Kusta, Penyakit Kuno yang Memiliki Kemampuan Meregenerasi Organ Hati

By Wawan Setiawan, Jumat, 25 November 2022 | 08:00 WIB
Kusta dapat merusak saraf, menyebabkan kecacatan. Namun, studi baru menemukan hal mengejutkan dari bakteri penyebabnya. (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Kusta, juga dikenal sebagai penyakit Hansen adalah salah satu penyakit tertua dan paling persisten di dunia. Akan tetapi, bakteri penyebabnya mungkin juga memiliki kemampuan mengejutkan untuk tumbuh dan meregenerasi organ vital.

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Edinburgh menunjukkan kemampuan bakteri penyebab kusta yang belum dijelajahi sebelumnya. Parasit yang terkait dengan kusta ini dapat memprogram ulang sel untuk memperbesar ukuran hati pada hewan dewasa tanpa menyebabkan kerusakan, jaringan parut, atau juga tumor.

Temuan ini telah diterbitkan di jurnal Cell Reports Medicine pada 15 November 2022 dengan judul makalah “In vivo partial reprogramming by bacteria promotes adult liver organ growth without fibrosis and tumorigenesis.”

Temuan ini juga menunjukkan kemungkinan mengadaptasi proses alami ini untuk memperbaharui penuaan hati dan meningkatkan rentang kesehatan - lamanya waktu hidup bebas penyakit - pada manusia. Sebab, para ahli mengatakan itu juga dapat membantu menumbuhkan kembali organ hati yang rusak. Sehingga mengurangi kebutuhan transplantasi, yang saat ini merupakan satu-satunya pilihan penyembuhan bagi orang-orang dengan luka hati stadium akhir.

Studi sebelumnya menggunakan prosedur intrusif untuk mempromosikan pertumbuhan kembali hati tikus dengan menghasilkan sel punca dan sel progenitor. Namun, prosedur ini seringkali mengakibatkan jaringan parut dan pertumbuhan tumor.

Untuk mengatasi efek samping yang berbahaya ini, para peneliti Edinburgh mengembangkan penemuan mereka sebelumnya tentang kemampuan pemrograman ulang seluler parsial dari bakteri penyebab kusta, Mycobacterium leprae.

Bekerja bersama Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS di Baton Rouge, Louisiana, tim tersebut menginfeksi 57 armadillo—inang alami bakteri kusta—dengan parasit. Kemudian mereka membandingkan hati armadillo yang tidak terinfeksi dan yang ditemukan kebal terhadap infeksi.

Armadillo adalah satu-satunya inang lain yang diketahui untuk bakteri kusta. (Getty Images)

Mereka menemukan bahwa hewan yang terinfeksi menumbuhkan hati yang membesar yang sehat dan tidak terluka, serta memiliki organ penting yang sama dengan armadillo yang tidak terinfeksi dan kebal. Termasuk pembuluh darah, saluran empedu, dan unit fungsional yang dikenal sebagai lobulus.

Tim percaya bahwa bakteri telah 'membajak' kemampuan regeneratif yang melekat pada hati untuk meningkatkan ukuran organ. Dan, oleh karena itu, menyediakan lebih banyak sel di dalamnya untuk meningkat.

Mereka juga menemukan beberapa indikator bahwa jenis utama sel hati yang dikenal sebagai hepatosit, telah mencapai keadaan “diremajakan” pada armadilllo yang terinfeksi.

      

Baca Juga: Temuan Baru Buktikan Kusta Berasal dan Menyebar dari Tanah Eropa

Baca Juga: Penyebab Kematian Umum Orang Romawi Kuno, Samakah dengan Zaman Modern?

Baca Juga: Pertama Kalinya dalam Sejarah, Simpanse Liar Terinfeksi Kusta

      

Hati armadillo yang terinfeksi juga mengandung pola ekspresi gen - cetak biru untuk membangun sel—yang sebanding dengan hewan yang lebih muda dan hati embrio manusia.

Gen yang terkait dengan penuaan dihambat, sedangkan gen yang terkait dengan metabolisme, pertumbuhan, dan proliferasi sel diaktifkan.

Menurut para ilmuwan, alasannya adalah bakteri memprogram ulang sel-sel hati, mengirimkannya kembali ke tahap progenitor di mana mereka dapat berkembang menjadi hepatosit baru dan menghasilkan jaringan hati baru.

Tim berharap penemuan ini berpotensi membantu mengembangkan intervensi untuk penuaan dan kerusakan hati pada manusia. Penyakit hati saat ini mengakibatkan dua juta kematian per tahun di seluruh dunia.

“Jika kita dapat mengidentifikasi bagaimana bakteri tersebut dapat menumbuhkan hati sebagai organ fungsional tanpa menimbulkan efek buruk pada hewan hidup, maka kita mungkin dapat menerjemahkan pengetahuan tersebut ke cara mengembangkan intervensi terapeutik yang lebih aman untuk meremajakan hati yang menua dan meregenerasi jaringan yang rusak.” kata Profesor Anura Rambukkana, penulis utama dari Pusat Kedokteran Regeneratif Universitas Edinburgh.