Nationalgeographic.co.id—Kita boleh jadi tertarik pada suatu tanaman karena ceritanya. Dianne Sutherland, seniman botani asal Inggris, memiliki pengalaman serupa. Ia memang selalu terpukau pada tanaman yang memiliki cerita menarik.
Ketika berpelesiran keliling Asia pada 2018, ia singgah di Yogyakarta. Ketika menjelajahi kawasan dalam benteng Keraton Kesultanan Yogyakarta, ia mengunjungi Tamansari. Pada awal berdirinya keraton pada akhir abad ke-18, Tamansari merupakan istana para putri yang dikelilingi danau buatan.
Di bekas istana air itu, Dianne menemukan pohon kepel, yang bernama ilmiah Stelechocarpus burahol. Salah satu keunikan pohon ini adalah bunga yang muncul pada tonjolan-tonjolan di batang—yang kelak menjadi buah.
Tradisi keraton-keraton di Jawa Tengah bagian selatan meyakini bahwa menyantap buah kepel akan mengharumkan aroma keringat tubuh, bahkan mengurangi bau air seni. Tidak heran apabila pohon kepel ditanam di Tamansari, hunian para putri Keraton Yogyakarta. Buah kepel pun menjadi salah satu simbol Kota Yogyakarta.
Baginya, pohon ini memiliki cerita kuat terkait dengan sejarah istana dan kenangan indah akan perjalanannya di Asia Tenggara. Dia kembali ke Yogyakarta beberapa kali, bahkan sampai masa pandemi, demi menuntaskan pembuatan sketsa.
Ia dikenal sebagai seniman botani yang memiliki kekhasan dalam detail subjeknya, baik dalam metode cat air murni maupun teknik tradisional. "Tidak ada yang lebih menarik perhatian selain alam dengan segala kerumitan dan keindahannya," tulis Dianne dalam laman pribadinya. "Dalam pekerjaan saya, saya bertujuan untuk menceritakan kisah tanaman dengan menangkap alam melalui pengamatan yang cermat dan eksplorasi detail yang lebih halus."
Karya seni botani Dianne tentang pohon kepel dan buahnya turut dipamerkan dalam Flora of Southeast Asia di Singapore Botanic Garden.

“Singapore Botanic Gardens dengan bangga menjadi tuan rumah pameran seni botani internasional pertama di Singapura, Flora of Southeast Asia,” ungkap Michele Rodda, Peneliti Senior dan Kurator Pameran di Botanical Art Gallery, Singapore Botanic Gardens.
Rodda menambahkan bahwa karya seni yang dipamerkan telah melalui seleksi dan kurasi, yang menampilkan karya yang akurat secara ilmiah namun sangat indah dan bercita rasa seni tinggi. Karya seni dinilai berdasarkan akurasi ilmiah, nilai artistik, penguasaan media pilihan mereka, dan dampak keseluruhan oleh panel ahli botani dan seniman botani.
Juri telah menyeleksi sekitar 190 karya seni botani dari seniman 13 negara. Kemudian karya itu dinilai berdasarkan akurasi ilmiah, nilai artistik, penguasaan media pilihan mereka oleh tim ahli botani dan seniman botani.
Hasilnya, dalam pameran ini pengunjung bisa menyaksikan 120 karya seni botani dari 85 seniman. Para seniman menggunakan cat air, grafit dan pensil warna, meski ada juga yang menggunakan cat minyak dan akrilik. Pameran dibuka pada 15 November 2022 sampai 15 Februari 2023 di Singapore Botanic Gardens.
Sebanyak 80 karya seni asli dipamerkan di Botanical Art Gallery. Sementara cetak digital (faksimile) dari 40 karya lainnya dipajang di ruang setengah terbuka—People’s Gallery yang terletak di Tanglin Gate, Nassim Gate, Bukit Timah Gate, dan Green Pavilion di Botany Centre.
Para seniman itu menampilkan adikarya ragam puspa yang terbilang langka. Temanya pada ragam puspa asli Asia Tenggara, yakni tanaman asli yang berkembang alami di ekosistem atau habitat kawasan ini tanpa introduksi manusia. Habitat ragam puspa itu membentang dari Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Brunei, Singapura, Indonesia, Filipina, sampai Timor-Leste.
