Nationalgeographic.co.id - Indonesia memulai tahun 2020 dengan musibah banjir yang terjadi di beberapa provinsi, termasuk Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
Langganan musibah banjir, Jakarta dilaporkan sebagai daerah yang menderita paling parah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan setidaknya 67 korban jiwa tewas dan 300.000 orang harus mengungsi karena banjir merendam sebagian wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) awal Januari.
Salah satu sumber menyatakan kerugian akibat banjir ini diperkirakan melebihi Rp10 triliun.
Angka ini naik jika dibandingkan angka kerugian banjir tahun 2013 yang diperkirakan mencapai Rp7,5 trilliun.
Baca Juga: Semakin Mencair, Gletser Himalaya Berisiko Sebabkan Banjir
Kerugian tersebut bisa bertambah besar pada tahun-tahun mendatang karena Jakarta diperkirakan akan menghadapi risiko banjir yang lebih besar.
Sebuah riset yang baru saya dan kolega saya lakukan memprediksikan Jakarta akan mengalami risiko banjir yang lebih hebat pada 2050.
Penghitungan yang kami lakukan menunjukkan risiko banjir di Jakarta akan naik sebesar 322% hingga 402% pada 2050. Angka tersebut berangkat dari asumsi bahwa tidak ada intervensi kebijakan perubahan iklim di Jakarta, ada perubahan pada perkembangan daerah pemukiman, dan hujan ekstrem terjadi bersamaan di seluruh daerah aliran sungai (DAS) di Jakarta.
Setidaknya ada dua alasan besar mengapa risiko banjir Jakarta bisa sebesar itu pada 2050: perubahan iklim dan perkembangan daerah perkotaan.
Para peneliti telah mengakui perubahan iklim sebagai faktor utama dalam meningkatkan risiko banjir di beberapa kota dunia.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR