Dunia Hewan: Melindungi Burung Terancam Punah dengan Kamuflase Kimia

By Wawan Setiawan, Sabtu, 22 Oktober 2022 | 17:00 WIB
Seekor rubah merah sedang memeriksa sarang buatan yang berisi telur dengan bahan yang tidak disukai. (University of Turku)

Nationalgeographic.co.id - Beberapa spesies burung di berbagai habitat mereka sering kali terancam oleh predator, terutama bagi mereka yang hidup dan membuat sarang di tanah. Lebih dari setengah spesies di Inggris yang terancam punah bersarang di atau dekat tanah, termasuk di antaranya adalah spesies burung perandai, dara-laut kecil, cabak, dan lapwing. Kini, para peneliti dunia hewan mencoba untuk membantu mereka dengan menggunakan sarang buatan.

Peneliti mengembangkan cara ini untuk menguji dua metode agar dapat mengurangi pemangsaan sarang burung-burung yang bersarang di tanah yang rentan dan terancam punah tersebut. Studi mereka menunjukkan bahwa rubah merah lebih mudah ditipu untuk tidak memakan telur burung daripada anjing rakun.

Metode ini dapat digunakan bersamaan dengan berburu dan menawarkan solusi alternatif yang tidak mematikan untuk menciptakan perlindungan bagi mangsa yang rentan.

Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Biological Conservation pada 4 Oktober 2022 dengan judul makalah “Protecting prey by deceiving predators: A field experiment testing chemical camouflage and conditioned food aversion.”

Kontrol predator adalah tantangan umum di daerah tempat populasi mangsa, seperti unggas air yang bersarang di tanah tidak dapat menahan dampak dari peningkatan jumlah predator. Misalnya, di daerah yang tidak memiliki predator puncak, populasi rubah merah bisa terlalu besar untuk habitat aslinya. Selain itu, rubah merah adalah spesies invasif di beberapa bagian dunia. Dalam kedua kasus tersebut, rubah dapat menyebabkan penurunan populasi spesies mangsanya.

Predator sedang memangsa telur-telur burung. Jika ini terus terjadi, maka spesies pemilik telur tersebut lambat laun akan terancam punah dari dunia hewan. (University of Turku)

Pengendalian pemangsa dengan berburu bisa melelahkan dan tidak dapat dilakukan di mana-mana atau kapan saja, misalnya selama musim bersarang burung. Oleh karena itu, ada kebutuhan global untuk metode alternatif yang tidak mematikan.

Dalam percobaan lapangan ekstensif yang dilakukan di Finlandia selatan, tim peneliti internasional menguji dua metode yang dapat mengurangi predasi sarang dan dapat melindungi spesies mangsa.

 Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Kucing Senang Bermain dengan Mangsanya?

 Baca Juga: Alasan yang Perlu Anda Ketahui agar Tidak Memelihara Satwa Liar

 Baca Juga: Berpura-pura Mati, Teknik Pertahanan yang Kreatif dari Dunia Hewan

Di lokasi perlakuan pertama, peneliti menyebarkan bau unggas air di lahan basah. Dengan kamuflase kimia, metode baru yang berhasil diuji di Australia dan Selandia Baru, para peneliti mempelajari apakah sejumlah besar bau mangsa di daerah itu mencegah pemangsa menemukan sarang burung buatan atau tidak.

Di daerah lain, para peneliti menggunakan telur yang mengandung bahan yang tidak disukai yang menyebabkan mual dengan tujuan mengkondisikan pemangsa untuk percaya bahwa telur burung tidak dapat dimakan. Para peneliti juga menggunakan lokasi kontrol yang mereka kunjungi sesering lokasi perawatan untuk mengendalikan potensi efek gangguan.

Terlihat bahwa anjing rakun mengambil telur unggas air dari sarang buatan. (University of Turku)

Studi menunjukkan bahwa terutama kamuflase kimia menurunkan predasi sarang unggas air buatan oleh rubah merah, tetapi efek serupa tidak diamati dengan anjing rakun, spesies invasif berbahaya lainnya di Finlandia.

"Rubah merah mungkin lebih mengandalkan indra penciumannya untuk menemukan sarang burung, sementara anjing rakun mungkin menemukan sarang secara kebetulan ketika mereka bergerak di daerah itu," kata Peneliti Senior Vesa Selonen dari Universitas Turku, Finlandia.

Hasilnya serupa tetapi kurang jelas dengan telur yang mengandung bahan yang tidak disukai.

“Namun demikian, hasil kami menarik karena menunjukkan bahwa metode ini dapat mengurangi predasi sarang spesies unggas air yang rentan dan terancam punah. Selanjutnya, perlu dipelajari apakah hasil yang kami amati dengan sarang buatan juga dapat mengarah pada pelestarian sarang burung asli dan melaluinya ke sejumlah besar burung muda," kata Profesor Ekologi, Toni Laaksonen dari Universitas Turku.

Studi ini dilakukan sebagai kolaborasi antara peneliti di Universitas Turku (Finlandia), Sydney (Australia) dan Córdoba (Spanyol). Penelitian ini merupakan bagian dari proyek SOTKA Kementerian Pertanian dan Kehutanan Finlandia.