Salah Kaprah Sejagat, Reog dan Batik Tidak Diklaim Negara Tetangga

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 10 Desember 2022 | 10:00 WIB
Sampai hari ini aktivitas membatik masih berdenyut di Ndalem Hardjonegaran, rumah batik Go Tik Swan Hardjonagoro di Surakarta. Batik adalah warisan budaya di Nusantara. Tidak pernah ada negara yang mengklaimnya sebagai kebudayaannya, melainkan yang ada hanyalah mengukuhkannya sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO untuk dilestarikan. (Alfonsus Aditya/National Geographic Indonesia)

Asia Tenggara kesamaan budaya. Kesamaan itu bukan hanya karena negara-negaranya serumpun secara bahasa dan budaya, tetapi juga persebaran masyarakatnya. Perpindahan masyarakat sering terjadi, bahkan hari ini.

Ada kelompok etnis di Indonesia yang kini tinggal di Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, dan Brunei. Kelompok yang berpindah itu telah bergenerasi tinggal di negara lain, sambil membawa budayanya.

Tentunya, mereka berhak menjaga identitas kebudayaan yang telah diwariskan tersebut, tetapi tetap menyebut diri mereka sebagai warga negara di negara lain. Misalnya orang Bugis Malaysia atau Jawa Filipina. Pewarisan budaya pun tidak hanya berpatok pada darah kandungnya, bisa dilakukan oleh siapa pun yang merasa itu adalah bagian budayanya.

Baca Juga: Kisah Kepahlawanan Sie Jin Kwie dalam Pementasan Wayang Potehi

Baca Juga: Wayang Kulit Merayakan Gamelan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Baca Juga: Mengapa Kita Menghancurkan Warisan Budaya Berusia Ribuan Tahun?

Baca Juga: Momen Haru saat 'Anak-Anak dari Surga' Tampil di Panggung Budaya

"Selama beberapa periode, sistem transmisi dan produk warisan dapat dimodifikasi melalui proses yang disebut 'rekreasi kolektif'," kata Bondan Kanumoyoso, sejarawan dan dekan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dalam forum yang sama. "Ini berarti warisan akan diciptakan kembali oleh komunitas budaya seiring perubahan komunitas dari waktu ke waktu sebagai respons terhadap lingkungannya."

Fenomena ini tidak hanya terjadi pada serumpun. Tengoklah pada negara-negara Barat seperti Amerika Serikat yang sebagian penduduk non-keturunan Asia Tenggara, menyukai gamelan dan dangdut. Begitu juga di sini, kita menyukai kebudayaan Barat seperti mendengarkan musik Inggris (British Pop), atau mementaskan cerita mereka seperti "Hamlet" dan "Les Miserables" lewat teater.

Pemain Teater Opera Suzhou Kunqu mempersiapkan diri untuk geladi bersih. (Michael Yamashita)

Kebudayaan bersifat tidak tetap, mengalami adaptasi atau diadaptasi di tempat lain. Keadaan ini menambah keragaman budaya di negara lain pula. Masyarakat di sana, termasuk yang berasal dari negara lain, pun berhak mengajukan kebudayaan atau tradisi kepada UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda.

"Kalau tidak mau kebudayaan kita 'dicuri' negara lain, ya jangan perkenalkan budaya kita ke luar. Diam saja. Jangan memperkenalkan kebudayaan," kata Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Profesor Ismunandar di forum yang sama.