Selidik Ukiran Burung Hantu dari Zaman Tembaga di Semenanjung Iberia

By Ricky Jenihansen, Senin, 5 Desember 2022 | 09:00 WIB
Ukiran burung hantu kuno di samping foto burung hantu kecil (Athene noctua). (Museo Arqueológico de Sevilla, Spain and Juan J. Negro)

Nationalgeographic.co.id—Ada sekitar 4.000 plakat burung hantu batu tulis di situs makam dan gua yang tersebar di seluruh Semenanjung Iberia. Plakat tersebut telah dikumpulkan selama bertahun-tahun dan telah lama menarik perhatian para arkeolog.

Para peneliti dari Spanish National Research Council (CSIC) kemudian mencoba memeriksa 100 dari sekitar 4.000 plakat tersebut. Mereka menyimpulkan, kemungkinan ukiran burung hantu kuno dari zaman perunggu di Semenanjung Iberia tersebut sebenarnya adalah mainan anak-anak.

Menurut studi tersebut, ukiran burung hantu tersebut kemungkinan adalah mainan yang diukir sendiri oleh anak-anak. Temuan mereka telah dipublikasikan pada 1 Desember 2022 di jurnal bergengsi Scientific Reports dengan judul "Owl-like plaques of the Copper Age and the involvement of children."

Ribuan tahun yang lalu, anak-anak dari Semenanjung Iberia mengukir potongan batu tulis menjadi bentuk burung hantu, menciptakan mainan seukuran telapak tangan untuk dimainkan, menurut penelitian tersebut.

Awalnya, para arkeolog mengira figur mirip kartun itu adalah benda suci yang mewakili dewa, hanya digunakan dalam ritual. Tetapi sebuah studi baru mengungkapkan bahwa mereka juga bisa berfungsi sebagai mainan atau jimat anak-anak.

Untuk menyelidikinya, para peneliti menyelidiki ukiran-ukiran pada sekitar 100 plakat. Semua ukiran berasal dari Zaman Tembaga (3500 SM hingga 2750 SM) dan dinilai berdasarkan berapa banyak fitur burung hantu yang mereka miliki, termasuk dua lingkaran untuk mata depan burung hantu yang besar, sketsa paruh, sayap, bulu, dan karakteristik nyata lainnya dari burung hantu.

Setiap bagian juga berisi dua lubang kecil di bagian atas, yang menurut para peneliti dapat digunakan untuk menenun bulu burung yang sebenarnya.

"Kesan pertama saya ketika melihat ukiran adalah bahwa ukiran itu sederhana untuk dibuat," kata Juan J. Negro, penulis utama studi dan ahli biologi di Departemen Ekologi Evolusioner di CSIC, kepada Live Science.

"(Para pemahat) tidak menginvestasikan banyak waktu atau keterampilan untuk membuatnya, dan bisa selesai dalam beberapa jam."

Kesamaan lain di antara ukiran adalah bahwa mereka dibuat menggunakan batu tulis, bahan lunak yang sebagian besar terdiri dari kuarsa, ilit, dan klorit.

Replika (kiri) burung hantu batu berukir dengan dua bulu disisipkan di bagian atas di samping foto (kanan) burung hantu bertelinga panjang (Asio otus). (Juan J. Negro)

Kelenturan lempeng tersebut berarti dapat dengan mudah diukir menggunakan alat runcing yang terbuat dari batu api, kuarsa, atau tembaga. "Siapa pun bisa mengukirnya," kata Negro, termasuk anak-anak yang baru memulai pelajaran Ukiran 101.