“Gangguan yang diperlukan untuk menghentikan penggundulan hutan adalah tentang mengubah perilaku konsumen, mengubah sistem pangan… dan itu adalah sesuatu yang negara-negara dan pemerintah-pemerintah serta para ilmuwan mencoba untuk mendorong maju," paparnya.
Jonathan Céspedes, penulis utama studi baru ini, mengatakan bahwa tugasnya adalah mengevaluasi data deforestasi dan COVID-19 untuk menentukan kemungkinan hubungan antara kedua variabel tersebut. Selama studi ini berlangsung, Céspedes merupakan asisten peneliti di Alliance of Bioversity dan CIAT selama studi dan sekarang mahasiswa Phd tahun ke-2 di Institut Polytechnique de Paris.
“Penting untuk mempertimbangkan bahwa skala spasial dari penelitian ini bersifat global; oleh karena itu, tahap selanjutnya adalah mengevaluasi skala sub-nasional dan lokal, yang mungkin hasilnya akan berbeda,” ucap Céspedes.
Sylvester mengatakan bahwa untuk mendapatkan gambaran nyata tentang dampak pandemi terhadap deforestasi, diperlukan lebih banyak penelitian. Sebab, upaya pemulihan ekonomi nasional dalam menanggapi pandemi mungkin memiliki efek jangka panjang pada deforestasi yang tidak tercakup dalam studi terbatas pada tahun 2020 ini.
“Secara keseluruhan kita melihat bahwa tren deforestasi di sebagian besar negara mengikuti lintasan yang diperkirakan; namun, untuk benar-benar memahami dampak pandemi terhadap deforestasi kita harus melihat periode waktu yang lebih lama, katakanlah tiga tahun atau lebih, untuk memahami bagaimana upaya pemulihan ekonomi nasional berdampak pada tutupan hutan,” simpul Sylvester.