Bahan Bakar Alternatif SMA di Bali Ini Bisa Bantu Kurangi Emisi Karbon

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 19 Oktober 2022 | 16:15 WIB
Juara 1 Toyota Eco Youth ke-12 SMA Negeri Bali Mandara. Mereka mengembangkan inovasi untuk membuat bahan bakar alternatif dari tanaman sorgum. (Afkar Aristoteles Mukhaer/National Geographic Indonesia)

 

Nationalgeographic.co.id - Setelah penjurian panjang, kompetisi proyek sains antarsekolah Toyota Eco Youth ke-12 akhirnya mengumumkan juaranya dari 25 finalis. Juara pertama adalah SMA Negeri Bali Mandara, diikuti SMA Negeri 5 Yogyakarta, dan SMA Negeri Unggul Seribu Bukit.

Acara penghargaan tersebut berlangsung pada Selasa 18 Oktober 2022 di Dome Senayan Park, Jakarta. Di sela-sela acara penghargaan itu pula, para perwakilan sekolah juga memamerkan proyek mereka. Tak segan-segan, mereka mengenalkan kepada para pengunjung temuan dan inovasi mereka terkait solusi penurunan karbon.

"Saya harapannya kalau bisa semuanya adalah juaranya," kata Muhammad Faisal, founder Youth Laboratory Indonesia yang menjadi salah satu juri kompetisi.

"Apa yang mereka (para finalis) lakukan sebenarnya di atas kemampuan anak-anak SMA. Saya terkesan dengan apa yang mereka buat untuk menjaga lingkungan ini dan semangat sains mereka."

SMA Negeri Bali Mandara dari Kabupaten Buleleng, Bali, membuat proyek berjudul Pemanfaatan limbah tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) sebagai alternatif bahan bakar padat yang ramah lingkungan dengan konsep Circular Economy. Timnya terdiri dari Putu Darma Yasa, Ni Kadek Karina Dewi, dan guru pembina I Wayan Madiya.

Temuan mereka muncul karena keresahan atas tingginya karbon yang dihasilkan dari rumah tangga, kegiatan keagamaan, dan rumah makan. Warga sekitar mereka masih menggunakan arang sebagai bahan bakar. Karbon yang dihasilkan mencapai 6.228 per kilogram arang.

"Untuk itu kami membuat solusi ini dengan limbah tanaman sorgum yang keberadaannya melimpah di Kabupaten Buleleng," kata Karina. 

"Tanaman sorgum telah menjadi icon di kabupaten kami. Kami mau menyelesaikan masalah kami dengan kearifan lokal kami, Kak. Sehingga kami membuatnya jadi bio-briket yang lebih ramah lingkungan. Bahan bakunya dari limbah batang dan daun tanaman tersebut," Darma menambahkan.

Baca Juga: Anak Muda Indonesia Punya Segudang Inovasi untuk Karbon Netral

Baca Juga: Pelajaran Perjalanan: Perpaduan Alam dan Insan di T.N. Baluran

Baca Juga: Wahai Anak Muda, Indonesia Menanti Langkahmu untuk Netralitas Karbon

Baca Juga: Bahan Bakar Hidrogen Surya Hijau: Harapan Transisi Energi Kita?