“Karya seni yang rumit seperti itu sangat penting untuk penelitian kebun raya sejak abad ke-19, dan masih demikian sampai hari ini,” Rodda menambahkan. “Kami berharap para pengunjung akan belajar lebih banyak tentang bagaimana seni dan sains bersatu untuk menjelaskan keanekaragaman tumbuhan di Asia Tenggara.”
Asia Tenggara merupakan wilayah yang memiliki pusparagam tumbuhan nan tinggi. Sekitar 50.000 spesies tumbuhan berbunga—atau sekitar 15 persen dari total dunia—bersemai di sini. Kawasan ini juga menmpati urutan ke empat dari 25 titik panas keanekaragaman hayati dunia (biodiversity hotspot).
Tumbuhan asli telah berevolusi bersama dan membentuk hubungan simbiosis dengan fauna asli. Mereka menyediakan nektar, serbuk sari, buah-buahan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai makanan bagi serangga, burung dan satwa lainnya.
Namun, sebagian besar flora asli Asia Tenggara terancam oleh populasi manusia yang terus meningkat. Konversi hutan ke pertanian atau perkebunan, urbanisasi, eksploitasi berlebihan, polusi, pengenalan tanaman eksotis yang berpotensi invasif, dan perubahan iklim.
Padahal, tumbuhan asli merupakan elemen penting dalam pemulihan habitat. Saat memulihkan habitat pesisir, spesies asli lebih cocok karena toleran terhadap paparan garam dan kondisi tanah.
Kolaborasi Pertama bagi Komunitas Seni Botani Se-Asia Tenggara
Pameran bertajuk Flora of Southeast Asia menjadi kolaborasi perdana antara Botanical Art Society dan Singapore Botanic Gardens yang menggandeng Indonesian Society of Botanical Artists, Thai Botanical Artists dan Philippine Botanical Art Society.
Selama lima tahun belakangan, komunitas seni botani di kawasan ini mulai tumbuh dan berkembang. Kegiatan mereka turut memopulerkan seni dan sains
Botanical Art Society (BASS) di Singapura
Demi mempromosikan minat seni botani di kalangan masyarakat, BASS didirikan pada 2019. Sebagai komunitas terbuka bagi para penggemar seni botani dan seniman berprestasi. Kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tujuan tersebut antara lain penyelenggaraan pameran lokal, outdoor sesi membuat sketsa, pertukaran kartu pos, lokakarya dengan seniman profesional, dan berbagi sesi tentang topik yang berkaitan dengan seni botani.
Thai Botanical Artists (THBA)
Komunitas ini dibentuk oleh sekelompok kecil seniman botani Thailand pada 2019. Tujuannya, menghimpun seniman dan masyarakat umum untuk mempelajari seni botani dan ilustrasi, memberi semangat seniman untuk memamerkan karya seni mereka, serta mendukung kolaborasi antara seniman, ahli botani dan kebun raya di berbagai negara. Mereka berpartisipasi sebagai sukarelawan dalam proyek Royal Botanic Gardens Edinburgh Florilegium. Secara rutin, mereka menggelar hari sketsa lapangan dan lokakarya.
Philippine Botanical Art Society (PhilBAS)
Dibentuk pada 2019 untuk seniman botani Filipina, yang bertumpu pada flora asli negeri itu. Komunitas ini telah menyelenggarakan tujuh pameran seni botani tentang tanaman endemik mereka. Bersama para mitra, komunitas ini bangkit untuk mempromosikan kesadaran dan konservasi alam.
Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA)
Bendera IDBSA mulai berkibar pada 2017 untuk mempromosikan seni botani di Indonesia dan meningkatkan pengetahuan dan apresiasi flora asli Indonesia. Tujuannya, untuk membantu anggota meningkatkan kualitas karya seni mereka melalui pembelajaran dan berbagi kesempatan dengan seniman lain. Komunitas ini rutin menyelenggarakan pameran, sesi melukis, dan sesi belajar daring setiap bulannya.
