Karena kekurangan gizi, ia sangat rentan terhadap penyakit beri-beri, rakhitis, dan penyakit kudis. Seorang pria Romawi yang miskin mungkin tidak memiliki uang tabungan untuk membayar penguburannya sendiri. Jadi, ketika dia meninggal, tidak ada ritual yang dilakukan atas namanya. Mayatnya dibuang begitu saja ke Sungai Tiber untuk dibawa ke laut atau dibuang di lubang komunal di luar kota. Satu perkiraan menyebutkan jumlah mayat yang menemui takdir ini setiap tahun di Roma mencapai 1.500.
Status Sosial Orang Miskin di Roma Kuno
Menjadi miskin juga berarti dikucilkan. Roma, sejak awal, membagi warganya menjadi kampungan dan bangsawan. Bangsawan, yang namanya berasal dari pater, yang berarti 'ayah', adalah kelas istimewa. Asal usul mereka diperdebatkan dengan sengit, tetapi mereka hampir pasti adalah bangsawan. Orang kampungan adalah orang lain.
Pada masa-masa awal, sebagai anggota ordo kampungan, seorang pria miskin dilarang menjadi anggota perguruan tinggi agama, memegang magistrasi, dan dipilih menjadi senat. Dia juga dilarang menikah dengan anggota kelas ningrat.
Meskipun sebagian besar pembatasan ini telah dihapus dari waktu ke waktu, tetap ada kategori warga yang diidentifikasi sebagai bagian dari tatanan sosial yang lebih rendah—kategori yang dikenal sebagai humiliores, dari mana kata-kata modern 'rendah hati' dan 'kerendahan hati' berasal.