Baca Juga: Tujuh Penemuan Romawi Kuno: Inovasi yang Berguna hingga Sekarang
Dikutip dari History of Yesterday, Dio Cassius yang merupakan sejarawan Romawi yang sangat populer menggambarkan peristiwa tertentu soal gladiator wanita. Ketika ibu Nero (kaisar kelima Roma juga dikenal sebagai Claudius Caesar Augustus Germanicus) meninggal, Nero mengadakan upacara besar untuk menghormatinya di mana hiburan disediakan oleh gladiator pria dan wanita yang akan berburu binatang liar dan melawan penjahat sampai mati.
Cassius juga menyebutkan bahwa gladiator wanita adalah hal yang cukup besar di Romawi pada saat itu. Pertarungan antara gladiator wanita hanya akan diadakan pada sore atau malam hari, menjadikannya acara utama yang disajikan di coliseum.
Gladiator wanita tidak sering disebutkan karena mereka adalah pemandangan yang cukup langka. Tidak banyak wanita yang siap menempuh karier yang begitu keras dan berisiko tinggi. Dengan sifat pekerjaan berbahaya itu, hanya segelintir yang akan berhasil melewati apa yang disebut "masa percobaan" seorang gladiator.
Kita bisa melihat beberapa bukti prasejarah lagi tentang gladiator wanita yang terukir di batu. Ini menyiratkan pentingnya mereka dan sekali lagi eksklusivitas mereka dalam adegan gladiator, benar-benar membuat mereka menjadi pemandangan yang luar biasa seperti yang disebutkan oleh banyak sejarawan lainnya.
Kemarahan gladiator wanita
Jangan berpikir bahwa hanya karena mereka perempuan maka gladiator ini tidak sekejam atau bahkan lebih kejam dari gladiator laki-laki. Dalam banyak tulisan lain, gladiator wanita digambarkan kurang berbelas kasih dan jauh lebih licik daripada gladiator laki-laki.
Karena eksklusivitas mereka, mereka bahkan lebih dipuji daripada gladiator laki-laki. Namun bisa jadi karena mayoritas publik yang menghadiri pertunjukan seperti itu adalah laki-laki, para penonton itu menganggap para gladiator wanita menarik.
Dalam buku berjudul War, Women, and Children in Ancient Rome, penulis sekaligus sejarawan John K. Evans mengakui keberadaan gladiator wanita dan menyebutkan jenis gaya hidup yang harus mereka jalani sebagai wanita dalam kondisi sulit seperti itu. Dia mengambil asumsi bahwa gladiator wanita mengikuti rutinitas latihan dan diet yang sama intensnya dengan gladiator pria.
Hal menarik lainnya adalah bahwa beberapa dari wanita ini mungkin secara sukarela menjadi gladiator. Disebutkan dalam berbagai teks bahwa meski kebanyakan gladiator adalah budak, beberapa wanita sebenarnya secara sukarela karena mereka menyukai sifat pekerjaan dan ketenaran yang datang dengan menjadi seorang gladiator.
Mengakui keberadaan gladiator wanita sangat penting karena ini adalah contoh lain bagaimana perempuan setara dengan laki-laki. Ini juga menunjukkan bahwa profesi sekeras apa pun bisa dilakoni juga oleh wanita dan tidak eksklusif berdasarkan jenis kelamin.