Sebagai pemilik kebun raya tertua se-Asia, yakni Kebun Raya Bogor, masyarakat Indonesia patut berbangga. Boleh dibilang, Indonesia menginisiasi pendirian komunitas seni botani pertama di Asia Tenggara. Setelah kemunculan IDSBA, beberapa komunitas serupa muncul di beberapa negara di kawasan ini.
"Kesempatan istimewa dapat unjuk diri di kegiatan regional wilayah Asia Tenggara bersama komunitas seniman botani lain tentu tak ingin kami lewatkan begitu saja," ujar Eunike Nugroho, salah satu pendiri IDSBA, kepada National Geographic Indonesia. "Terlebih tema yang diangkat dalam pameran Flora of Southeast Asia yang diadakan di Singapura ini sejalan dengan salah satu misi Indonesian Society of Botanical Artists, yaitu ingin mengenalkan lagi keberagaman tumbuhan asli Indonesia ke khalayak luas."
Ia mengatakan bahwa komunitasnya secara khusus mempersiapkan diri untuk pameran ini. Dalam memilih subjek tumbuhan, mereka dibantu oleh pakar biologi yang juga anggota komunitas IDSBA. Tujuannya, supaya tumbuhan yang akan dilukis benar-benar tumbuhan asli Asia Tenggara, terutama Indonesia.
"Puji syukur akhirnya persiapan tersebut membuahkan hasil dengan lolosnya 26 seniman botani dengan total 38 karya," pungkasnya.
Seni Botani Bukan Sekadar Ilustrasi
Seni botani merupakan perpaduan antara sains dan seni, yang juga kerap diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Seni botani dapat menangkap detail dengan presisi dan kedalaman, termasuk siklus hidup tumbuhan, yang tidak mungkin dilakukan dengan fotografi. Sampai sekarang ilustrasi botani dari tangan seniman merupakan satu-satunya cara yang akurat dalam mencatat dan mendokumentasikan spesies tumbuhan untuk tujuan pengembangan sains. Melalui ilustrasi seni botani, peneliti memungkinkan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengklasifikasi tanaman. Seniman botani bekerja sama dengan ahli botani untuk melahirkan adikarya ilustrasi terperinci.
Sebagai bagian seni, ilustrasi botani memberi kesempatan pula pada estetika. Seniman memiliki lebih banyak kelonggaran dalam menggambarkan tanaman komposisi dan gaya modern, tetapi karya seni itu harus tetap sesuai ilmu botani.
Baca Juga: Ragam Flora Indonesia-3: Drama Tumbuhan dalam Napas Baru Seni Rupa Kini
Baca Juga: Telusur Riwayat Perkembangan Seni Ilustrasi Botani di Indonesia
Baca Juga: Kelindan Seni dan Sains dalam Mukjizat Kebinekaan Flora Indonesia
Baca Juga: Dari Candi Sampai Sains, Mengapa Ilustrasi Botani Itu Penting?
Belakangan ini, seni botani telah menjadi bentuk seni yang sangat populer. Banyak kreativitas dalam media yang digunakan, komposisi dan gaya lukisan. Namun demikian, untuk menjadi karya yang benar-benar seni botani, seniman harus melakukan pengamatan dan pemahaman yang mendalam tentang morfologi tanaman, menggambarkan tanaman dengan akurasi botani, serta menunjukkan penguasaan media yang dipilih.
Sebagian orang mengakrabi seni botani sebagai tantangan kreatif atau sekadar hiburan menikmati keindahan alam dalam lukisan, seperti yang diungkapkan Carrie-Ann Lee, President of Botanical Art Society di Singapura dalam rilis pameran.
Lee mengungkapkan bahwa ia dan seniman-seniman Botanical Art Society di Singapura sangat bersemangat dalam menyambut seniman dari seluruh dunia untuk menampilkan flora asli Asia Tenggara. Selama pameran, para pengunjung Flora of Southeast Asia bisa menikmati karya-karya mereka melalui tur berpemandu, menyimak demonstrasi seniman, sampai turut sebagai peserta dalam lokakarya untuk anak-anak dan dewasa.
“Kami adalah masyarakat inklusif untuk pecinta seni botani, pemula, dan seniman berprestasi,” ungkap Lee. “Visi kami adalah menumbuhkan apresiasi dan pengembangan seni botani di Singapura dan Asia.”