Suaka Margasatwa Muara Angke: Zona Penyangga Jakarta yang Harus Dijaga

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 17 Desember 2022 | 09:00 WIB
Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) adalah kawasan hijau yang perlu diperhatikan di Jakarta. Selain menyerap polusi, suaka margasatwa ini berperan untuk konservasi satwa di Jakarta. (Cun Cun/Wikimedia)

Muhammad Rudi Wahyono, peneliti Center for Information and Development Studies (CIDES) dan dosen di Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) berpendapat, kawasan utara Jakarta bisa menjadi zona yang menyangga (buffer zone) Jakarta. Saat ini, Jakarta tengah mendapati ancaman kenaikan air laut dan penurunan tanah, yang nantinya makin banyak dataran yang tergenang dan terkena banjir rob.

Burung Cangak Abu ( Ardea cinerea) berjemur pagi hari di Kawasan Hutan Lindung Angke-Kapuk, Jakarta. (Donny Fernando)

Ancaman abrasi dari kenaikan muka laut dan penurunan tanah, bisa membuat kerugian yang tak terhitung. “Untuk menghitung atau evaluasi dampak bencana itu sangat rumit dan itu sangat kompleks. Dan itu pun sendiri belum ada studi komprehensif tentang itu,” jelasnya di majalah National Geographic Indonesia Juli 2022.

Hal ini membuat Suaka Margasatwa Muara Angke sering didatangi oleh masyarakat, organisasi, dan perusahaan (baik swasta maupun milik negara) melakukan aktivitas tanggung jawab sosial (CSR). Kebanyakan di antaranya adalah menanam pohon bakau dan bersih-bersih pantai.

Pohon bakau, sebagai tanaman yang tumbuh di wilayah pasang-surut, bisa tangguh berdiri. Jenis pohon ini bisa mencegah abrasi air laut, karena sifatnya yang dapat menghalangi air laut untuk mengikis daratan. Ketangguhannya juga bisa menahan badai dan angin ke kawasan darat, sehingga dampak seperti banjir bisa diperlambat.

Peran pohon bakau bisa bermanfaat untuk konservasi. Akarnya yang 'rumit' di perairan, bisa menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan untuk kawin dan bertelur. Dengan demikian, ekosistem bisa terjaga berkat hutan bakau yang terawat.

Selain itu, hutan bakau ternyata ampuh untuk menyerap karbon, menurut Sebuah studi di Carbon Management tahun 2012 oleh Daniel Alongi dari Australian Institute of Marine Science. Dia menulis, "Jika stok karbon bakau terganggu, emisi gas yang dihasilkan mungkin sangat tinggi", sehingga penting untuk merawat, dan tidak cukup sekadar menanam saja.