Mengapa Sphinx Versi Mesir Kuno dan Yunani Kuno Sangat Berbeda?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 20 Desember 2022 | 17:00 WIB
Di Mesir kuno, sphinx dianggap sebagai pelindung. Di Yunani, ia dipandang sebagai monster jahat. Mengapa sphinx versi Mesir dan Yunani kuno berbeda? (Met Museum)

Nationalgeographic.co.id—Ketika kita membayangkan tentang Mesir kuno, yang terlintas dalam pikiran adalah piramida, firaun, dan sphinx. Namun, meski sphinx identik dengan peradaban Mesir kuno, sphinx tersebar di hampir sebagian besar dunia kuno. Makhluk mitologis ini dapat ditemukan di Yunani kuno, Babel, Persia, dan bahkan Asia Timur. Beberapa memiliki sayap, beberapa berjenis kelamin betina, bahkan ada yang memiliki ekor seperti ular. Tetapi semuanya memiliki tubuh dasar kucing dan wajah manusia. Sejauh ini, penggambaran sphinx yang paling umum ditemukan adalah di Mesir dan Yunani kuno. Meski sama-sama makhluk mitologi, sphinx versi Mesir kuno dan Yunani kuno sangat berbeda.

Sphinx Mesir sang pelindung dari kekuatan jahat

Wajah manusia, dikelilingi oleh hiasan kepala Firaun dan tubuh singa, itulah penampilan umum sphinx di zaman Mesir kuno. Seperti yang Anda lihat pada gambar Sphinx of Memphis, sphinx di Mesir digambarkan dengan janggut palsu yang menunjukkan pangkat kerajaan dan status ketuhanan.

Sphinx ada dalam mitologi Mesir setidaknya sejak 2575 Sebelum Masehi, tetapi mungkin juga sudah ada sebelum itu.

Contoh tertua yang diketahui adalah Sphinx Agung yang berdiri di luar Piramida Agung Khufu. Dibangun oleh putra Khufu, Khafre, wajahnya diukir menyerupai dirinya. “Ini menetapkan standar untuk penggambaran sphinx di masa mendatang,” ungkap Abigail Rose di laman The Collector.

Bagi orang Mesir, sphinx adalah pelindung. Dibangun untuk menjaga keluarga kerajaan, sering ditemukan di dekat pemakaman kerajaan dan pintu masuk kuil. (Wikimedia Commons)

Bagi orang Mesir, sphinx adalah pelindung. Dibangun untuk menjaga keluarga kerajaan, sering ditemukan di dekat pemakaman kerajaan dan pintu masuk kuil. Itu terkait dengan dewa matahari Ra yang berkepala elang. Karena berada di dekat dewa matahari, maka sphinx dianggap sebagai makhluk yang baik bagi manusia.

Ra, raja para dewa, tetapi juga ayah firaun yang saleh, adalah komponen kunci dari kekuasaan firaun di bumi. Sphinx yang diasosiasikan dengan Ra, bertahan melawan kejahatan, melawan musuh Ra, kekuatan literal kegelapan.

Seperti banyak patung kuno, sphinx juga dicat. Ada bukti bahwa Sphinx Agung dicat merah, dengan hiasan kepalanya dicat kuning dan biru. Membayangkan monumen dengan segala kemegahannya yang mencolok membantu kita memahami dampaknya terhadap dunia kuno.

Mengapa Sphinx Agung ditempatkan di depan Piramida Besar?

Alasan Sphinx Agung ditempatkan di depan Piramida Besar tidak begitu jelas. Mark Lehner, seorang ahli Mesir kuno terkenal, menemukan bukti bahwa kuil Sphinx Agung dibangun sejalan dengan Piramida Besar dan Piramida Khafre. Mungkin tujuannya agar sejalan dengan ekuinoks musim panas. Ini akan semakin menyoroti hubungan antara sphinx dan dewa matahari.

Zahi Hawass, mantan menteri negara Mesir, berpendapat bahwa bahwa posisi piramida Sphinx Agung dan Khafre adalah cara untuk menampilkan Khafre sebagai Horus yang memberikan persembahan kepada ayahnya. Sang ayah telah menjadi satu dengan Ra.

Sphinx versi Yunani kuno

Meskipun sphinx berasal dari Mesir, saat menyebar ke Yunani dan Asia, sphinx mengalami perubahan makna dan tampilannya. Dari semangat pelindung orang Mesir kuno, sphinx menjadi monster yang berbahaya di kebudayaan lain.

Dalam Mitos Yunani, Sphinx adalah putri Orthus (anjing monster berkepala dua) dan Echidna (setengah wanita, setengah ular) atau bahkan Chimera (makhluk gabungan: singa, kambing, dan ular).

