Transisi Kecukupan: Rem Belanja Konsumtif, Selamatkan Lingkungan

By Utomo Priyambodo, Kamis, 22 Desember 2022 | 10:00 WIB
Konsumen memilih sayuran organik di salah satu pasar modern di Jakarta Selatan. (Yunaidi/National Geographic Indonesia)

Maria Sandberg, peneliti dari Hanken School of Economics di Helsinki, Finlandia, pernah menggarap sebuah studi bertajuk "Sufficiency transitions: A review of consumption changes for environmental sustainability". Dalam makalah studinya yang terbit di Journal of Cleaner Production pada 2021, Sandberg menulis bahwa untuk "menghentikan degradasi lingkungan, diperlukan pendekatan kecukupan." Hal ini memerlukan perubahan substansial dalam pola konsumsi untuk kelas konsumen tinggi, termasuk pengurangan tingkat konsumsi.

Sandberg mengajukan dua pertanyaan utama: Apa perubahan konsumsi spesifik yang disarankan literatur kecukupan untuk mengurangi jejak ekologis, dan bagaimana perubahan konsumsi semacam itu dapat ditingkatkan?

Makalah studi ini menunjukkan bahwa kecukupan dapat memerlukan empat jenis perubahan konsumsi: pengurangan absolut, pergeseran moda transportasi, umur panjang produk, dan praktik berbagi. Riset ini berfokus pada tiga kategori konsumsi dengan dampak lingkungan terbesar, yakni perumahan, nutrisi, dan mobilitas.

Studi ini juga mengidentifikasi hambatan dan aktor yang dapat mencegah atau memajukan transisi kecukupan (sufficiency). Hambatan transisi kecukupan meliputi sikap dan perilaku konsumen, budaya, sistem ekonomi, sistem politik, dan lingkungan fisik. Aktor-aktor yang berpengaruh mencakup entitas bisnis/perusahaan, pembuat kebijakan, warga negara, LSM, dan pendidik.

Siapa pun kita tentu merupakan konsumen. Jadi, seperti yang disebut di atas, jenis perubahan konsumsi yang bisa kita lakukan dalam keseharian adalah mengurangi jumlah konsumsi kita, beralih memilih berjalan kaki atau bersepeda atau menggunakan kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi di setiap perjalanan yang memungkinkan, menggunakan barang atau produk yang lebih tahan lama atau berumur lebih panjang sehingga tidak cepat dibuang, serta berbagi kelebihan barang atau makanan yang kita punya kepada orang lain yang membutuhkan ketimbang membuangnya.

Setiap agama dan keyakinan baik mengajarkan manusia untuk hidup merasa cukup dan saling berbagi. Bumi dan isinya ini cukup untuk menghidupi semua orang, tapi tidak akan pernah cukup untuk orang-orang yang serakah.

Untuk mendukung produk-produk berkelanjutan, Sahabat bisa menemukannya dengan klik di sini.