Banjir dari Masa ke Masa yang Menghancurkan Kehidupan di Inggris

By Galih Pranata, Selasa, 3 Januari 2023 | 11:00 WIB
Bencana banjir Lynmouth tahun 1952 menyapu 38 mobil ke laut. (Getty Images/History Extra)

Nationalgeographic.co.id—Tujuh puluh tahun yang lalu, di sore hari tanggal 15 Agustus 1952, badai dengan intensitas tropis menurunkan hujan dalam jumlah besar di Exmoor yang sudah jenuh air.

Banjir bandang mengalir ke anak sungai West dan East Lyn Rivers. Air itu dipenuhi dengan pepohonan, batu besar, dan puing-puing lainnya, suara dinding airnya yang runtuh seperti guntur di desa Lynmouth di pantai Devon Utara.

Bencana tersebut menewaskan 34 orang, membuat 420 orang kehilangan tempat tinggal, menghancurkan atau merusak lebih dari seratus bangunan dan 28 jembatan, sekaligus menyapu 38 mobil ke tengah laut.

Nampaknya, Inggris telah mengalami sejumlah bencana banjir yang mengerikan sepanjang sejarah mereka. Elinor Evans merangkumnya kepada History Extra dalam artikelnya berjudul Britain’s flood disasters: a brief history terbitan 14 Agustus 2022.

Lebih lawas lagi, pada abad ke-13, tepatnya pada tanggal 13 dan 14 Desember 1287, gelombang badai yang sangat besar di Laut Utara menewaskan ratusan orang di pantai timur Inggris.

"Norfolk, salah satu kota Inggris yang paling parah terkena dampaknya. Di biaranya, air naik lebih dari satu kaki di atas altar yang tinggi," tambahnya.

Berbeda dengan banjir yang pernah terjadi di Bristol pada abad ke-17, tepatnya di tahun 1607 yang menelan korban lebih tinggi. Sedikitnya 2.000 orang tewas dalam bencana alam ini.

"Lebih parah, rumah dan seluruh desa tersapu, tampaknya disebabkan oleh kombinasi yang tidak biasa dari gelombang pasang tinggi dan badai darat yang parah," imbuh Evans.

Kehancuran di sepanjang pantai barat daya Inggris dan khususnya South Wales sangat luas. Tanda pahatan di dinding menunjukkan bahwa air naik hingga ketinggian hampir delapan meter di Gereja di Kingston Seymour dekat Weston-super-Mare.

Bencana banjir Lynmouth yang terjadi di Inggris pada tahun 1952. (History Extra)

Satu abad berselang, dalam badai hebat yang terjadi pada tanggal 7 Desember 1703, topan yang mengerikan (dianggap hari ini sebagai badai kategori 2) menyebabkan kehancuran yang sangat dahsyat.

Tercatat, hingga 15.000 jiwa diperkirakan telah meninggal karena bencana ini, sebagian besar terseret ke laut. Ratusan orang yang tetap berada di darat, tenggelam dalam banjir bandang ini.

Salah satu Gereja di Inggris mengaitkan kehancuran dan hilangnya ribuan nyawa dalam banjir bandang dahsyat di abad ke-18 ini sebagai pembalasan Tuhan atas dosa-dosa bangsa.

Sepanjang sisa abad ke-18, dan memasuki abad ke-20, terjadi banjir sungai yang lebih mematikan dan badai yang membanjiri pantai. Seperti banjir di Sungai Thames tahun 1928 yang menewaskan 14 orang dan membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Baca Juga: Ekspedisi Sungai Nusantara 2022: Sungai Indonesia Banjir Mikroplastik

 Baca Juga: Sejarah Banjir Jakarta: Mengapa Tak Tertangani sejak Hindia Belanda?

 Baca Juga: Perkampungan dalam Kota Membutuhkan Tata Evakuasi Bencana yang Optimal

 Baca Juga: Restorasi Mangrove dan Terumbu Karang Memberikan Perlindungan Banjir

Namun, dalam setengah abad terakhir, di medio abad ke-20, korban tewas akibat banjir menurun drastis. Lantas mengapa kematian akibat banjir menurun?

Dalam beberapa dekade terakhir, prakiraan cuaca dan sistem peringatan, perlindungan banjir untuk daerah perkotaan yang rentan, dan tanggap darurat semuanya telah meningkat secara pesat.

Prakiraan cuaca yang sangat mendasar di Inggris dimulai sebagai produk sampingan dari pengembangan prediksi badai, yang digunakan untuk membuat pelayaran lebih aman.

Hal inilah yang mendorong jumlah kematian yang disebabkan oleh banjir saat ini menjadi kecil dibandingkan dengan bencana banjir yang menghebohkan yang pernah dialami Inggris di masa lalu.