Nationalgeographic.co.id - Padang gurun mengelilingi peradaban kuno Mesir. Bagi sebagian orang, padang gurun dipandang sebagai tempat bahaya dan kekacauan. Namun, orang Mesir juga sangat bergantung pada wilayah gurun ini. Bahkan, padang gurun memiliki peran penting dalam peradaban Mesir kuno. Dalam arti paling sederhana, padang gurun Mesir memberi wilayah itu sumber daya dan material ekonomi yang penting.
Saat ini, Mesir terdiri dari gurun yang mengelilingi Lembah Nil yang hijau dan subur serta kota-kotanya yang semarak dan ramai.
Di sebelah barat Lembah Nil adalah gurun Libya yang gersang dan gurun Arab serta Sinai di sebelah Timur. Di zaman Mesir kuno, padang gurun adalah tempat yang asing. Namun penelitian menunjukkan bahwa orang Mesir kuno memiliki sejarah yang panjang dan kompleks dengan daerah tandus tersebut. "Bisa dikatakan bahwa padang gurun memainkan peran kunci dalam perkembangan budaya dan masyarakat Mesir kuno," ungkap Ed Whelan di laman Ancient Origins.
Awal kebangkitan peradaban Mesir kuno
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 8.000 tahun yang lalu, padang gurun di Mesir sebenarnya adalah sabana yang dihuni oleh satwa liar.
Seni cadas kuno yang ditemukan di daerah tersebut mengungkapkan bahwa padang gurun Mesir dulunya hijau dan penuh dengan kehidupan. Banyak permukiman, yang sekarang tidak dapat dihuni, ditemukan di tempat yang sekarang menjadi Gurun Libya.
Sekitar 6.000 tahun yang lalu, perubahan iklim mengubah padang rumput yang rimbun menjadi tanah terlantar yang gersang. Perubahan ini menyebabkan migrasi ke Lembah Nil yang subur dan kaya air. "Inilah yang menjadi awal kebangkitan peradaban Mesir kuno," Whelan menambahkan lagi.
Baca Juga: Apakah sejak Dulu hingga Sekarang Wilayah Mesir adalah Gurun?
Baca Juga: Begini Perbedaan Mumifikasi Mesir Kuno Bagi Orang Kaya vs Miskin
Bagi orang Mesir yang beradab, gurun dianggap sebagai tempat berbahaya yang terkait dengan perampok, badai, dan ancaman lainnya. Ini semua dipersonifikasikan dalam wujud dewa Set, dewa yang menguasai gurun.
Namun orang Mesir juga akrab dengan padang gurun. "Orang Mesir dari Lembah Nil berkelana ke kedua gurun lebih dari 5.000 tahun yang lalu, sebelum berdirinya negara Mesir," kata Dr. Paweł Polkowski dari Museum Arkeologi Poznań.
Arsitektur dan seni mesir bergantung pada padang gurun
Gurun pasir juga menyediakan pewarna untuk mendekorasi makam. Makam megah Firaun kuno, termasuk Tutankhamun, tidak akan tampak spektakuler tanpa sumber daya yang ditemukan di gurun yang mengelilingi Lembah Nil.
Tanpa sumber daya penting yang diperoleh dari padang pasirnya, citra peradaban ini bisa sangat berbeda dari yang kita ketahui saat ini.
Ada bukti bahwa orang Mesir kuno sering melakukan ekspedisi gurun. Mereka menggunakan keledai dalam jumlah besar dalam ekspedisi yang sangat terorganisir ini. Bahkan ada stasiun pemberhentian yang dibangun oleh negara untuk mendukung misi pencarian sumber daya ini.
Padang gurun Mesir kaya akan mineral dan oasis
Tanah tandus berpasir Mesir adalah area sumber daya utama bagi firaun yang ambisius. Pada periode Kerajaan Lama orang Mesir menaklukkan oasis yang subur di Gurun Barat. Wilayah itu merupakan daerah pertanian yang kaya dan juga penuh dengan sumber daya mineral yang berguna. Seiring waktu, wilayah ini menjadi sumber mineral langka. Kaca dan tembaga gurun Libya termasuk di antara bahan yang paling berharga.
Tembaga sangat penting bagi orang Mesir dan memungkinkan mereka menjadi ahli bangunan yang hebat. Tembaga yang digunakan untuk membuat alat yang diperlukan untuk memproses balok batu. Balok batu tersebut menjadi bahan utama dalam pembangunan kuil dan piramida. Karena tembaga, orang Mesir dapat menyelesaikan proyek konstruksi seperti piramida di Giza dan makam di Lembah para Raja.
Ukiran dan prasasti ditemukan di seluruh padang gurun di Mesir
Segala macam bukti dari ekspedisi Mesir dapat ditemukan di padang pasir dan oasis yang mengelilingi Lembah Nil. Ada banyak prasasti dan ukiran yang ditemukan di tempat yang paling tidak terduga.
Di dekat oasis Dakhla, misalnya, terdapat prasasti yang mungkin dibuat oleh anggota caravan. Prasasti tersebut oleh Khufu, salah satu Firaun terhebat di Kerajaan Lama.
Ekspedisi Dakhla dilakukan untuk mendapatkan bahan mentah yang dikenal sebagai mephat. Para peneliti percaya mephat adalah besi oksida, yang berharga untuk produksi pewarna yang digunakan untuk menghias makam.
Baca Juga: Keberadaan Tambang Zamrud Zaman Romawi Terungkap di Gurun Mesir
Baca Juga: Orang Miskin di Mesir Kuno Rela Abdikan Diri Jadi Budak Kuil
Ukiran dewa gurun Set juga ditemukan di gurun Mesir. "Ukiran seperti itu dibuat oleh orang-orang sebelum memulai perjalanan melalui padang pasir," ujar Whelan. Itu dibuat untuk mendapatkan perlindungan Set dari serangan dan badai pasir.
Gambar Firaun juga ditemukan di padang pasir yang mungkin menandai tempat transaksi resmi. Selain itu, juga bisa berfungsi propaganda untuk menunjukkan kepada penduduk setempat kekuatan penguasa mereka.
Padang gurun sebagai jalur perdagangan penting
Padang gurun Mesir juga penting karena jalur perdagangan yang melintasinya. “Terutama dari Nubia dan sumber daya emas dan gadingnya yang melimpah,” tambah Whelan. Rute perdagangan ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan peradaban Mesir kuno. Selain itu, di zaman Firaun dan kemudian, tahanan politik dan penjahat juga dikirim ke oasis.
Berbagai penelitian arkeologi menyimpulkan bahwa padang gurun Mesir memainkan peran kunci dalam sejarah dan perkembangan kerajaan firaun. Bukti yang disajikan dalam penelitian mengubah pemahaman kita tentang hubungan antara padang gurun dan orang-orang Mesir kuno. Bukan sekadar daerah gersang, padang gurun memiliki peran penting dalam peradaban Mesir kuno.