Serat Damar Wulan Berisi Ilustrasi Seniman Klasik Bergaya Naturalis

By Galih Pranata, Sabtu, 7 Januari 2023 | 16:00 WIB
Sama halnya dengan Serat Damar Wulan, Serat Panji Jaya Kusuma juga menghadirkan tokoh yang mirip wayang dipadukan dengan simbolisme binatang dengan penggambaran canggung. Terkadang memberikan efek lucu dan humor. (Serat Panji Jaya Kusuma/Preußischer Kulturbesitz)

Nationalgeographic.co.id—Memori kolektif tentang sejarah dan kisah fiktif yang mengitarinya dapat muncul dari babad atau serat. Penggambaran atau ilustrasinya, terkadang memberi tafsir tersendiri, seperti halnya dalam Serat Damar Wulan.

Naskah Serat Damar Wulan, yang ditulis dalam kertas berukuran 25,5 × 20 cm dan bertanggal dalam penanggalan Jawa Jumahat-Manis, 9 Rabingulawal, tetapi tidak disebutkan angka tahunnya.

Dikisahkan bahwa Letnan-Kolonel Raban mempresentasikannya ke Perpustakaan Kantor Hindia Belanda pada tahun 1815, sehingga naskah ini bisa jadi dibuat jauh sebelum tahun itu.

Dick van der Meij menulis kepada De Gruyter dalam jurnal berjudul "Sailing-Ships and Character Illustrations in Three Javanese Literary Poetic Manuscripts" (2021), menyebutkan bahwa kisah fiktif dalam naskah ini diperkirakan terjadi pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur, sekira tahun 1292 hingga awal abad ke-15.

Naskah Serat Damar Wulan ini merinci kisah tentang eksploitasi dan petualangan pahlawan legendaris bernama Damar Wulan, yang dalam cerita tersebut akan memerintah Majapahit dengan gelar Raja Brawijaya.

Berbeda dengan Serat Selarasa, Serat Damar Wulan dikatakan berasal dari Jawa Timur, bukan Jawa Barat dan merupakan teks yang sangat populer sejak Letkol Raban membawanya ke kantor pusat Hindia Belanda di Batavia.

Di dalam serat, digambarkan beberapa ilustrasi menarik yang kaya dengan tafsir. Seperti halnya satu kapal yang membawa dua tokoh cerita, Wandan dan Anggris, yang datang untuk melamar perawan ratu (Prabu Kenya) Majapahit, tetapi ditolak.

Sebuah kapal besar Belanda yang akan bersandar, disambut perahu cadik kecil pribumi dalam ilustrasi pada Serat Damar Wulan (Gambar keempat). (Serat Damar Wulan/British Library)

Sepotong informasi singkat ini memunculkan dua ilustrasi rinci tentang kapal-kapal tersebut. Dalam ilustrasi pertama, kapal disambut oleh kapal kecil pribumi yang digambarkan secara kerdil dan dikerdilkan oleh kapal besar Belanda yang dituju.

Kapal besar telah berlabuh dan layarnya diikat, sementara angin kencang bertiup terlihat dari bendera dan panji-panji yang berkibar dan layar perahu kecil yang menyambut kapal.

Dalam ilustrasi kedua, selain kapal Belanda kedua, sebuah perahu dayung kecil sedang menuju pantai. Kapal-kapal besar dalam dua ilustrasi ini bukan berasal dari Jawa dan ilustrasinya jelas terinspirasi dari kapal-kapal Eropa.

Baca Juga: Cerita Panji di Wayang Krucil dan Falsafah Jawa yang Lestari

Baca Juga: Babad Dipanagara dan Sosok Pangeran Dipanagara Sebagai Manusia

Baca Juga: Kisah Simbolik Awal Mataram Sampai Babad Giyanti tentang Geger Pacinan

Jelas bahwa sang seniman pernah melihat, atau bahkan akrab dengan lukisan-lukisan Belanda abad ketujuh belas di mana pemandangan semacam ini sering digambarkan.

Tokoh-tokoh dalam naskah tidak dibuat dengan gaya wayang, jauh lebih natural, walaupun kepala dan wajah tokoh agak mirip wayang. Tokoh digambarkan dalam postur yang 'realistis' dan mereka memiliki rentang ekspresi wajah yang berbeda.

Secara khusus dalam naskah ini, tokoh-tokohnya digambarkan dengan banyak humor, dan banyak di antaranya kontras dengan tokoh-tokoh wayang yang tidak mampu menunjukkan keragaman suasana hati semacam ini.

Ibu wazir Logender yang terlihat antusias tentang berita yang datang padanya, dalam ilustrasi Serat Damar Wulan (Gambar Keenam dalam naskah). (Serat Damar Wulan/British Library)

Contoh dari perbedaan ini dapat dilihat pada gambar lain, di mana digambarkan tentang ibu dari wazir Logender duduk di kursi dengan para pelayannya di belakangnya duduk di lantai.

"Dia penuh perhatian sementara sudut bahunya menunjukkan intensitas ketertarikannya pada apa yang diberitahukan kepadanya," imbuh Dick van der Meij. Sebuah hal menarik yang didapat dari serat ini, lebih dari mengisahkan ilustrasi bersifat humor.

Meski begitu, ilustrasi-ilustrasi dalam Serat Damar Wulan digambarkan oleh seniman klasik yang canggung dengan pemahaman seninya. Ia menggambar sedikit detail meskipun dengan karakternya yang kuat.

"Penggambaran tokoh-tokoh dalam ilustrasi tersebut memadukan gaya wayang dengan tambahan unsur naturalistik," tambahnya.

Dalam ilustrasi yang digambarkan mirip dengan wayang, digunakan simbolisme binatang dan segala jenis alat peraga yang tidak digunakan dalam teater wayang kulit dan para seniman bebas memutuskan bagaimana menggambarkan mereka.

"Ini sering kali memiliki efek lucu dan mungkin itulah yang diinginkan oleh para seniman," tutupnya.