Agar Tidak Tertukar, Pelacur Romawi Kuno Harus Mewarnai Rambutnya

By Sysilia Tanhati, Senin, 28 November 2022 | 18:30 WIB
Ada kebiasaan dan aturan bangsa Romawi kuno yang dianggap absurd oleh orang modern. Misalnya pelacur yang harus mewarnai rambutnya menjadi pirang agar tidak tertukar dengan bangsawan. (Wellcome Library)

Setiap anak laki-laki yang dijual oleh ayahnya tiga kali secara hukum dibebaskan dari orang tuanya yang rakus. Tentu saja setelah ia menyelesaikan tugasnya sebagai budak untuk ketiga kalinya.

Aturan yang membingungkan tentang perzinahan

Tidak mengherankan, orang Romawi memiliki aturan yang saling bertentangan. Misalnya soal perzinahan. Penerapan aturan tergantung pada siapa yang ketahuan selingkuh, istri atau suami.

Juga tidak mengherankan, para suami cukup bebas untuk melakukan apa yang mereka sukai. Suami bisa memiliki gundik dan tidur dengan pelacur. Orang akan tutup mata soal itu. Perselingkuhan dengan pelacur akan jadi masalah jika suami dianggap terlalu memanjakan si pelacur.

Bagi sang istri, perselingkuhan adalah cerita yang sangat berbeda. Ketika seorang suami menemukan istrinya dalam pergolakan nafsu dengan pria lain, dia wajib mengunci kedua kekasihnya di dalam kamar. Suami memiliki waktu 20 jam untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang untuk bertindak sebagai saksi.

Begitu saksi diperoleh, dia memiliki tiga hari lagi untuk mengumpulkan buktinya. Dia perlu tahu berapa lama perselingkuhan itu berlangsung, di mana itu terjadi, dan siapa kekasihnya. Semua detail yang diperlukan harus dikumpulkan.

Begitu dia mendapatkan fakta-faktanya, sang suami harus menceraikan istrinya. Orang-orang Romawi tidak menyukai pengampunan. Apabila sang suami gagal menceraikan istrinya, dia menghadapi tuduhan menjadi mucikari pasangannya.

Suami yang ingin balas dendam dapat membunuh kekasih istrinya. Dengan catatan, jika selingkuhannya itu adalah seorang budak atau pelacur yang tidak memiliki hak apapun. Jika kekasihnya adalah warga negara, segalanya menjadi lebih rumit.

Sang suami kemudian harus pergi ke ayah mertuanya dan melibatkannya. Para ayah di Romawi memiliki hak untuk membunuh kekasih putri mereka. Jika sang ayah menginginkannya, kekasihnya bisa mati, tidak peduli status sosialnya.

Ada juga kemungkinan sang ayah akan memutuskan untuk membunuh putrinya saat dia melakukannya, menyelamatkan sang suami dari masalah perceraian.

Beragam cara untuk menghukum orang Romawi kuno

Dibunuh oleh seorang ayah bukanlah hukuman terburuk di zaman Romawi kuno. Bangsa Romawi memiliki banyak cara untuk membunuh penjahat dan tahanan. Penjahat bisa dipenggal, dilempar dari ketinggian, atau dipaksa ikut serta dalam pertarungan gladiator. Bahkan tidak jarang yang harus berhadapan dengan binatang buas.

Si terdakwa akan dilemparkan dari Tebing Tarpeian. Biasanya hukuman ini diberikan kepada mereka yang berkhianat di zaman Romawi kuno. (Ermakvagus)

Selain itu, seorang tahanan juga bisa dimasukkan ke dalam karung kulit bersama ular, anjing, monyet, dan ayam. Karung diikat kuat-kuat dan dilemparkan ke sungai atau danau. Di dalam karung, orang itu akan meronta-ronta karena disiksa oleh binatang yang ada di dalam karung itu. Akhirnya, tahanan itu akan mati mengenaskan.

Ketika melihat aturan dan hukumnya, bangsa Romawi kuno tampak sangat brutal dalam banyak hal. Hak-hak sipil, kecuali jika seseorang dilahirkan dalam keluarga yang tepat, hampir tidak ada dan budak hidup di neraka.

Namun hal yang sama mungkin terjadi ketika orang Romawi hidup di zaman modern. Mereka mungkin akan menemukan beberapa kebiasaan dan aturan di masa kini yang tampak absurd baginya.