Kisah Filsuf Matematika yang Mati Karena Terlalu Banyak Tertawa

By Galih Pranata, Minggu, 18 Desember 2022 | 13:00 WIB
Sir Thomas Urquhart (1611 – 1660). (Cromarty-Courthous Museum)

Nationalgeographic.co.id—Sir Thomas Urquhart (1611 – 1660) adalah salah satu penulis paling aneh dalam sejarah sastra Skotlandia. Sampai saat ini, tidak jelas apakah dia gila, penipu, atau orang iseng paling berbakat yang pernah lahir di Skotlandia.

"Dia adalah seorang polymath dan penulis yang terkenal karena terjemahan dari karya-karya Francois Rabelais ke dalam bahasa Inggris," tulis Khalid Elhassan. 

Khalid menulisnya kepada History Collecton dalam sebuah artikel berjudul "These Deadly Jokes Were Not Too Funny for their Victims in the End" yang diterbitkan pada 30 November 2022.

Tulisannya sendiri termasuk karya asli pada sistem trigonometri baru yang ia sadur kembali dalam ilmu matematika, sejarah keluarga, epigram, dan penemuan bahasa universal jauh sebelum bahasa Esperanto.

Urquhart adalah seorang royalis yang berjuang untuk Raja Charles I melawan Perjanjian Skotlandia pada tahun 1639, dan dianugerahi gelar kebangsawanan oleh raja atas dukungannya pada tahun 1641. 

Setahun kemudian, ayah Urquhart meninggal. Sayangnya, sang ayah Urquhart meninggalkannya sejumlah utang. Ia harus berurusan dan menghindari kreditor selama bertahun-tahun.

Untuk menghindar, ia bahkan sampai melarikan diri dari Skotlandia ke tempat asing yang tak diketahui untuk sementara waktu.

Setelah selang beberapa tahun, ia kembali lagi ke Skotlandia pada tahun 1645 untuk menerbitkan risalah matematika, Trissotetras, Or A Most Exquisite Table For Resolving Triangles.

Ia mengeklaim dapat memungkinkan seorang siswa untuk belajar matematika yang biasanya dipelajari selama satu tahun, mereka dapat menguasai hanya dalam tujuh minggu. Namun, kenyataannya buku itu ditulis sedemikian rumit hingga siswa kesulitan dipahami.

Patung lilin Urquhart di Cromarty-Courthouse Museum. (Undiscovered Scotland)

Sepak terjangnya terus disorot ketika ia bergabung dengan pemberontakan royalis yang gagal di Inverness pada tahun 1648. Dari peristiwa itu ia dinyatakan sebagai pengkhianat oleh Parlemen.

Selang beberapa tahun, "pada tahun 1651, dia bergabung dengan upaya jangka panjang Charles II untuk merebut kembali takhta," tambah Khalid.

Baca Juga: Pekerjaan Terkutuk di Abad ke-17: Pemakan Dosa Orang yang Meninggal

Baca Juga: Tersinggung karena Lelucon, Selir Zhang Nekat Bunuh Kaisarnya

Baca Juga: Apakah Tablet Babilonia Kuno Ini Menjadi Awal Penggunaan Trigonometri?

Akibat pemberontakannya, Urquhart ditangkap dan dipenjarakan selama dua tahun, pertama di Menara London, lalu di Windsor. Saat dikurung, dia melobi Oliver Cromwell untuk membebaskannya.

Cromwell akhirnya memerintahkan dia dibebaskan pada tahun 1653. Namun, Urquhart kehilangan semua manuskripnya, dan harus kehilangan semua propertinya sebagai syarat pembebasan bersyarat dan pembebasannya. Dia harus meninggalkan Inggris.

Pada tahun 1660 Urquhart mendengar bahwa Charles II yang ia anggap tak mampu merebut takhta, telah dipulihkan dan disambut kembali sebagai raja. Bagi Urquhart itu mengejutkannya sebagai lelucon yang tidak biasa.

Baginya itu adalah lelucon yang sangat lucu. Bahkan dkabarkan Urquhart mati karena terlalu banyak tertawa pada 1660. Alasannya? akibat gagasan Charles sebagai raja.

Pada kenyataannya, ia patah hati bahwa seorang pria yang sangat dibencinya telah dinobatkan sebagai raja. Bagaimanapun, kematiannya masih dianggap sebagai legenda dalam sejarah.