Baca Juga: Bagaimana Gerhana Bulan Bisa Mengalahkan Pasukan Tentara Yunani Kuno?
Baca Juga: Apa Perbedaan antara Kehidupan Romawi Kuno dengan Yunani Kuno?
Baca Juga: Beda Praktik Perkawinan Sedarah di Era Yunani Kuno dan Romawi Kuno
Setelah anak-anak di Yunani selamat selama lima hari pertama, mereka secara resmi dimasukkan ke dalam oikos dalam sebuah upacara. Upacara ini disebut amphidromia. "Setidaknya di Athena, praktik ini diikuti meskipun tidak ada yang bisa dikatakan pasti tentang tempat lain. Selama amphidromia, ritual yang dilakukan memiliki kemiripan yang nyata dengan pembaptisan Kristen atau brit Yahudi," kata Garland.
Upacara amphidromia diadakan di rumah, sama seperti ritual Yunani lainnya. Upacara ini tidak diadakan di gereja, kuil, atau sinagoga dan tidak ada pendeta yang mengawasinya.
Nama upacara ini diambil dari ritual itu sendiri yang melibatkan membawa anak yang baru lahir berkeliling (amphi) perapian dengan berlari (dromê). Upacaranya sendiri terlihat cukup meriah dengan sang ayah berlarian di sekitar perapian sambil menggendong sang anak dan sang anak menangis dengan keras.
Upacara ini jelas memiliki makna religius yang mendalam bagi penduduk asli Athena. Kalau tidak, mereka tidak akan membuat anak-anak di Yunani mengalami masalah seperti ini.
"Hal ini dikarenakan perapian merupakan pusat dari rumah, baik secara nyata maupun secara simbolis. Dan dewi perapian, Hestia juga pelindung rumah serta kehidupan keluarga. Jadi secara efektif, itu adalah ritus peralihan," jelas Garland.
Amphidromia adalah acara yang khusyuk dan menyenangkan, dihadiri oleh kerabat, yang akan membawakan hadiah untuk bayi yang baru lahir. Mereka juga memberikan jimat untuk mengikat tubuh bayi untuk melindunginya dari nasib buruk atau setan atau mata jahat.
Orang-orang Yunani tidak memiliki penjelasan medis mengapa begitu banyak anak yang baru lahir meninggal. Jadi, mereka mengaitkannya dengan faktor eksternal. Amphidromia diakhiri dengan pengurbanan, diikuti dengan pesta, seperti kebanyakan ritual Yunani.
Kemudian, jika anak-anak di Yunani bertahan hingga hari kesepuluh, mereka diberi nama. Tradisi mereka adalah menamai anak laki-laki mereka dengan nama kakek mereka. Tradisi ini masih lazim di Yunani. Ini menekankan pentingnya kesinambungan dalam keluarga.
Dan puncak dari semua ini adalah bahwa orang-orang Yunani tidak melakukan sunat. Menurut sejarawan Herodotus, orang Yunani menganggap penis yang tidak disunat lebih bagus.