Tujuh Pemimpin Gila Sepanjang Sejarah, dari Tiongkok Kuno hingga Rusia

By Sysilia Tanhati, Minggu, 18 Desember 2022 | 12:00 WIB
Sejak lama, orang-orang harus menghadapi penguasa yang seakan telah kehilangan akal dan bertindak di luar nalar. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id - Sepanjang sejarah, banyak pemimpin dunia yang berpengaruh. Mereka menciptakan perubahan yang membuatnya dikenang sepanjang masa.

Namun, ada juga para pemimpin yang dikenang karena kegilaannya. Ini bukanlah hal baru. Sejak lama, orang-orang harus menghadapi penguasa yang seakan telah kehilangan akal dan bertindak di luar nalar.

Berikut daftar tujuh pemimpin gila sepanjang masa, dari zaman Tiongkok kuno hingga Rusia.

Kaisar Qin Shi Huang si pencari keabadian

Qin Shi Huang naik ke tampuk kekuasaan sebagai kaisar pertama Cina bersatu pada abad ke-3 Sebelum Masehi.

Begitu memperoleh kekuasaan, Huang terobsesi untuk mempertahankannya selama mungkin. Sebagai kaisar, Huang memiliki banyak musuh dan kerap menghadapi beberapa percobaan pembunuhan.

"Gagasan bahwa kematian adalah satu-satunya hal yang dapat memisahkannya dari kekuasaan menyebabkan dia kehilangan akal," tulis Robbie Mitchell di laman Ancient Origins. Sang kaisar pun menjadi terobsesi untuk mendapatkan keabadian.

Ia berkonsultasi dengan tabib yang memberinya resep seks yang sehat untuk menjaga vitalitasnya. Ketika gagal, dia mengonsumsi pil yang mengandung merkuri. Alih-alih sehat dan panjang umur, kesehatannya menurun, begitu pula kewarasannya.

Tidak putus asa, Huang beralih ke mistikisme. Petualang terhebatnya dikirim ke Pulau Keabadian untuk menemukan ramuan ajaib yang memungkinkannya hidup selamanya. Takut akan roh jahat, sang kaisar pun membangun sistem terowongan yang rumit yang menghubungkan 200 istananya.

Terakota Tentara Cina dalam formasi siap bertempur. (Martin Moos/Getty Images)

Semua upayanya terbukti gagal, ia meninggal pada 210 Sebelum Masehi. Kelak, Huang dikenang karena makamnya yang luar biasa yang dipenuhi dengan tentara terakota di Xi’An. Pasukan abadi itu diharapkan melindungi sang kaisar, bahkan sampai ia meninggal.

Charles VI dari Prancis yang percaya jika dirinya terbuat dari kaca

Charles VI dari Prancis dikenang karena dua hal. Itu adalah kekalahan telaknya di Agincourt melawan Inggris dan fakta bahwa ia benar-benar gila.

Ia mengalami banyak serangan psikosis yang terdokumentasi dengan baik. “Pada tahun 1393, dia lupa namanya dan fakta bahwa dirinya adalah raja,” tambah Mitchell. Ketika istrinya datang berkunjung untuk membantu, dia juga tidak tahu siapa dia.

Baca Juga: Apakah Tentara Terakota Tiongkok Terilhami Seniman Patung Yunani Kuno?

Baca Juga: Ivan yang Mengerikan: Bagaimana Dia Bisa Menjadi Tsar Pertama Rusia?

Baca Juga: Akibat Kegilaannya, Kaisar Romawi Caligula Mati dengan Tragis

Kemudian dari tahun 1395-96, sang raja mengeklaim jika dirinya adalah Saint George. Ia mengenali para pelayan dan pejabatnya, tetapi tidak dapat mengingat istri atau anak-anaknya. Sekitar waktu yang sama, Charles berlarian di sekitar koridor kediamannya, Hotel Saint-Pol. Untuk membuatnya tetap aman dan berada di dalam, pintu masuk harus ditutup tembok.

Seakan masih belum cukup daftar kegilaannya, pada 1405, dia menolak mandi atau mengenakan pakaian bersih selama lima bulan.

Setelah kegilaan terakhir ini, catatan tentang penyakit mentalnya semakin langka. Diyakini ini bukan karena dia sembuh tetapi karena serangan kegilaannya menjadi begitu banyak sehingga orang menyerah untuk melacaknya.

