E-tatoo: Tato Elektronik yang Bertugas untuk Mengukur Tingkat Stres

By Wawan Setiawan, Senin, 5 Desember 2022 | 15:00 WIB
Stres dapat didefinisikan sebagai segala jenis perubahan yang menyebabkan ketegangan fisik, emosional, atau psikologis. (Danielle Groen/Reader’s Digest Canada)

Nationalgeographic.co.idStres dapat didefinisikan sebagai segala jenis perubahan yang menyebabkan ketegangan fisik, emosional, atau psikologis. Stres adalah respons tubuh Anda terhadap apa pun yang membutuhkan perhatian atau tindakan. Setiap orang mengalami stres sampai taraf tertentu. Namun, cara Anda merespons stres membuat perbedaan besar bagi kesejahteraan Anda secara keseluruhan.

Stres juga menggambarkan respons fisik atau emosional seseorang terhadap tuntutan atau tekanan hidup sehari-hari. Penyebab umum stres meliputi pekerjaan, uang, hubungan, dan penyakit. Peristiwa penting seperti pandemi Covid-19 dan bencana alam gempa bumi di Cianjur juga dapat meningkatkan stres dan kecemasan.

Telapak tangan kita banyak bercerita tentang keadaan emosi kita, cenderung basah saat orang sedang bersemangat ataupun gugup. Reaksi ini digunakan oleh ilmuwan untuk mengukur stres emosional dan membantu orang dengan masalah kesehatan mental. Akan tetapi perangkat untuk melakukannya sekarang berukuran besar, tidak dapat diandalkan, dan dapat melanggengkan stigma sosial dengan menempelkan sensor yang sangat terlihat di bagian tubuh yang menonjol.

Para peneliti di The University of Texas di Austin dan Texas A&M University telah menerapkan teknologi tato elektronik (e-tattoo) yang baru muncul untuk jenis pemantauan ini. Mereka menyebutnya sebagai aktivitas elektrodermal atau penginderaan EDA. Dalam makalah baru berjudul “Graphene e-tattoos for unobstructive ambulatory electrodermal activity sensing on the palm enabled by heterogeneous serpentine ribbons,” yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, para peneliti menciptakan tato elektronik berbasis grapheme. Tato ini dapat menempel di telapak tangan, hampir tidak terlihat dan terhubung ke jam tangan pintar.

"Ini sangat tidak mengganggu sehingga orang kadang-kadang lupa bahwa mereka memakainya. Itu juga mengurangi stigma sosial memakai perangkat ini di tempat yang menonjol di tubuh," kata Nanshu Lu, profesor di Departemen Teknik Dirgantara dan Mekanika Teknik, juga pemimpin dari proyek ini.

Ilustrasi e-tattoo ular yang menempel di telapak tangan dan pembaca jam tangan pintar. (The University of Texas at Austin)

Lu dan kolaboratornya telah memajukan teknologi e-tattoo yang dapat dikenakan selama bertahun-tahun. Graphene telah menjadi bahan favorit karena ketipisannya dan seberapa baik mengukur potensi listrik dari tubuh manusia, menghasilkan pembacaan yang sangat akurat.

Tapi, bahan ultra-tipis seperti itu tidak bisa menangani banyak, jika ada tekanan. Sehingga membuat pengaplikasiannya pada bagian tubuh yang banyak bergerak, seperti telapak tangan/pergelangan tangan menjadi sebuah tantangan.

  

Baca Juga: Suka Bikin Tato? Mengejutkan, Ilmuwan Mengekspos Isi di Tinta Tato

Baca Juga: Tato Polinesia sebagai Kanvas Komunikasi Budaya Antar Generasi

Baca Juga: Tak Selalu Berulah, Tato Menjadi Tanda Hormat Yakuza kepada Budaya