Nationalgeographic.co.id—Untuk pertama kalinya, darah yang dibuat di laboratorium telah diberikan kepada manusia. Dalam uji klinis pertama di dunia ini, darah yang sepenuhnya buatan itu ditransfusikan kepada dua pasien untuk melihat bagaimana kinerjanya dan apakah tubuh mereka bereaksi negatif.
Membuat darah sintetis sangat sulit dan kemungkinan tidak akan menggantikan donor darah saat ini. Namun, inovasi ini bisa menjadi titik balik dalam kekurangan golongan darah langka jika uji coba ini berhasil.
Darah buatan ini dikembangkan dari sel-sel punca yang diambil dari donor dan ditransfusikan ke pasien dalam uji klinis acak yang disebut RESTORE. Uji coba RESTORE adalah inisiatif penelitian bersama oleh NHS Blood and Transplant (NHSBT) dan University of Bristol, bekerja sama dengan University of Cambridge, Guy's and St Thomas' NHS Foundation Trust, National Institute for Health and Care Research (NIHR) Cambridge Clinical Research Fasility, dan Cambridge University Hospitals NHS Foundation Trust.
Uji coba RESTORE bertujuan untuk membantu pasien dengan kelainan darah. Misalnya pasien anemia sel sabit atau pasien pemilik golongan darah langka yang sedang membutuhkan transfusi darah.
Dalam uji klinis ini para peneliti akan menganalisis umur sel-sel darah yang tumbuh di laboratorium dibandingkan dengan sel-sel donor. Mereka berharap sel-sel yang baru tumbuh ini akan bertahan lebih lama dari sel-sel donor.
Sel darah merah bertahan sekitar 120 hari sebelum terganti. Sel-sel darah yang dikembangkan di laboratorium diharapkan dapat mengubahnya menjadi lebih berumur panjang.
Jika berhasil, para pasien yang menerima darah alternatif ini akan membutuhkan transfusi lebih jarang. Selain itu ini darah alternatif ini bakal lebih aman dan menyebabkan komplikasi yang lebih sedikit.
Baca Juga: llmuan Kuno Merekayasa Manusia Buatan dari Darah hingga Rahim Hewan
Baca Juga: Canggih, Organ Tubuh Manusia untuk Donor Bisa Dikirim dengan Drone
Baca Juga: Pertama Kali Ada, Tes Darah untuk Deteksi Kanker dan Penyebarannya
“Uji coba yang menantang dan mengasyikkan ini adalah batu loncatan besar untuk memproduksi darah dari sel-sel punca. Ini adalah pertama kalinya darah yang ditumbuhkan di laboratorium dari donor alogenik telah ditransfusikan dan kami senang melihat seberapa baik kinerja sel-sel pada akhir uji klinis,” ujar Ashley Toye, Profesor Biologi Sel di University of Bristol sekaligus Direktur NIHR Blood and Transplant Unit, seperti dikutip dari IFL Science.
Transfusi darah saat ini dari donor menghabiskan biaya National Health Service (NHS) Inggris sekitar 150 dolar AS per transfusi, menurut BBC. Adapun di Indonesia biaya transfusi darah adalah sekitar Rp360.000 per kantong.
Darah terobosan baru yang diproduksi di lab ini biayanya jauh lebih mahal. Dengan demikian, itu hanya akan digunakan oleh NHS Inggris untuk menangani kasus-kasus langka dan orang-orang yang tidak mungkin mendapatkan kecocokan donor dalam jangka waktu yang wajar.
“Sungguh luar biasa bahwa kami sekarang dapat menumbuhkan sel darah merah yang cukup hingga tingkat medis untuk memungkinkan uji coba ini dimulai," kata Rebecca Cardigan, Kepala Pengembangan Komponen di NHS Blood and Transplant.
"Kami sangat menantikan untuk melihat hasilnya dan apakah mereka berkinerja lebih baik daripada sel-sel darah merah standar," ucapnya.