Charles pun percaya jika ia terbuat dari kaca. Akibatnya, sang raja menjadi takut pecah dan tidak membiarkan siapa pun menyentuhnya. Charles akan duduk diam selama berjam-jam dan bahkan sampai menjahit batang besi ke pakaiannya untuk melindunginya.

Kaisar Romawi Caligula yang Sadis

Kaisar Caligula dari Romawi pasti termasuk dalam daftar penguasa gila mana pun. Caligula adalah seorang pemimpin yang kesadisan dan kebejatannya seakan tidak mengenal batas.

Sebagai permulaan, Caligula mencoba mengangkat kudanya, Incitatus, sebagai konsul. Dia menunjuk seorang pendeta untuk melayani kuda dan membangun kandang marmer yang menakjubkan. "Kandang itu dilengkapi dengan kursi dan sofa," ujar Mitchell.

Lalu banyak cerita tentang kesadisannya. Misalnya, suatu hari di Circus Maximus, Caligula sedang menikmati tontonan ketika tiba-tiba tidak ada penjahat untuk diumpan ke singa. Caligula menyuruh lima baris pertama penonton diseret dari tempat duduknya dan dilempar ke arena. Ratusan meninggal. Namun, bisa saja kisah ini hanya khayalan sejarawan yang tidak menyukainya.

Di lain waktu, ketika seseorang menghinanya, Caligula menanggapi dengan mengeksekusi keluarga pria itu di depan orang banyak.

Caligula juga dikatakan sangat bejat. Konon dia melacurkan saudara perempuannya kepada pria lain untuk hiburannya dan tidur dengan saudara iparnya.

Secara historis, daftar kesadisan Caligula seakan tidak pernah habis. Beberapa sejarawan mengeklaim bahwa beberapa kisah terburuk tentang Caligula terlalu dibuat-buat dalam upaya untuk mendiskreditkan sang kaisar setelah kematiannya. Meski berlebihan, banyak sumber yang menyatakan bahwa Caligula termasuk kaisar Romawi yang bejat dan sadis.

Kaisar Romawi Nero, si pembunuh ibu

Nero adalah salah satu kaisar Romawi yang dicap gila. Di awal pemerintahannya, semua tampak normal. Seiring dengan berjalannya waktu, ia semakin jatuh ke dalam paranoia yang membuatnya sedikit gila.

Namun Nero memiliki sisi yang lebih lembut. Pada saat Nero menjadi kaisar Roma pada usia 17 tahun, dia mempelajari seni. Kelak, Nero menjadi penyanyi, musisi, dan pembaca puisi yang berbakat.

Dalam budaya Romawi, aktor dan musisi profesional itu setara dengan pelacur atau budak. Akan tetapi Nero suka tampil. Sebagai kaisar, dia menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi yang ditampilkan di depan umum.

Nero bahkan melangkah lebih jauh dengan memasuki Olimpiade dan memaksa penyelenggara untuk menambahkan kompetisi seni. Tidak mengherankan, Nero memenangkan setiap pertandingan yang diikutinya.

Dia sangat suka tampil dan bermain begitu lama. Konon itu membuat para penonton mencari berbagai alasan agar bisa melarikan diri dari pertunjukannya. Pria tua kan berpura-pura mati dan wanita berpura-pura melahirkan hanya untuk melarikan diri.

Nero juga memiliki kebiasaan membunuh orang-orang yang dekat dengannya. Semuanya dimulai dengan ibunya. Alasannya membunuh ibunya tidak jelas, tetapi tampaknya setelah kematiannya Nero mulai menderita paranoia.

“Dipercaya secara luas jika Nero membunuh istri pertamanya dan keduanya sendiri,” Mitchell menuturkan.

Kegilaan Ivan yang Mengerikan

Ivan IV atau Ivan yang Mengerikan kehilangan akal karena pelecehan yang dialami saat masih muda.

Ivan kehilangan kedua orang tuanya di usia muda. Setelah kehilangan ibunya pada usia tujuh tahun, ia tidak berdaya. “Anggota elite pemerintah Rusia menyiksa dan melecehkannya,” tambah Mitchell lagi. Di usia dini, ia mulai menyiksa hewan kecil sebagai mekanisme koping.

Ivan IV atau Ivan yang Mengerikan, tsar Rusia. (Viktor Vasnetsov/Public Domain)

Ivan dinobatkan sebagai tsar pada usia 16 tahun (1546).

