Fakta Commudus, Kaisar Romawi yang Menganggap Dirinya Titisan Hercules

By Sysilia Tanhati, Jumat, 4 November 2022 | 09:00 WIB
Kisah Commodus tidak hanya sekedar kecintaannya pada gladiator. Ia dikenal sebagai kaisar kejam dan gila yang menganggap dirinya sebagai titisan Hercules. (Edwin Blashfield)

Nationalgeographic.co.id—Nama Commodus menjadi makin populer berkat film Gladiator. Di sana, ia digambarkan sebagai kaisar Romawi dengan gangguan psikotik. Rasa tidak aman yang dialaminya menjadi pemicu beragam aksi gilanya. Siapa itu Commodus? Apakah ia benar-benar segila yang digambarkan di film tersebut? Percaya atau tidak, Commodus versi film sebenarnya jauh lebih baik dari aslinya. Begini fakta Commodus, kaisar Romawi yang menganggap dirinya sebagai titisan Hercules.

Lahir sebagai ahli waris kaisar, Commodus tumbuh dengan mempercayai beberapa hal yang cukup fantastis tentang dirinya sendiri. Commodus diketahui sangat gemar bertarung di arena dengan gladiator Romawi kuno. Namun, kesukaannya itu hanyalah puncak gunung es dalam hal kekejaman yang dilakukan Commodus pada orang-orang di sekitarnya.

Saudara kembar Commudus tidak disukai oleh para dewa

Lahir pada akhir Agustus tahun 161 Masehi, Commodus memiliki saudara kembar yaitu Antoninus. Ia adalah putra Kaisar Marcus Aurelius dan Faustina Muda, putri Kaisar Antoninus Pius.

Sebelum Commodus lahir, Faustina bermimpi melahirkan dua ular. Satu ular jauh lebih kuat dari yang lain. Ketika astrolog meramalkan bahwa Antoninus memiliki masa depan yang lebih menjanjikan, diasumsikan bahwa Commodus ditakdirkan untuk biasa-biasa saja. “Ramalan tersebut tidak terbukti, Antoninus meninggal karena penyakit pada usia empat tahun,” tulis Justin Andress di laman Ranker.

Commodus dibesarkan dengan rasa takut akan kesehatan dan keselamatannya

Anak kesepuluh dari empat belas bersaudara, Commodus akhirnya menjadi satu-satunya anak laki-laki yang hidup.

Karena itu, sejak usia muda, ia disiapkan untuk menjalankan kekaisaran. Kesehatan Commodus adalah prioritas utama. Ahli waris Marcus Aurelius itu memiliki dokternya sendiri bernama Galen, yang satu-satunya prioritas adalah menjaga kesehatan kaisar muda.

Obsesi Commodus pada pesta pora

Jika Anda mengira cerita seks Caligula itu gila, tunggu sampai Anda mendengar tentang Commodus. Kegilaan Commodus dituangkan dalam History Augusta:

“Commodus tinggal, membuat kerusuhan di istana di tengah perjamuan dan di pemandian bersama dengan 300 selir. Selir-selirnya dipilih berdasarkan kecantikan, terdiri dari ibu-ibu, pelacur, dan antek-anteknya. Semuanya berasal dari berbagai kalangan. Mereka dikumpulkan dan dibeli dengan paksa tanpa pandang bulu.”

Pesta pora yang besar dan berkepanjangan hanyalah awal dari kebobrokan seksual Commodus.

Commodus merendahkan ibu dan saudara perempuannya

Commodus memerintahkan kematian saudara perempuannya, Lucilla, ketika mengetahui rencana pembunuhannya. Dia kemudian memerkosa saudara perempuannya yang tersisa dan menamai salah satu selirnya dengan nama ibunya.

Dalam kutipan dari Historia Augusta:

“Setelah merendahkan saudara perempuannya yang lain, Commodus menjalin hubungan seksual dengan sepupu ayahnya. Ia mengusir istrinya yang tertangkap basah berzinah kemudian membunuhnya. Atas perintahnya, selir-selirnya dilecehkan di depan matanya sendiri.”

Kesukaannya pada pertarungan gladiator dipandang rendah oleh bangsanya

Commodus dikenal akan kecintaannya pada pertarungan gladiator. Ada yang menyatakan bahwa sang kaisar adalah pembunuh hewan yang tak kenal takut. Sementara yang lain mengatakan bahwa dia berada di arena dengan hewan yang tak berdaya. Commodus pun dipercaya melawan para gladiator malang yang memiliki cacat fisik atau pelayan yang tidak bersalah.

Alih-alih membuatnya dikenal sebagai pejuang, pertarungan Commodus justru meninggalkan kesan sebaliknya bagi orang Romawi. Dalam masyarakat Romawi, gladiator adalah budak dari kelas terendah. Seorang kaisar yang hidup dan bersaing dengan orang-orang ini dianggap merendahkan dirinya sendiri dengan cara yang paling buruk.

Kaisar yang menganggap dirinya sebagai titisan Hercules

Commodus tidak peduli dengan pendapat orang Romawi kesukaannya pada pertarungan gladiator. Namun di sisi lain, ia juga membutuhkan warga untuk menjadi penontonnya saat bertarung.

Ia pun memerintahkan agar surat kabar menampilkan pertarungannya. “Juga menuntut pejabat tinggi politik tertentu menghadiri pertandingannya,” tambah Andress.

Ilustrasi Kaisar Commodus membunuh macan tutul di arena gladiator. (Adriaen Collaert)

Sebagai seorang gladiator, Commodus membuang nama keluarganya. Ia mengeluarkan perintah agar dia tidak disebut Commodus, putra Marcus, tetapi Hercules, putra Zeus.