Versi Yunani, sphinx memiliki kesamaan dalam kepribadian dan keburukan dengan Chimera dan Gorgon. Kisah-kisah mereka memiliki kesamaan dengan monster wanita yang menjerit-jerit menghadang pahlawan pria sebelum diperdaya dan dibunuh.

“Oleh karena itu, dalam hal ini, sphinx Yunani cocok dengan kisah monster Yunani lainnya,” Rose juga menambahkan. Sama seperti monster lainnya, sphinx itu jahat, kejam, dan berbahaya.

Dalam catatan penyair seperti Statius, gambaran mengerikan sphinx berfokus pada cakar dan mata jahatnya. Mata jahat juga menjadi aspek penting dari Gorgon Medusa.

Versi Yunani, sphinx memiliki kesamaan dalam kepribadian dan keburukan dengan Chimera dan Gorgon. Kisah-kisah mereka memiliki kesamaan dengan monster wanita yang menjerit-jerit menghadang pahlawan pria sebelum diperdaya dan dibunuh. (Wikipedia)

Secara fisik, sphinx Yunani tidak sama dengan sphinx Mesir. Di Mesir, sphinx memiliki tubuh singa, hampir selalu kepala manusia dan kebanyakan laki-laki (kecuali mereka mewakili Firaun perempuan, seperti Hatshepsut). Versi Yunani selalu perempuan dan memiliki tubuh kucing bersayap.

Mengapa sphinx Mesir dan Yunani begitu berbeda?

Tampaknya sphinx sebagai konsep berasal dari zaman Mesir kuno. Dalam mitologi Yunani, makhluk itu dikatakan berasal dari Aethiopia, sebuah konsep geografis yang agak kabur yang kira-kira sesuai dengan hulu Sungai Nil dan tanah di selatan Mesir.

Mengapa bisa terjadi perubahan makna dan penampilan yang begitu mencolok?

Salah satu jawaban yang mungkin adalah waktu. Kita cenderung mengelompokkan semua dunia kuno ke dalam satu periode homogen. Tetapi zaman Firaun Khafre secara kronologis jauh dari zaman Herodotus seperti halnya zaman Herodotus dengan zaman modern.

Ribuan tahun telah sehingga Sphinx Agung tertutup pasir sampai ke lehernya. Selama itu, terjadi evolusi dari ide dan konsep sphinx.

Evolusi ini lebih masuk akal mengingat kondisi politik Mesir selama periode Yunani. Ketika kisah Oedipus dan sphinx sedang ditulis, Mesir bukan lagi sebuah kerajaan merdeka. Saat itu, bangsa Mesir tidak kemampuan untuk memaksakan dan mengabadikan budayanya sendiri. Saat itu, mereka berada di bawah kekuasaan Persia, dengan perselisihan internal lebih lanjut.

Baca Juga: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Hilangnya Hidung Sphinx Agung Giza?

 Baca Juga: Misteri Patung Sphinx, Mesir: Diduga Kembar dan Punya Ruang Rahasia?

 Baca Juga: Temuan Pecahan 2 Patung Sphinx dari Makam Kuil Raja Amenhotep III

 Baca Juga: Patung Sphinx dari Era Ptolemaik Ditemukan di Kuil Kom Ombo Mesir

Dampak utama dari kontrol Persia ini adalah meningkatnya kesulitan dalam mengakses pengetahuan hieroglif. Ketika sekitar tahun 454 Sebelum Masehi, Herodotus, sejarawan Yunani kuno, melakukan perjalanan ke Mesir. Dia menulis tentang sulitnya menemukan seseorang yang dapat menerjemahkan 'tulisan suci' (yaitu hieroglif).

Ini berarti bahwa bahkan orang Mesir di masa Herodotus tidak dapat dengan mudah mengakses catatan tertulis. Tidak heran jika mereka tidak dapat memulihkan makna asli makhluk mitologis sphinx. Maka, mitologi Yunani, sesuai dengan mitologi monster wanita yang ada, tidak terbantahkan pada saat itu.

Masalah lainnya adalah pandangan xenofobia orang Yunani kuno terhadap budaya lain, termasuk pada orang Mesir. Ideologi Yunani mendalami pandangan yang lebih luas tentang 'barbarisme' dan stereotip berdasarkan perspektif mereka. Sulitnya menemukan akun Mesir dan kurangnya minat pada mitologi asli Mesir, membuat orang Yunani tidak mereproduksi sphinx asli Mesir. Akhirnya, orang Yunani kuno membuat versi mereka sendiri. Alih-alih melawan kejahatan, sphinx versi Yunani justru adalah monster jahat yang menakutkan.