Pada awalnya, menjadi penguasa tampak menyembuhkannya dari kegilaannya. Sang tsar membuat pengakuan publik dan meminta maaf atas berbagai tindakan kejamnya. Di awal masa kepimpinannya, Ivan adalah tsar yang baik. Contohnya, dia membuat undang-undang yang bertujuan untuk menciptakan persamaan kelas, sehingga tidak ada yang menderita seperti dia.

Namun kewarasannya tidak berlangsung lama. Ivan mulai membantai rakyatnya sendiri, terutama siapa saja yang berani menantang kecenderungan otokratisnya.

Seiring bertambahnya usia, Ivan dipenuhi paranoia serta kemarahan masa mudanya muncul kembali. Kegilaang Ivan berada di puncaknya dengan pembunuhan putra sulungnya, pewaris, dan kesayangannya, Ivan Ivanovich.

Tsar Peter III dan tentara mainannya

Beberapa penguasa kehilangan akal sehatnya dari waktu ke waktu. Beberapa bahkan tidak pernah memilikinya sejak awal. Seperti, Tsar Peter III dari Rusia yang menderita semacam sindrom Peter Pan. “Sang tsar tidak pernah tumbuh dewasa,” ungkap Mitchell.

Tsar Peter III terutama dikenang sebagai penguasa digulingkan oleh istrinya, Catherine yang Agung. Akan tetapi bagaimana Catherine bisa menyingkirkan suaminya?

Nah, secara luas diyakini bahwa Peter terobsesi dengan tentara mainan. Catherine mengeklaim bahwa pada malam pernikahannya, ia kecewa ketika Peter punya rencana selain menghabiskan waktu dengannya.

Alih-alih menikmati malam pertama sebagai suami istri, Peter mengeluarkan sekotak tentara mainan dari bawah tempat tidurnya. Ia memaksa istrinya untuk bermain dengan tentara mainan itu sampai pagi.

Di lain waktu, Peter menghabiskan banyak waktu untuk mendirikan benteng mainan yang siap untuk pertempuran pura-pura. Dia sangat marah ketika seekor tikus kebetulan lewat dan menjatuhkan mainannya. Tikus itu segera digantung di tembok karena 'melanggar disiplin militer'.

Niyazov dari Turkmenistan

Seperti penguasa gila dari masa lalu, Saparmurat Niyazov memiliki ego yang tidak dapat dikendalikan.

Niyazov menjadi presiden Turkmenistan setelah jatuhnya Uni Soviet, memerintah dari tahun 1990 hingga kematiannya pada tahun 2006. Dia segera mulai bekerja menciptakan kultus kepribadian yang bahkan menyaingi Dinasti Kim di Korea Utara.

Niyazov terobsesi untuk mengganti nama semua hal. Ia mengganti nama bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, dan bahkan roti untuk mewakili kemuliaan-nya. Egonya sedemikian rupa sehingga kota, sekolah, dan bahkan meteorit diberi namanya.

Para dokter bahkan diperintahkan untuk berhenti mengucapkan Sumpah Hipokrates. Sebaliknya, mereka harus bersumpah kepada Niyazov.

Niyazov melangkah lebih jauh dengan mengubah buku yang ditulisnya menjadi setara dengan kitab suci. Bukunya, Ruhnama, harus diajarkan di sekolah-sekolah. Bahkan untuk bekerja di pemerintahan, seseorang harus diuji dengan Ruhnama. Seakan masih belum cukup, orang yang melakukan tes mengemudi pun harus menjawab beberapa pertanyaan tentang Ruhnama.

Niyazov mengambil gagasan kultus kepribadian dan pada dasarnya mencoba mengubahnya menjadi agama negara. Egonya sedemikian rupa sehingga dia melihat dirinya sebagai dewa. Mereka yang membaca bukunya tiga kali "dijamin masuk surga". Tidak mengherankan bahwa segera setelah kematiannya, orang-orang Turkmenistan dengan cepat membatalkan sebagian besar keputusannya.

Itulah daftar pemimpin gila dari berbagai tempat. Beberapa di antaranya tragis; beberapa dari mereka melakukan tindakan keji, dan bahkan ada yang tampak lucu. Sayangnya, rakyat harus mengikuti semua kegilaan para pemimpin itu. Setiap orang dalam daftar ini adalah pemimpin otokrat yang memaksakan kehendak mereka pada rakyatnya.