Studi Baru: Makanan fermentasi dan Serat Dapat Menurunkan Stres

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 31 Oktober 2022 | 10:00 WIB
Ilustrasi makanan fermentasi (Baloncici / shutterstock)

Nationalgeographic.co.id - Saat menghadapi stres, acapkali kita mendapatkan saran untuk melakukan olahraga, menjalani hobi, atau meluangkan waktu untuk meditasi. Namun bagaimana dengan makanan yang kita konsumsi, adakah di antaranya yang mampu menangani stres? 

Studi terbaru dilakukan oleh John Cryan bersama anggota APC Microbiome Ireland. Mereka mengungkap bahwa mengonsumsi makanan fermentasi dan serat selama empat minggu, ampuh menurunkan tingkat stres yang dirasakan. Studi ini terbit dalam Molecular Psychiatry.

Dewasa ini, banyak penelitian yang mengungkap bahwa diet sehat memiliki dampak besar pada kesehatan mental seseorang. Bahkan mampu mengurangi berbagai risiko penyakit mental.

Mekanisme yang mendasari efek diet pada kesehatan mental, masih belum dapat dipahami secara keseluruhan. Satu penjelasan mengatakan, bahwa hal ini dapat terjadi melalui hubungan otak dan mikrobioma kita (triliunan bakteri yang hidup di usus kita).

Dikenal dengan gut-brain axis, adalah interaksi antara otak dan usus kita. Hal ini memungkinkan fungsi tubuh yang penting seperti pencernaan dan nafsu makan terjadi. Artinya, bahwa pusat emosional dan kognitif di otak berkaitan erat dengan usus kita.

Dalam penelitian terdahulu, menjelaskan bahwa stres dan perilaku juga terkait dengan mikrobioma. Namun, sampai saat ini masih belum jelas, apakah mengubah pola makan dapat memiliki efek berbeda pula pada tingkat stres.

John Cryan beserta tim peneliti, mencoba menyelidikinya. Mereka melakukan pengujian  terhadap 45 peserta dengan diet rendah serat. Mereka berusia 18 hingga 59 tahun, lebih dari setengahnya merupakan perempuan. Para peneliti telah memastikan bahwa peserta memiliki kondisi sehat. 

Awal mulanya, para peserta dibagi menjadi dua kelompok yang dilakukan secara acak, untuk dapat melaksanakan diet selama empat minggu penelitian. 

Sekitar setengah peserta diberikan diet yang dirancang oleh ahli gizi Dr. Kirsten Berding, yang akan meningkatkan jumlah makanan prebiotik dan fermentasi yang akan peserta konsumsi. Ini dikenal dengan diet “psikobiotik”.

Secara satu per satu, kelompok ini diberikan edukasi oleh ahli gizi pada awal dan pertengahan penelitian. Mereka diharuskan mengonsumsi 6-8 porsi buah serta sayuran yang tinggi akan prebiotik (seperti bawang, daun bawang, kubis apel, pisang, dan gandum), 5-8 porsi biji-bijian, 3-4 porsi kacang-kacangan, dan 2-3 porsi makanan fermentasi (asinan kubis, kefir, dan kombucha). Hal tersebut dilakukan setiap hari.

Menariknya, dari mereka yang mengikuti diet psikobiotik, melaporkan bahwa tingkat stres yang dirasakan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang mengikuti diet kontrol. 

 Baca Juga: Makanan Ultra Proses dan RIsiko Tinggi Kanker Kolorektal Pada Pria