177-192 Masehi)

"Commodus seharusnya bisa menjadi kaisar yang patut dicontoh, melihat dari keluarga mana ia berasal," tambah Blinderman. Baik kakek dan ayahnya adalah kaisar sebelumnya. Bahkan ayahnya, Marcus Aurelius, dipuji sebagai salah satu dari Lima Kaisar Baik di Kekaisaran Romawi.

Commodus, bagaimanapun, tidak mewarisi kecenderungan filosofis ayahnya maupun kecerdasan politiknya. Untuk mengakhiri pemerintahan yang dilanda perselisihan politik, Commodus membiarkan dirinya menjadi korban megalomania yang merusak.

 Baca Juga: Catatan Sejarawan Kuno yang Ungkap Penghinaan Persia Pada Romawi

 Baca Juga: Kaisar Romawi Commodus: Penguasa Korup yang Suka Membunuh Orang Cacat

 Baca Juga: Era Lima Kaisar Baik: Puncak Kemakmuran dan Kekuasaan Romawi

Setelah Roma dilanda kebakaran besar, Commodus menyatakan dirinya sebagai Romulus baru. Ia secara resmi mendirikan kembali kota tersebut dengan nama baru Colonia Lucia Annia Commodiana.

Namun, penggantian nama kota utama kekaisarannya tidak cukup dan Commodus terpaksa mengganti nama bulan dalam setahun dengan namanya. Menjelang akhir Desember 192, Commodus diracuni oleh selirnya, tetapi ia memuntahkan racun itu. Namun akhirnya sang kaisar yang menganggap dirinya titisan Hercules itu tewas dicekik di bak mandinya.

Valerian (253-259 Masehi)

Jika kematian Joannes dianggap melanggar hak asasi manusia, kisah Kaisar Valerian ini lebih mengenaskan.

Lactantius, seorang penulis Kristen awal, mengeklaim Valerian ditangkap oleh raja Persia Shapur I. Sang kaisar kemudian digunakan sebagai tumpuan kaki untuk membantu penguasa Persia itu menaiki kudanya.

Valerian kemudian menawarkan Shapur sejumlah besar uang sebagai imbalan atas kebebasannya. Ada dua versi tentang apa yang terjadi selanjutnya. Yang pertama, Shapur merasa terhina atas tawaran Valerian yang sangat sedikit. Sebagai balasan, ia menuangkan emas cair ke tenggorokan mantan kaisar itu.

Yang kedua, Shapur yang merasa terhina, menguliti Valerian dan kemudian mengisinya dengan jerami untuk dipajang.

Untungnya, ada catatan sejarah yang bertentangan dengan apa yang dilaporkan oleh Lactantius. Beberapa sejarawan percaya bahwa Valerian tidak digunakan sebagai furnitur atau wadah emas. Ia menjalani kehidupan yang tenang dengan beberapa prajuritnya di kota Persia yang tidak diketahui pasti tepatnya.