Bubuk Mumi hingga Feses, Beragam Pengobatan Mengerikan di Zaman Kuno

By Sysilia Tanhati, Minggu, 8 Januari 2023 | 13:00 WIB
Di zaman kuno, para ahli kesehatan atau tabib harus puas dengan peralatan dan informasi terbatas mereka miliki. Akibatnya, tabib mempraktikkan beberapa pengobatan aneh dan mengerikan dari waktu ke waktu, mulai dari bubuk mumi hingga feses. (Hieronimus Bosch)

Nationalgeographic.co.id - Dunia kesehatan terus berkembang dari waktu ke waktu. Proses berliku dan rumit dijalani untuk terus mengembangkan teknik pengobatan yang terbaik. Di masa kini, teknologi memungkinkan kita untuk memahami lebih banyak tentang tubuh manusia jika dibandingkan dengan di masa lalu. Di zaman kuno, tabib harus puas dengan peralatan dan informasi terbatas yang diiliki. Akibatnya, mereka mempraktikkan beberapa pengobatan aneh dan mengerikan dari waktu ke waktu, mulai dari bubuk mumi hingga feses.

Fumigasi sulfur untuk menyembuhkan infertilitas

Anda mungkin tidak pernah khawatir rahim akan “menjauh” dari Anda. Orang Yunani kuno memiliki kepercayaan jika rahim bisa “mengembara”.

Di Yunani kuno, tabib percaya bahwa rahim adalah makhluk hidup yang dapat bergerak di sekitar tubuh. Jika wanita tidak menenangkan rahim dengan memberikannya anak sejak dini, rahim bisa menjadi kesal.

“Bila kesal, rahim akan meninggalkan tempat yang seharusnya di perut bagian bawah,” tulis Lex Leigh di laman Ancient Origins. Ini kemudian akan mengakibatkan kemandulan dan kemungkinan kondisi yang lebih serius, seperti kejang atau mati lemas.

Untuk mengobati kemandulan ini, tabib percaya bahwa mereka harus mendorong rahim ke tempat yang benar di perut bagian bawah. Awalnya, mereka akan menggunakan perawatan lembut untuk mengembalikan rahim ke tempat yang tepat, seperti mandi air hangat dan pijat perut.

Jika cara itu tidak efektif, mereka akan beralih ke perawatan yang lebih drastis, seperti mengasapi kepala pasien dengan belerang. Ini dilakukan sambil menggosok paha pasien dengan wewangian yang harum. Mereka percaya bahwa rahim akan bergerak kembali ke tempat yang benar. Rahim akan menghindari bau belerang yang busuk di bagian atas tubuh dan menuju ke aroma harum di paha pasien.

Daging sapi mentah dan kotoran musang untuk mengobati rabies

Bangsa Romawi kuno terkenal dengan inovasinya. Termasuk inovasi dalam dunia kesehatan dan obat-obatan.

Tabib Romawi percaya bahwa mereka telah menemukan obat rabies dengan menggunakan daging sapi mentah dan kotoran musang. Jika seseorang digigit hewan rabies, luka dibungkus dengan daging sapi mentah. Pasien harus meminum ramuan yang terbuat dari campuran lemak babi dan jeruk nipis.

Seakan itu belum cukup, tabib akan membuat ramuan khusus yang terbuat dari kotoran musang rebus dan anggur untuk membersihkan tubuh.

Penyakit menular seksual diobati dengan merkuri cair

Saat ini, kita tahu betapa berbahayanya merkuri cair bagi kesehatan. Sayangnya, nenek moyang kita tidak mengetahuinya.

Tabib kuno di seluruh Yunani, Persia, dan Tiongkok percaya bahwa merkuri cair adalah obat untuk berbagai penyakit.

Baca Juga: Asclepius, Dewa Pengobatan Yunani Bisa Bangkitkan Orang Mati

 Baca Juga: Sejarah Penggunaan Tinja untuk Pengobatan Medis dari Masa ke Masa

 Baca Juga: Scribonius Largus, Tabib Romawi yang Gunakan Listrik untuk Pengobatan

Faktanya, orang Tiongkok kuno sangat percaya akan keampuhan merkuri cair. Bagi orang Tiongkok kuno, merkuri dapat membuat seseorang berjalan di atas air dan hidup selamanya. Banyak orang yang percaya pada keampuhannya akhirnya meninggal setelah mengonsumsi pil merkuri dalam jumlah besar. Seperti kaisar pertama Tiongkok kuno Qin Shi Huang.

Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang percaya akan keampuhan merkuri. Ia mengonsumsi merkuri sebagai salah untuk mendapatkan hidup abadi. (Yuan Zhongyi)

Penggunaan paling populer merkuri cair adalah dalam pengobatan penyakit menular seksual seperti sifilis. Karena merkuri berhasil mengobati infeksi ini karena sifat logam beratnya, hanya sedikit yang memperhatikan efek samping yang mematikan. Hingga abad ke-20, banyak orang yang menggunakan pengobatan ini dan meninggal karena kerusakan ginjal dan hati akibat keracunan merkuri. “Sementara yang lain menderita kanker di kemudian hari akibat penggunaan merkuri cair,” Leigh juga menambahkan.

Bubuk mumi sebagai penghilang rasa sakit

Orang di zaman modern cukup beruntung karena memiliki banyak pilihan untuk menghilangkan rasa sakit.

Beberapa tabib kuno percaya bahwa sisa-sisa manusia memiliki khasiat penyembuhan. Mereka mengalami sakit kepala atau perut pada zaman dahulu mungkin diberi resep minuman berupa cairan campuran darah manusia, tulang, dan bahkan daging. Akhirnya, bagian tubuh tertentu dikaitkan dengan penyembuhan penyakit tertentu, seperti darah gladiator yang tewas untuk mengobati epilepsi.

Seorang pedagang mumi Mesir menjual barang dagangannya pada tahun 1870. Bubuk mumi dibuat dari sisa-sisa mumi yang dihancurkan yang dicuri dari Mesir. Bubuk ini digunakan untuk membuat berbagai macam obat. ()

Pada abad ke-12, “bubuk mumi” dibuat dari sisa-sisa mumi yang dihancurkan yang dicuri dari Mesir. Bubuk ini digunakan untuk membuat berbagai macam obat.

Obat “mayat” menjadi sangat umum sehingga beberapa bentuk bahkan digunakan untuk tujuan rekreasi atau pengobatan pencegahan. Contoh paling umum dari hal ini adalah "King's Drops", yang merupakan minuman beralkohol yang mengandung pecahan tengkorak manusia.

Pil feses untuk mengatasi penyakit kulit

Sebagian besar dari kita akan ragu untuk menyentuh, apalagi mengoleskannya pada luka yang terbuka. Namun itulah yang dilakukan orang Mesir kuno!

Tabib Mesir kuno menggunakan kotoran manusia dan hewan untuk dijadikan balsam dan salep untuk menyembuhkan penyakit dan luka topikal. Beberapa spesialis juga akan menggunakan kotoran anjing, kijang, dan bahkan lalat untuk menghasilkan salep untuk penyakit tertentu. “Bahkan kotoran pun dapat digunakan untuk menangkal roh jahat,” ujar Leigh.

Jelas, kedokteran telah berkembang jauh sejak zaman kuno. Kita beruntung tidak perlu mengoleskan kotoran di luka atau meminum larutan bubuk mumi sebagai Pereda nyeri.