Seakan masih belum cukup gila, sang kaisar meninggalkan gaya berpakaian Romawi dan kekaisaran. Ia mengenakan kulit singa dan membawa tongkat Hercules.

Kegilaannya pun semakin menjadi-jadi. Patung-patungnya pun dibuat dengan gaya Hercules, dengan harapan dapat membangkitkan rasa takut padanya.

Commodus dicekik sampai mati oleh pelatih kebugarannya

Setelah kebakaran di Roma pada tahun 191 Masehi, Commodus memilih untuk membangun kembali kota tersebut. Sepeninggal Nero, Commodus menamai Roma menjadi Colonia Lucia Annia Commodiana. Warga kota dikenal sebagai Commodiani.

Sang kaisar memutuskan untuk merayakan kelahiran kembali kota pada Hari Tahun Baru pada tahun 193 Masehi. Di saat yang sama, komplotan rahasia pejabat tinggi memutuskan bahwa semua tindakan Commodus telah melewati batas.

Istrinya, Marcia, bendahara, dan Pengawal Praetorian berpangkat tinggi berusaha meracuninya dengan segelas anggur. Sayangnya, upaya tersebut gagal.

Maka pelatih kebugaran Commodus, seorang pegulat profesional bernama Narcissus, masuk ke kamar mandi dan mencekik kaisar. Setelah kematiannya, beberapa orang ingin tubuh Commodus diseret di jalan-jalan.

Commodus sudah menunjukkan tanda-tanda “mengkhawatirkan” sejak kecil

Sebagai seorang anak, Commodus dibesarkan untuk percaya bahwa seluruh dunia akan menaati perintahnya kelak sebagai kaisar. Kepercayaan ini memberi jalan pada rentetan kekejaman pada Commodus muda. Misalnya, ketika Commodus baru berusia dua belas tahun, dia memerintahkan kematian salah satu pelayannya. Apa sebabnya?

Rupanya, pelayan itu tidak mengambil air yang cukup panas untuk mandinya. Commodus memerintahkan pria itu untuk dilemparkan ke dalam tungku. Seseorang pelayan kemudian hanya membakar kulit domba dengan harapan bahwa baunya akan meyakinkan calon kaisar itu.

Rumor menyebutkan bahwa Commodus bukan putra Marcus Aurelius

Commodus dan Marcus Aurelius tidak memiliki hubungan anak dan ayah yang baik. Marcus berharap bahwa keturunannya akan menjadi penguasa terbaik dalam sejarah Romawi. Marcus Aurelius, yang memiliki harapan yang sangat tinggi, memberikan tekanan luar biasa pada Commodus. Dan dengan standar yang tinggi, Commodus berulang kali mengecewakan ayahnya.

Commodus dan Marcus Aurelius tidak memiliki hubungan anak dan ayah yang baik. Marcus berharap bahwa keturunannya akan menjadi penguasa terbaik dalam sejarah Romawi. (Glyptothek)

Sumber kekecewaan Marcus Aurelius lainnya datang dari rumor bahwa Commodus sebenarnya adalah anak hasil perselingkuhan Faustina dengan seorang gladiator. Kecurigaan ini menjadi pemicu tekanan tak henti-hentinya dari Marcus Aurelius pada putranya.

Selusin orang dieksekusi setelah percobaan pembunuhannya

Setelah percobaan pembunuhan terhadapnya, Commodus mengeksekusi banyak orang. Pertama, seorang anggota Garda Praetoria berpangkat tertinggi, prefek Tarrutenius Paternus. Ia dieksekusi karena berpotensi terlibat dalam plot.

Kemudian Commodus mengeksekusi beberapa politisi dan bangsawan berpangkat tinggi. “Banyak di antaranya bahkan tidak terbukti terlibat dalam konspirasi,” Andress menambahkan lagi.

Kaisar melangkah lebih jauh dengan menghapus seluruh garis keluarganya. Commodus mengeklaim bahwa anak-anak dapat merencanakannya lagi di masa depan.

Pria ambisius yang menjadi tangan kanan Commodus

Setelah eksekusi Tarrutenius Paternus, Tigidius Perennis menjadi pengawal dan tangan kanannya. Seorang pria yang ambisius, Perennis dengan mudah membujuk Commodus untuk memanjakan dirinya dalam berbagai kesenangan fisik.

   

Baca Juga: Dari Jerawat sampai Jenggot, Kiat Kaisar Romawi Menjaga Kebersihan

Baca Juga: Beda Praktik Homoseksualitas Era Romawi Kuno dan Zaman Modern

Baca Juga: Festival Lemuria, 'Halloween' ala Romawi untuk Mengenang Orang Mati

    

Perennis hanya memegang kendali selama beberapa tahun, sampai Commodus memutuskan bahwa prefeknya memiliki terlalu banyak kekuatan. Perennis pun kemudian dieksekusi. Setelah itu, Commodus menyerahkan kendali kendali kepada pejabat-pejabat lain.

Catatan sejarah menyebut Commodus sebagai pria muda yang menarik secara fisik. Sang kaisar memiliki rambut pirang keriting yang tebal. Sayangnya, ketampanannya itu tidak diiringi dengan sifat-sifat positif sang kaisar.

Commodus memiliki reputasi mudah dibujuk oleh orang-orang di sekitarnya. Selain itu, ia juga dikenal memiliki kelemahan karakter yang tak terlukiskan yang membuat orang menjauh.

Lebih buruk lagi, Commodus melakukan kekejaman secara berlebihan dan memiliki perilaku aneh yang tak terduga. Alih-alih Hercules, Commodus lebih mirip dengan Nero, kaisar pendahulunya. Tampaknya, segala kegilaan yang dilakukan Commodus membuat Caligula tampil sebagai kaisar yang sempurna.