Lidah Flamingo hingga Arak Feses: Sajian yang Dinikmati di Zaman Kuno

By Sysilia Tanhati, Minggu, 1 Januari 2023 | 16:00 WIB
Makanan yang populer di zaman kuno mungkin dianggap menjijikkan kini. Lidah flamingo hingga arak feses, contoh sajian yang dinikmati di zaman kuno. (Naples National Archaeological Museum )

Nationalgeographic.co.id - Makanan dan minuman adalah aspek penting dari suatu kebudayaan. Makanan yang dinikmati oleh berbagai komunitas pada zaman dahulu berevolusi sepanjang sejarah menjadi makanan yang kita nikmati sekarang. Namun, tidak jarang, makanan di zaman dahulu tampak tidak lazim bagi orang di zaman modern. Nyatanya, makanan dan minuman yang sangat dinikmati nenek moyang kita akan dianggap sangat menjijikkan di masa kini. Lidah flamingo hingga arak feses, itu adalah beberapa sajian dinikmati di zaman kuno

Lidah flamingo

Sebagian besar dari kita akan ragu untuk mengonsumsi flamingo, apalagi lidahnya. “Namun, orang di zaman kuno punya pemikiran lain,” ungkap Lex Leigh di laman Ancient Origins. Flamingo dinikmati sebagai makanan kuno seperti burung lainnya, termasuk ayam, bebek, burung merak, burung unta, dan bahkan burung beo.

Dianggap lezat, flamingo dipandang sebagai status kekayaan di zaman Romawi kuno. Tidak semua orang dapat menikmati kelezatan lidah flamingo, hanya mereka yang kaya raya yang mampu mengonsumsinya.

Pai burung hidup

Beberapa resep kuno terkenal mengandung hewan hidup di dalam bahan-bahannya. Namun, hewan hidup sebenarnya tidak dikonsumsi di piring. Untuk pai burung hidup, pai dibuat dengan lapisan kulit berbentuk kubah besar di atasnya, di mana diisi burung hidup.

Idenya adalah bahwa burung akan terbang keluar setelah lapisan kulit pai dipotong. Idenya mungkin terdengar spektakuler, tetapi bayangkan jika si burung mengotori pai Anda!

Paru-paru yang direndam susu

Manusia telah mengonsumsi semua jenis organ selama bertahun-tahun, tetapi bagaimana dengan paru-paru? Pada zaman dahulu, sebagian orang biasa memakan paru-paru hewan sebagai santapan istimewa.

Paru-paru akan direndam dalam susu agar tetap lembap. “Susu juga mengeluarkan bau menyengat dari jaringannya,” tambah Leigh. Organ itu kemudian diisi dengan bahan-bahan seperti telur, madu, garam, dan berbagai bumbu untuk memberi rasa. Paru-paru yang sudah dibumbui dan diisi kemudian direbus untuk dimasak sebelum disajikan dalam irisan.

Garum

Garum adalah saus ikan fermentasi yang populer di zaman Romawi kuno. Orang Romawi akan mencampur usus ikan, darah, cuka, madu, herba, dan rempah-rempah. Campuran itu kemudian dibiarkan berfermentasi di bawah sinar matahari selama beberapa bulan.

Bagi orang Romawi, makan belum afdal tanpa saus ikan busuk ini. Jaringan pabrik dan jalur perdagangan bermunculan untuk mendistribusikan garum. (Archeological Museum of Sousse)

Meski dibuat dengan bagian ikan yang 'dibuang', saus ini cukup mahal karena butuh waktu lama untuk membuatnya. Terkadang juga sulit ditemukan, karena garum hanya boleh dibuat di luar kota akibat baunya yang menyengat saat difermentasi.

Hewan pengerat yang diisi

Orang Romawi kuno sering mengalami masalah dengan hewan pengerat yang merusak lingkungan. Solusinya? Isi dan makanlah hewan itu!

Baca Juga: Lima Kematian Tersadis Martir Kristen: Dikuliti hingga Direbus

Baca Juga: Alih-alih Menambah Selera, Pemanis Buatan Membunuh Banyak Orang Romawi

Baca Juga: Lima Sumber Makanan yang Dikembangkan oleh Penduduk Asli Amerika 

Hewan pengerat akan ditangkap dan diberi makan kacang dan biji pohon ek untuk membuatnya gemuk. Setelah gemuk, maka hewan pengerat itu siap untuk dimasak. Sebelum dimasak, hewan pengerat yang sudah mati itu diisi dengan daging, kacang-kacangan, dan rempah-rempah. Untuk menikmatinya, daging yang sudah diisi itu dipanggang hingga sempurna.

Mungkin terdengar menjijikkan, tetapi orang Romawi sangat menikmati hidangan ini.

Rahim babi

Sementara perut babi adalah hidangan yang umum di zaman modern, rahim babi telah ditinggalkan selama beberapa abad terakhir.

Rahim babi adalah kelezatan populer di zaman Romawi kuno yang terbuat dari perut dan ambing babi betina. (Wikipedia)

Rahim babi adalah kelezatan populer di zaman Romawi kuno yang terbuat dari perut dan ambing babi betina. Daging akan dibumbui dan disiapkan dengan silphium, cuka, kaldu, madu, biji seledri, merica, dan daun min sebelum dipanggang.

Jeli apician

Jika Anda pernah mendengar tentang aspic atau jeli daging, Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan sajian yang satu ini.

Salah satu makanan favorit orang Romawi kuno adalah agar-agar Apician. Jeli Apician adalah jeli gurih yang dibuat dengan ayam, domba, kacang-kacangan, kismis, bawang merah, acar, cuka, minyak, dan rempah-rempah.

Dagingnya digunakan untuk membuat kaldu gurih, di mana bahan lainnya dicampur. Kemudian, ramuan ini dibiarkan di salju selama beberapa hari hingga membeku dan menjadi jeli. Kemudian digali dan disajikan dengan keju kambing dan saus.

Pai mawar

Nama pai mawar, juga dikenal sebagai "patina de rosis", sangat menyesatkan. Kelopak mawar memang dimasukkan ke dalam pai mawar, tetapi dasar pai ini terbuat dari otak anak sapi yang dimasak.

Otak akan dimasak dan dioleskan menjadi pasta untuk mengisi seluruh pai sebelum dipanggang lagi hingga konsistensinya menjadi lebih kental. Beberapa kelopak mawar yang dihancurkan akan ditambahkan dalam pasta. Selain itu, untuk mempercantik hidangan, kelopak mawar ditaburkan di atas pai.

Arak feses

Mungkin ini adalah salah satu yang paling menjijikkan dalam daftar ini. Ttongsul adalah minuman anggur beras obat yang terbuat dari kotoran. Ttongsul dibuat secara tradisional di Korea berabad-abad yang lalu dan digunakan untuk tujuan pengobatan.

Ttongsul adalah minuman anggur beras obat yang terbuat dari kotoran. Ttongsul dibuat secara tradisional di Korea berabad-abad yang lalu dan digunakan untuk tujuan pengobatan. (Wikipedia)

Sampai sekarang, orang yang masih percaya dengan keampuhan ttongsul untuk menyembuhkan memar, luka sayat, patah tulang, bahkan epilepsi.

Arak dibuat dengan mendinginkan kotoran (baik anak manusia atau hewan) selama beberapa hari, mencampurnya dengan air. Kemudian difermentasi dengan nasi dan ragi. “Untungnya, arak ini tidak dibuat secara luas lagi,” ungkap Leigh.