Lewat G20, Negara-negara Sepakat Melanjutkan Upaya Batas Kenaikan Suhu

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 21 November 2022 | 14:00 WIB
Menggunakan proyeksi masa depan dari Model Sistem Bumi generasi terbaru, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa sebagian besar lautan dunia terus kehilangan ingatannya dari tahun ke tahun di bawah pemanasan global. (NASA)

Nationalgeographic.co.id - Lewat pertemuan G20 di Bali hari Rabu, 16 November 2022, para pemimpin sepakat untuk mengejar upaya membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius. Negara-negara yang mengikuti pertemuan ini memiliki peran penting sebagai pengembang ekonomi global, sehingga penting dalam mengubah sistem industri di dalamnya agar lebih ramah untuk masa depan Bumi yang terancam krisis iklim.

"Mengingat peran kepemimpinan kami, kami menegaskan kembal komitmen teguh kami, dalam mengejar tujuan UNFCC (Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim) untuk mengatasi perubahan iklim dengan implementasi penuh dan efektif dari Perjanjian Paris dan sasaran suhunya," ungkap para pemimpin dunia yang dikeluarkan lewat pernyataan di akhir pertemuan.

Melansir Reuters, para delegasi di KTT iklim PBB (COP 27) di Sharm el-Sheikh, Mesir, mengamat pertemuan G20 dengan cermat untuk melihat seberapa siap negara-negara maju membuat komitmen baru tentang iklim.

G20 menulis pernyataan, "Kami memutuskan untuk mengejar upaya membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C. Ini akan membutuhkan tindakan dan komitmen yang bermakna dan efektif oleh semua negara."

Pemerintah dunia sepakat pada tahun 2015 selama KTT PBB di Prancis untuk mencoba membatasi kenaikan suhu global rata-rata hingga 1,5C (2,7 derajat Fahrenheit) di atas masa pra-industri, sebuah kesepakatan yang dijuluki Perjanjian Paris yang dipandang sebagai terobosan dalam ambisi iklim internasional.

Namun, yang menyedihkannya, dilaporkan negara-negara anggota G20 masih menghabiskan banyak uang untuk penggunaan bahan bakar fosil. Mereka masih menyediakan lebih dari setengah triliun dolar Amerika Serikat per tahun untuk proyek bahan bakar fosil.

Baca Juga: Indonesia, Brasil, dan Kongo Sepakati Kerja Sama Hentikan Deforestasi

Baca Juga: Seni Botani 'Flora of Southeast Asia' Memuliakan Kekayaan Ragam Puspa Asia Tenggara

Baca Juga: Tumbuhan Beradaptasi dengan Perubahan Iklim Melalui Ingatan Epigenetik

Baca Juga: Jarak Matahari-Bumi Pengaruhi Iklim Pasifik dalam Siklus 22.000 Tahun

"Pemerintah-pemerintah G20 belum berada di jalur yang tepat untuk memenuhi komitmen Perjanjian Paris mereka dalam mengakhiri dukungan untuk bahan bakar fosil sebelum COVID-19," kata Anna Geddes dari International Institute for Sustainable Development, yang turut menulis laporan tersebut.

Utusan Khusus Iklim AS John Kerry, mengatakan pada 16 November, bahwa sebelumnya beberapa negara menolak menyebutkan target 1,5 derajat Celsius ini. Dia menuliskannya dalam teks resmi KTT COP27.