Tragisnya Anak-anak Miskin di London, Dipaksa Bekerja dan Dipukuli

By Galih Pranata, Minggu, 25 Desember 2022 | 12:00 WIB
Adegan terkenal dari lukisan karya Oliver Twist: 'Tolong, bolehkah saya minta (makanannya) lagi?' (The British Library)

Betapa nahasnya, meski sudah ditetapkan dalam aturan terbarunya untuk melindungi hak asasi anak, pada kenyataannya memukul dan menghukum fisik anak-anak masih diperbolehkan dalam keadaan tertentu.

Pada tahun 1838, sebuah surat ditulis kepada The Times dari Bath yang melaporkan kejadian ketika seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dipukuli selama tiga hari berturut-turut setelah mengeluh bahwa dia mendapat perlakuan kasar secara tidak adil.

Bangsal malam santai pada rumah kerja di West London Union of parishes workhouse. (Mary Evans Collection/Peter Higginbotham)

Seorang pria bernama Henry Morton Stanley adalah salah satu anak yang tumbuh di sebuah rumah miskin, dan kemudian berhasil menjadi seorang penulis. Dalam tulisannya, dia mengungkap kejahatan-kejahatan itu.

Dia bersaksi bahwa salah satu temannya, Willie Roberts, benar-benar dipukuli sampai mati oleh kepala sekolah tempat di mana anak-anak miskin itu dipaksa bekerja.

Dalam Insiden lainnya yang melibatkan seorang wanita bernama Perawat Gillespie, ia menciptakan sebuah sistem baru yang dikenal dengan istilah "kekejaman sistematis" yang mengerikan.

Sistem yang diterapkan ini sangat tragis, di mana ia akan melakukan kekejaman pada anak-anak dengan mencambuk mereka menggunakan jelatang dan memaksa mereka berlutut di atas pipa air panas.

Sampai akhirnya pada tahun 1948, ditetapkan National Assistance Act yang menghapuskan seluruh kisah kelam perundang-undangan orang miskin hingga sistem rumah miskin dan rumah kerja.