Nationalgeographic.co.id - Pelanggaran tim di sebuah pertandingan sepak bola bisa saja terjadi. Beberapa pelanggaran bisa diberi kartu kuning atau merah yang bisa diberikan pada pemain, bahkan pelatih yang duduk di luar kotak pertandingan sepak bola. Dampaknya bisa buruk bagi manajemen taktik dan formasi permainan sebuah tim, karena pelanggaran.
Kartu kuning diberikan sebagai peringatan. Jika seorang pemain mendapatkan dua kali kartu kuning, terakumulasi menjadi kartu merah. Kartu merah sendiri adalah tanda pemain harus keluar dari lapangan, dan tidak bisa bermain di permainan selanjutnya. Kartu merah juga bisa diberikan oleh wasit jika terjadi pelanggaran keras.
Namun, bagaimana keputusan memberikan kartu kuning atau merah bagi wasit? Ternyata, menurut sebuah penelitian di Journal of Global Sport, situasi keramaian bisa memengaruhi keputusan wasit memberikan kartu. Penelitian itu bertajuk "No Crowds, No Home Advantage in Football during the COVID-19 Season: Are Crowds Able to Manipulate All but the Best Referees’ Behaviour?" yang terbit 17 September 2022.
Penelitian itu membandingkan kondisi jumlah kartu merah dan kuning di masa COVID-19 di berbagai pertandingan di Inggris, dengan situasi adanya kerumunan di tahun 2010-2011 hingga 2019-2020. Hal itu terpantau dari pertandingan dari empat divisi Liga Inggris.
Ternyata, pertandingan sepak bola selama masa pandemi COVID-19 yang tidak memiliki kerumunan, mengurangi keuntungan tuan rumah.
“Studi kami memberikan bukti yang luar biasa bahwa orang banyak dapat memanipulasi wasit profesional untuk memberikan kartu merah dan kuning yang jauh lebih banyak kepada pemain tandang (dibandingkan ke pemain tuan rumah), efek yang menghilang saat penonton tidak ada," kata Alan Nevill, peneliti utama studi dan profesor di Faculty of Education Health and Wellbeing at the University of Wolverhampton, dikutip dari Eurekalert.
Akan tetapi, ketika kerumunan penonton kembali ke stadion, wasit Liga Premier kurang rentan terhadap seperti itu dengan menyempitnya jarak antara kartu kuning bagi pemain kandang dan tandang. Nevill dan tim berpendapat, liga ini sudah mempersiapkan, memiliki manajemen, dan pelatihan, untuk 'kebal atas kerumunan'.
Baca Juga: Bagaimana Para Imigran Membuat Sepak Bola Prancis 'Jadi Lebih Baik'
Baca Juga: Mengapa Banyak Pemain di Piala Dunia yang Kaus Kakinya Bolong-Bolong?
Baca Juga: Ketimbang Joging, Sepak Bola Lebih Baik untuk Kesehatan Tulang
Baca Juga: Sains Mengungkap Rahasia Teknik 'Shooting' Luar Biasa dalam Sepak Bola
Meski demikian, situasi di mana wasit bisa terpengaruh oleh penonton dalam memberikan kartu pelanggaran masih bisa terjadi. Hanya wasit terbaik yang mampu tidak terpengaruh dari keramaian penonton di pertandingan dalam stadion.
“Sangat menarik bahwa wasit Liga Premier tampaknya kurang rentan dibandingkan wasit yang kurang berpengalaman di divisi bawah--ada berbagai alasan mengapa hal itu terjadi. Misalnya, di Liga Primer, psikolog telah diperkenalkan untuk bekerja dengan wasit dan inovasi teknologi, seperti teknologi garis gawang dan video asisten wasit (VAR), telah diperkenalkan untuk membantu wasit dalam kinerjanya," terang rekan peneliti Tom Webb.
Tom Webb adalah dosen senior di School of Sport, Health & Exercise Science, University of Portsmouth. Dia menambahkan, "pertumbuhan Liga Permier telah menyebabkan peningkatan investasi pada wasit profesional dan potensi kesenjangan yang lebih luas muncul antara wasit itu dan wasit yang bekerja dalam permainan profesional di liga yang lebih rendah," tambahnya.
Tentunya penelitian ini memberi pemahaman bagaimana wasit bisa dipengaruhi, dan pengembangan bagi mereka di berbagai level permainan lainnya. Singkatnya, perlu ada pelatihan yang inisiatif di masa depan bagi wasit untuk bisa memberi keputusan objektif. Perbaikan kualitas ini tentunya mengurangi keuntungan tuan rumah lebih jauh di semua liga sepak bola Inggris.
“Harus ada program mentoring yang lebih luas dan lebih terstruktur untuk wasit di level yang lebih rendah untuk terlibat dengan ofisial yang lebih berpengalaman dan penempatan di pertandingan di liga yang lebih tinggi sebagai bagian dari proses pengembangan mereka," kata Alastair Pearson, rekan peneliti yang sedang mengambil gelar doktoral di tempat yang sama dengan Webb.
Perason menerangkan bahwa perlu ada ketentuan pelatihan yang lebih maju dan efektif bagi wasit yang akan bekerja di luar Liga Premier. Caranya bisa berupa pemberian wawasan bahwa selama ini tuan rumah punya keunggulan karena suporternya. Oleh karena itu, para wasit harus berlatih untuk kebal dari keramaian dan menghadapinya.