Baca Juga: Babad Dipanagara dan Sosok Pangeran Dipanagara Sebagai Manusia
Baca Juga: Kisah Simbolik Awal Mataram Sampai Babad Giyanti tentang Geger Pacinan
Jelas bahwa sang seniman pernah melihat, atau bahkan akrab dengan lukisan-lukisan Belanda abad ketujuh belas di mana pemandangan semacam ini sering digambarkan.
Tokoh-tokoh dalam naskah tidak dibuat dengan gaya wayang, jauh lebih natural, walaupun kepala dan wajah tokoh agak mirip wayang. Tokoh digambarkan dalam postur yang 'realistis' dan mereka memiliki rentang ekspresi wajah yang berbeda.
Secara khusus dalam naskah ini, tokoh-tokohnya digambarkan dengan banyak humor, dan banyak di antaranya kontras dengan tokoh-tokoh wayang yang tidak mampu menunjukkan keragaman suasana hati semacam ini.
Contoh dari perbedaan ini dapat dilihat pada gambar lain, di mana digambarkan tentang ibu dari wazir Logender duduk di kursi dengan para pelayannya di belakangnya duduk di lantai.
"Dia penuh perhatian sementara sudut bahunya menunjukkan intensitas ketertarikannya pada apa yang diberitahukan kepadanya," imbuh Dick van der Meij. Sebuah hal menarik yang didapat dari serat ini, lebih dari mengisahkan ilustrasi bersifat humor.
Meski begitu, ilustrasi-ilustrasi dalam Serat Damar Wulan digambarkan oleh seniman klasik yang canggung dengan pemahaman seninya. Ia menggambar sedikit detail meskipun dengan karakternya yang kuat.
"Penggambaran tokoh-tokoh dalam ilustrasi tersebut memadukan gaya wayang dengan tambahan unsur naturalistik," tambahnya.
Dalam ilustrasi yang digambarkan mirip dengan wayang, digunakan simbolisme binatang dan segala jenis alat peraga yang tidak digunakan dalam teater wayang kulit dan para seniman bebas memutuskan bagaimana menggambarkan mereka.
"Ini sering kali memiliki efek lucu dan mungkin itulah yang diinginkan oleh para seniman," tutupnya.