Mengulik Makna dan Tujuan di Balik Tradisi Kuno Berjalan di Atas Api

By Sysilia Tanhati, Minggu, 15 Januari 2023 | 14:00 WIB
Ritual berjalan tanpa alas kaki di atas api ternyata sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Apa tujuan dan makna di baliknya? (Joshua Newton)

Jika berhasil melakukannya, para peserta menerima banyak berkah dari komunitas mereka termasuk pembebasan dari wajib militer.

Kisah serupa dapat ditemukan ditulis oleh Strabo dan Virgil, filsuf terkenal yang hidup sebelum abad ke-1 Masehi.

Dari India dan Eropa, praktik berjalan di atas api menyebar di berbagai budaya. Segera, negara-negara termasuk Spanyol, Jepang, Thailand, Tiongkok, dan Tibet mulai menggunakan praktik ini dalam upacara keagamaan, spiritual, dan budaya.

Seiring waktu, semakin banyak orang yang mendapat kesempatan untuk mencoba berjalan di atas api. Beberapa dari upacara ini bahkan masih diadakan hingga kini.

Ritual ini mencapai Amerika Utara beberapa saat sebelum abad ke-17. Saat itu, Pastor Le Jeune, seorang pendeta Jesuit, mencatat pengalamannya menghadiri ritual penyembuhan yang dilakukan oleh penduduk asli Amerika.

Dia menggambarkan bagaimana seorang wanita yang sakit berjalan melintasi api tanpa cedera, membuatnya sangat terpesona.

Beberapa dekade kemudian, berjalan di atas api menjadi lebih umum di dunia Barat ketika sebuah artikel yang diterbitkan oleh Scientific American pada tahun 1970-an mengeklaim untuk mengajari orang cara berjalan di atas api.

Pelaksanaan ritual berjalan di atas api

Setelah tiba waktunya untuk berjalan di atas api itu sendiri, seseorang dapat mengambil salah satu dari dua strategi berbeda.

Di beberapa daerah, seseorang berjalan dengan tenang, meluangkan waktu untuk mencapai ujung jalan. Kadang-kadang, mereka bahkan berhenti di tengah jalan yang berapi-api untuk menari atau berlutut untuk berdoa.

Dalam kasus lain, ia dapat berlari cepat melalui jalan membara, bergegas untuk mencapai akhir.

Dalam banyak kasus, ada dokter di lokasi sebagai antisipasi jika terjadi kecelakaan. Dokter akan memeriksa kondisi orang yang melakukan praktik ini. Para pemimpin agama mungkin berada di dekatnya sebagai “dokter spiritual”. Orang-orang ini mengeklaim bahwa tidak adanya luka bakar berasal dari "keadaan pikiran" yang sehat.