Pemanasan Iklim Menciptakan Badai Tropis Atlantik yang Semakin Kuat

By Wawan Setiawan, Minggu, 8 Januari 2023 | 10:00 WIB
Badai Florence, dilihat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, di Atlantik pada September 2018. (NASA, via Reuters)

Nationalgeographic.co.id - Iklim yang memanas akan meningkatkan jumlah siklon tropis dan intensitasnya di Atlantik Utara. Ini berpotensi menciptakan badai yang lebih banyak dan lebih kuat, menurut simulasi yang menggunakan model iklim global beresolusi tinggi.

"Sayangnya, ini bukan berita bagus bagi orang yang tinggal di daerah pesisir," kata Christina Patricola, asisten profesor ilmu geologi dan atmosfer Iowa State University, afiliasi dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley Departemen Energi AS di California dan pemimpin studi. "Musim badai Atlantik akan menjadi lebih aktif di masa depan, dan badai akan menjadi lebih intens."

Tim peneliti menjalankan simulasi iklim menggunakan Model Sistem Bumi Exascale Departemen Energi dan menemukan bahwa frekuensi siklon tropis dapat meningkat 66% selama musim badai aktif Atlantik Utara pada akhir abad ini. (Musim-musim tersebut biasanya ditandai dengan kondisi La Niña dengan air permukaan yang sangat dingin di Samudra Pasifik tropis timur dan fase positif Mode Meridional Atlantik dengan suhu permukaan yang lebih hangat di Samudra Atlantik tropis utara).

Jumlah siklon tropis yang diproyeksikan dapat meningkat sebesar 34% selama musim badai Atlantik Utara yang tidak aktif. (Musim tidak aktif umumnya terjadi selama kondisi El Niño dengan suhu permukaan yang lebih hangat di Samudra Pasifik tropis bagian timur dan fase negatif Mode Meridional Atlantik dengan suhu permukaan yang lebih dingin di Samudra Atlantik tropis bagian utara).

Selain itu, simulasi memproyeksikan peningkatan intensitas badai selama musim badai aktif dan tidak aktif.

Temuan ini telah diterbitkan di jurnal ilmiah Geophysical Research Letters dengan judul “Future Changes in Active and Inactive Atlantic Hurricane Seasons in the Energy Exascale Earth System Model.“ Sena, anggota tim penelitian postdoctoral Iowa State, adalah penulis pertama makalah tersebut.

Christina Patricola dari Iowa State mempelajari siklon tropis di Cyclone Country. Dia dan kolaborator baru-baru ini menerbitkan studi tentang badai dan angin topan. (Christopher Gannon/Iowa State University.)

“Secara keseluruhan, peningkatan jumlah dan kekuatan (siklon tropis) yang terjadi secara bersamaan dapat menyebabkan peningkatan risiko ke benua Atlantik Utara di iklim masa depan,” tulis para peneliti.

Patricola menambahkan: "Apa pun yang dapat dilakukan untuk mengekang emisi gas rumah kaca dapat membantu mengurangi risiko ini."

Patricola dan kolaborator lainnya juga menerbitkan makalah penelitian kedua tentang siklon tropis. Yang juga ada di jurnal Geophysical Research Letters dengan judul “Influence of African Easterly Wave Suppression on Atlantic Tropical Cyclone Activity in a Convection‐Permitting Model.” Derrick Danso, anggota tim penelitian postdoctoral Iowa State, sebagai penulis pertamanya. Makalah ini mengkaji penjelasan yang mungkin untuk jumlah siklon tropis yang relatif konstan yang diamati secara global dari tahun ke tahun.

Baca Juga: Squall Line, Awan Hujan Badai Ekstrem yang Dipicu Perubahan Iklim

Baca Juga: Perubahan Iklim Sebabkan Badai dan Siklon Terbentuk di Tempat Baru