Mengulik Bisnis Kutuk-mengutuk yang Laris Manis di Zaman Romawi Kuno

By Sysilia Tanhati, Selasa, 6 Desember 2022 | 13:00 WIB
Orang Romawi percaya pada kutukan. Tidak jarang, mereka mengirim kutukan pada orang yang dibencinya. Kutukan tersebut dituliskan pada sebuah luah. (Mike Peel)

Luah juga bisa ditempatkan di area pemakaman. Orang Romawi kuno percaya bahwa orang yang meninggal pada usia dini ditakdirkan untuk berkeliaran di sekitar bumi sebagai hantu. Dengan menempatkan luah di dalam kuburan, kutukan dapat membantu almarhum untuk mendapatkan kedamaian. Larangan keras untuk membongkar kuburan tidak menghentikan orang untuk diam-diam menyelinap masuk di malam hari. Mereka akan meletakkan luah itu di dalam makam.

Meski populer, luah kutukan sempat dilarang

Luah kutukan kuno menjadi sangat populer dan tentunya menjadi bisnis besar di zaman itu. Kaisar Romawi melakukan beberapa upaya untuk melarang orang menggunakannya. Hukuman untuk menggunakan luah kutukan adalah penyaliban atau pembunuhan oleh binatang buas. Namun demikian, tidak ada hukuman yang dapat menakuti orang Romawi kuno. Mereka terus membeli luah kutukan dan menggunakannya untuk membalas musuh.

Semua orang merapalkan mantra Dan mengutuk orang lain

Tidak ada batasan jumlah kutukan yang bisa dibuat oleh seseorang. Luah ini sebagian besar menunjukkan keegoisan dan keserakahan orang.

Kutukan bisa tentang balas dendam, keadilan, olahraga, bisnis, atau cinta dan seks. Saingan dalam olahraga dan bisnis dikutuk untuk gagal. Pihak-pihak yang berseberangan dalam sengketa hukum dikutuk karena kurang ingatan dan kesulitan berbicara sehingga kalah.

Kutukan yang diberikan oleh orang yang patah hati pada Plotius

Kutukan ini ditujukan untuk Plotius, seorang budak Avonia. Kutukan ini menggambarkan si penerima mengalami kerusakan di setiap bagian tubuhnya. Pemberi kutukan berharap agar si penerima tidak bisa tidur akibat rasa sakit yang dialaminya.

Aspek paling aneh dari kutukan ini terletak pada instruksi spesifiknya untuk menghancurkan organ suci penerima. “Jika itu terwujud, si penerima kutukan tidak bisa buang air kecil,” tambah Heigh. Kata-kata kutukan ini sangat menyiratkan bahwa itu ditulis oleh seseorang yang patah hati setelah putus cinta.

Kutukan bagi si pencuri sarung tangan

Penulis kutukan ini, Docimedis, mendapati dirinya dalam situasi yang tidak menguntungkan. Pasalnya, seseorang telah mencuri sarung tangannya saat dia berada di pemandian Romawi.

Sebagai pembalasan, ia mengutuk pencuri itu dengan meminta agar mereka kehilangan akal dan mata mereka. Mungkin sarung tangan sangat berharga sehingga pencurinya dikutuk sedemikian rupa.