Nationalgeographic.co.id - Hambatan terbesar untuk hidup di kedalaman laut bukanlah hawa dingin atau kegelapan yang abadi, melainkan tekanan dahsyat yang akan kita alami.
Pada beberapa kilometer kedalaman laut, kita akan mengalami tekanan yang sangat tinggi. Namun beberapa ikan yang tampaknya rapuh dan tidak berlapis baja, justru dapat hidup dengan nyaman di sana.
Para ilmuwan telah melihat petunjuk, bahwa ketika kedalaman ekosistem perairan meningkat, suatu bahan kimia dalam tubuh ikan juga akan menyesuaikannya. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi adalah sebuah misteri.
“Penemuan baru ini mengajarkan kita bagaimana kehidupan telah beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrem,” terang Lorna Dougan, seorang fisikawan University of Leeds Inggris. Timnya menerbitkan temuan barunya di Communications Chemistry, pada September lalu.
Mempelajari bagaimana cara kerja bahan kimia ini, barangkali juga akan membantu bidang penelitian lain.
Bahan kimia ini dikenal sebagai TMAO, kependekan dari Trimetilamina N-oksida. “Anda mungkin belum pernah mendengar sebelumnya,” kata Paul Yancey, seorang ahli biologi kelautan di Whitema College, Walla, Washington, “tetapi semua orang pernah mencium baunya.” TMAO inilah yang memberi aroma amis pada spesies air.
Tahun 1998, Yancey pertama kali menemukan mengapa ikan memiliki bahan kimia yang bau amis ini. “Kami sedang melakukan ekspedisi laut dalam,” kenangnya.
Timnya menangkap ikan di berbagai kedalaman. Mereka mengukur kadar TMAO pada otot-otot hewan tersebut. Hasilnya, mereka yang hidup di laut dalam memiliki lebih banyak TMAO daripada spesies yang hidup di perairan dangkal.
“Saya bukan ahli kimia fisik,” kata Yancey, “jadi saya tidak bisa menganalisis mekanismenya.” Namun dalam studi baru ini, tim peneliti telah mencoba menggeledahnya. Perlu menggunakan fisika untuk menguak rahasia kerja molekul ini.
Di Bawah Tekanan, Air Menjadi Aneh
Molekul air biasanya saling menempel seperti magnet kecil. Mereka membentuk struktur tetrahedral (menyerupai piramida).