Pelayat Profesional Zaman Mesir Kuno Dibayar untuk Berkabung

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 3 Desember 2022 | 14:00 WIB
Di masa lalu, pelayat profesional dibayar untuk berkabung dalam prosesi pemakaman. Ini ditemukan di zaman Mesir hingga Romawi kuno. Bahkan di Yunani modern, praktik ini masih dilakukan. (Maler der Grabkammer des Ramose)

Nationalgeographic.co.id - Bagi kerabat, prosesi pemakaman sering kali tidak mudah untuk dilalui. Rasa sakit kehilangan bisa jadi terlalu berat bagi mereka yang ditinggalkan. Ini menjadi salah satu alasan mengapa keluarga merasa perlu untuk membayar orang untuk berkabung. Terdengar aneh, tetapi hal ini umum terjadi di dunia kuno, seperti Mesir, Yunani, dan Romawi. Para pelayat profesional dibayar untuk berkabung selama prosesi pemakaman. Praktik ini bahkan masih dilakukan di beberapa tempat.

Sangat umum bagi orang kaya di masa lalu untuk mempekerjakan wanita untuk berkabung di upacara pemakaman. Entah itu Romawi, Yunani, Tiongkok, Mesir, atau Timur Tengah, ada catatan tentang pelayat profesional dan alasan menarik di baliknya.

Hanya wanita tanpa anak yang bisa menjadi seorang pelayat profesional di Mesir kuno

Di Mesir, hanya wanita tanpa anak yang bisa menjadi pelayat profesional. Wanita-wanita ini tidak boleh memiliki rambut tubuh dan memiliki tato nama dewi di bahu mereka. Alasan mengapa ini merupakan profesi khusus perempuan di Mesir adalah karena laki-laki dianggap tidak pantas menangis di depan umum.

Di beberapa tempat, profesi ini khusus untuk wanita. Pasalnya, tidak pantas bagi pria untuk menangis di tempat umum. (Louvre Museum)

Faktanya, pelayat profesional sangat penting untuk upacara pemakaman di Mesir kuno. Ritual pemakaman tidak dapat diselesaikan tanpa kehadiran setidaknya dua pelayat untuk memainkan peran dewi Isis dan Nephthys. Kedua wanita ini tidak memiliki hubungan dengan almarhum dan peran mereka adalah berdiri di ujung tubuh orang yang meninggal.

Pelayat profesional di Romawi kuno, jadi ajang pamer kekuasaan dan kekayaan almarhum

Meski kebiasaan ini juga ditemukan di beberapa tempat, tetapi informasi tentang pelayat profesional di zaman Romawi kuno didokumentasikan dengan baik.

Seperti kebanyakan budaya kuno, pemakaman Romawi adalah ritus peralihan yang menandakan transisi almarhum antara keadaan hidup dan mati.

Prosesi pemakaman Romawi ditandai dengan kebisingan yang ditimbulkan. Semakin kaya dan terkenal orangnya, semakin mencolok prosesi pemakaman itu.

“Tidak jarang upacara pemakaman dilengkapi dengan pantomim dan musisi,” ungkap Mark Brophy di laman Ancient Origins. Bagi mereka yang tidak terlalu kaya, beberapa pemain seruling mungkin akan tampil di prosesi pemakamannya.

“Pelayat profesional adalah bagian besar dari prosesi pemakaman ini,” Brophy juga menambahkan. Sama seperti di bagian lain dunia kuno, seperti Mesir, para pelayat ini secara eksklusif adalah wanita.

Baca Juga: Pemakaman Romawi Kuno, Pelayat Harus Garuk Wajah sebagai Tanda Duka

Baca Juga: Carnivalesque, Ritual Pemakaman Romawi yang Penuh Kegembiraan dan Tawa

Baca Juga: Pemakaman Langit: Jenazah Diumpankan ke Burung agar Ramah Lingkungan

Di Romawi, para pelayat profesional tidak hadir untuk tujuan keagamaan, melainkan sebagai ajang pamer kekayaan dan kekuasaan.

Para pelayat akan meratap dengan keras, menjambak rambut, dan menggaruk wajah untuk menunjukkan tingkat kesedihan. Semakin kaya dan kuat almarhum, semakin banyak pelayat yang hadir di pemakaman.

Di dunia modern, ajang pamer ini mungkin tampak menakutkan dan aneh. Namun itu semua normal di zaman Romawi kuno. Sama seperti di Mesir, pria Romawi tidak diperbolehkan menjadi pelayat profesional karena tidak pantas untuk menangis di depan umum.

Pelayat profesional di Yunani kuno, praktiknya terus dilakukan hingga masa kini

Di Yunani, praktik kuno berkabung profesional masih hidup hingga hari ini. Tradisi ini diperkirakan mulai dilakukan sejak abad ke-8 Sebelum Masehi.

Ritual pemakaman ini dimulai dengan keluarga dan teman almarhum melakukan ratapan selama prothesis. Itu adalah saat jenazah dikeluarkan ke publik untuk mendapat penghormatan.

Sebuah plakat terakota oleh Pelukis Gela menggambarkan prothesis di mana almarhum berada di tempat tidur dikelilingi oleh anggota keluarga. Beberapa di antaranya sedang mencabuti rambut mereka. “Mungkin saja dari sinilah para pelayat Romawi mendapatkan inspirasi mereka,” ujar Brophy.

Praktik berkabung profesional masih ada di Yunani hingga saat ini. Para praktisinya dikenal sebagai moirologi dan mereka melakukan tindakan serupa dengan nenek moyang mereka. Pelayat profesional di Yunani juga seorang wanita. Mereka memimpin ratapan saat keluarga dan teman mengelilingi almarhum dalam duka.

Di zaman modern, pelayat profesional di Yunani bahkan masih menariki rambut mereka. Namun mereka tidak melakukannya sampai rambut di kepala tercabut.

Moirologi di zaman modern juga memberikan persembahan kepada orang mati, seperti tradisi di zaman kuno. Ini biasanya termasuk helai rambut, parfum, minyak, anggur, madu, dan karangan bunga. Mereka akan terus memberikan persembahan secara teratur setelah pemakaman, terutama pada hari peringatan.

Tampaknya tradisi pelayat profesional Yunani setidaknya agak mirip dengan tradisi Romawi. Sangat sedikit sumber yang mereferensikan pelayat profesional di Yunani. Seperti Romawi kuno, pelayat ini disewa terutama untuk memamerkan kekayaan dan kekuasaan. Praktik penguburan yang lebih sederhana dimulai bertepatan dengan kebangkitan demokrasi di Yunani kuno. Namun, selama abad ke-4 Sebelum Masehi, terjadi kemerosotan demokrasi. Kelompok aristokrat pun kembali mendominasi. Hal ini turut memengaruhi prosesi pemakaman yang lebih rumit dan mewah bagi para aristokrat ini.

Hingga kini, praktik pelayat profesional masih bisa ditemukan di beberapa tempat.