Nationalgeographic.co.id—Histori banjir Jakarta telah membentang panjang selama berabad-abad. Bahkan sebelum Indonesia memperoleh kemerdekaannya.
Budi Harsoyo, peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)--kini tergabung menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)--, pernah membuat makalah studi berjudul "Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah DKI Jakarta dan dari Sudut Pandang Geologi, Geomorfologi dan Morfometri Sungai". Dalam makalah yang terbit di Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca pada 2013 itu, Budi menuliskan bahwa banjir Jakarta telah terjadi sejak zaman Hindia Belanda.
"Sejarah mencatat banjir sudah mengakrabi Jakarta sejak awal pendirian kota ini oleh Pemerintah Hindia Belanda. Awalnya pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen meminta Simon Stevin merancang sebuah kota di muara Sungai Ciliwung yang sering kebanjiran sebagaimana Kota Amsterdam di Belanda," tulis Budi dalam makalah studinya.
"Kota Batavia (sekarang menjadi Jakarta) dibangun dengan dikelilingi parit-parit, tembok kota, lengkap dengan kanal. Dengan kanal-kanal itu, Coen berharap bisa mengatasi banjir, sekaligus menciptakan sebuah kota yang menjadi lalu lintas pelayaran, sebagaimana kota-kota di Belanda," paparnya.
Sungai Ciliwung yang berkelok-kelok dialihkan dan digantikan sebuah terusan lurus yang membelah Kota Batavia menjadi dua bagian. Namun demikian, sistem kanal yang telah dibangun ternyata tidak mampu mengatasi banjir besar yang melanda Batavia pada tahun 1932 dan 1933. Contoh bangunan kanal dan pintu air peninggalan jaman Belanda yang dahulu dibangun untuk mengatasi permasalahan banjir di wilayah Jakarta dan masih ada hingga kini antara lain Kanal Banjir Kalimalang, Pintu Air Matraman, dan Pintu Air Karet.
Selain pada tahun 1932 dan 1933, sebelumnya Batavia (Jakarta) juga pernah mengalami banjir besar pada tahun 1918. Buku berjudul Masalah Banjir di Batavia Abad XIX pernah mengulas kejadian banjir Jakarta di era Hindia Belanda itu dengan mengutip sumber buku berbahasa Belanda.
Menurut Encyclopedie van Nederlandsch-Indie, eerste deel (1916), A-G, Batavia mengalami banjir besar pada 1918, bahkan diperkirakan ada peningkatan skala banjir. Banjir besar itu disebut terjadi setelah dibukanya hutan-hutan di pegunungan di daerah selatan Bogor guna membangun areal perkebunan teh, perumahan, pertokoan, dan lain-lain.
Baca Juga: Seribu Sapi Ditumbalkan Tarumanegara demi Cegah Banjir Jakarta
Baca Juga: 2050: Kerugian akibat Banjir Jakarta Diprediksi Naik Lima Kali Lipat
Baca Juga: Peneliti: Risiko Banjir di Jakarta Meningkat Hingga 400% pada 2050
Baca Juga: Jakarta Diprediksi Tenggelam Pada 2050, Bagaimana Mencegahnya?
Baca Juga: Banjir Jawa: Penurunan Tanah Jakarta, Pekalongan, Semarang Mengerikan
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR