Bahan Pakaian yang Tak Ramah Lingkungan, Mencemari Bumi tiap Dicuci

By Utomo Priyambodo, Jumat, 23 Desember 2022 | 09:00 WIB
Gerakan saling bertukar pakaian diharapkan dapat memperpanjang usia pakaian untuk fesyen berkelanjutan dan kelestarian bumi. (SayaPilihBumi)

Nationalgeographic.co.id—Sampah pakaian adalah satu jenis limbah yang paling banyak dibuang dalam kehidupan manusia. Tak hanya berupa sampah pakaian bekas pakai, proses pembuatan pakaian juga menghasilkan banyak limbah lain, mulai dari sisa cairan pewarnan hingga material sistesis dalam proses pembuatan pakaian tersebut.

Majalah National Geographic Indonesia edisi Maret 2020 "Tiada Lagi Sampah" pernah melansir data jenis sampah dari laporan bertajuk "Major sources and monthly variations in the release of land-derived marine debris from the Greater Jakarta area, Indonesia" yang terbit di jurnal Nature. Berdasarkan laporan studi ini, dari 18.273 temuan sampah di Jakarta, sekitar 8,2 persennya merupakan limbah pakaian.

Secara nasional, Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah tekstil atau setara dengan 12 persen dari limbah rumah tangga. Data tersebut disitir dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SIPSN KLHK) pada tahun 2021 oleh Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Arifin Rudiyanto.

"Namun dari keseluruhan limbah tekstil tersebut, hanya 0,3 juta ton limbah tekstil yang didaur ulang," ungkap Arifin

Secara global, hanya kurang dari 1% pakaian yang didaur ulang (recycle) lagi sebagai pakaian. Salah satu alasannya, teknologi yang kini ada belumlah memadai untuk mendaur ulang semua jenis pakaian.

Akibatnya, produksi tekstil diperkirakan bertanggung jawab atas sekitar 20% pencemaran air bersih global, menurut European Parliament. Selain itu, industri fesyen juga diperkirakan bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global.

Lebih lanjut, mencuci bahan sintetis tekstil diperkirakan melepaskan sekitar 0,5 juta ton serat mikro (mikrofiber) ke laut setiap tahunnya. Pencucian pakaian sintetis juga menyumbang 35% dari mikroplastik primer yang dilepaskan ke lingkungan. Satu beban cucian pakaian poliester dapat melepaskan 700.000 serat mikroplastik yang dapat berakhir di rantai makanan.

Dikutip dari The Independent, berikut ini adalah beberapa material atau bahan pakaian yang tidak ramah lingkungan:

1. Katun atau kapas

Konsultan fesyen berkelanjutan Alice Wilby menjelaskan, proses pembuatan katun membutuhkan banyak air. Untuk membuat satu celana jins dibutuhkan 10 ribu hingga 20 ribu galon air dan 3 ribu galon air untuk satu kaus.

Katun merupakan kain yang terbuat dari serat alami yakni kapas. Sayangnya, pertanian kapas menggunakan pestisida dan bahan kimia beracun yang meresap ke dalam bumi dan merusak persediaan air.

"Kapas merupakan tanaman yang mendatangkan malapetaka bagi manusia dan planet, bahkan sebelum menjadi pakaian," ucap Wilby.