Konspirasi Renyin, Upaya Gundik Melenyapkan Kaisar Gila nan Sadis

By Sysilia Tanhati, Senin, 16 Januari 2023 | 16:00 WIB
Pemberontakan gundik Dinasti Ming yang terkenal adalah Konspirasi Renyin. Ini adalah upaya para gundik untuk melenyapkan Kaisar Jiajing yang kejam. (Palace Museum Archives)

Nationalgeographic.co.id—Kehidupan gundik tidak selalu manis dan menyenangkan. Misalnya, gundik-gundik kaisar Tiongkok di era Dinasti Ming. Kaisar di masa itu terkenal akan kekejamannya pada gundik atau selir istana. Mereka dilecehkan, disiksa, bahkan tidak jarang ada yang dibunuh dengan kejam. Sebagian gundik tidak berdaya dan menerima nasibnya. Namun ada juga yang tidak tahan akan perlakuan sadis kaisar dan mengambil tindakan. Pemberontakan gundik Dinasti Ming yang terkenal adalah Konspirasi Renyin. Ini adalah upaya para gundik untuk melenyapkan Kaisar Jiajing yang gila dan sadis.

Ambisi Kaisar Jiajing

Sepanjang sejarah Tiongkok, pembunuhan atau percobaan pembunuhan kaisar bukanlah hal baru. “Namun bisa dikatakan bahwa kasus Kaisar Jiajing mungkin salah satu yang paling tidak biasa,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.

Pada tahun 1521, Zhu Houcong menggantikan sepupunya, Kaisar Zhegde, sebagai kaisar ke-12 Dinasti Ming. Zhu Houcong mengadopsi nama agung Jiajing, yang berarti ‘ketenangan yang mengagumkan’. Namun bertolak belakang dengan arti di balik namanya, Jiajing jauh dari ketenangan.

Di awal pemerintahannya, Kaisar Jiajing dikatakan tampak seperti seorang penguasa yang serius dan ambisius. Ia memiliki tekad yang kuat. Misalnya, dalam konfliknya dengan pejabat dalam upayanya untuk memberikan kepada ritual dan gelar yang sesuai untuk garis keturunan kekaisaran pada orangtuanya. Meski, keduanya tidak pernah naik tahta Kekaisaran Tiongkok.

Peristiwa ini, selain membuatnya tampak sebagai anak yang berbakti, juga mengungkapkan sisi gelap sang kaisar.

Ketika ia berhasil mengembalikan status kekaisaran keluarganya pada tahun 1524, ratusan pejabat istana memprotes keputusannya. Jiajing menjebloskan pengunjuk rasa ke penjara, di mana banyak yang dikatakan telah dipukuli sampai mati. Yang lainnya diberhentikan dari jabatannya.

Itu baru permulaan dari perlakuan kejamnya pada penghuni istana. Masih ada beberapa tindakan lagi yang menyebabkan Jiajing dikenang sebagai kaisar yang brutal.

Jiajing juga mencoba-coba Taoisme, khususnya alkimia. Pasalnya, ia ingin mendapatkan ramuan keabadian yang legendaris. Konon, upayanya untuk mendapatkan ramuan kehidupan abadilah yang memicu Konspirasi Renyin atau pemberontakan para gundiknya.

Konspirasi Renyin, ketika para gundik yang tertindas membalas dendam

Konspirasi Renyin terjadi pada tahun 1542 dan melibatkan 16 wanita istana yang mencoba menghabiskan nyawa Jiajing.

“Menurut beberapa sumber, pencarian kaisar untuk keabadian melibatkan pengumpulan darah menstruasi perawan perempuan,” kata Mingren. Ia menggunakannya untuk membuat zat yang disebut ‘timbal merah’, yang akan dikonsumsi agar bisa hidup selamanya.

Banyak gadis berusia 13-14 dipelihara untuk produksi ramuan keji ini. Mereka hanya diberi makan daun murbei dan air hujan karena kaisar percaya ini akan menjaga kemurnian zatnya.

Para wanita muda dipukuli, tersiksa, dan kelaparan. Bila sakit, mereka akan dibuang. Selirnya juga dipukuli dengan kejam agar selalu tunduk padanya. Ini membuat para gundik secara pasif akan memenuhi setiap keinginan seksualnya. Tidak heran para wanita bersatu untuk merencanakan pembunuhan penguasa sadis nan gila ini.

Ke-16 gundik istana mengambil tindakan pada malam yang dihabiskan kaisar di kamar selir favoritnya, Permaisuri Duan (dikenal juga sebagai Lady Cao). Setelah selir kesayangan mundur dengan pengiringnya, kaisar ditinggalkan sendirian. Saat itu, gundik istana mengambil kesempatan untuk menyerang.

Mereka menahan kaisar sementara seorang selir mencoba mencekiknya dengan pita dari rambutnya. Ketika ini gagal, mereka mengikatkan tali tirai sutra di lehernya. Sayangnya, mereka mengikat simpul yang salah dan tidak dapat mengencangkan tali untuk menyelesaikan pekerjaan.

Permaisuri menindak para gundik

Salah satu konspirator panik dan melaporkan upaya pembunuhan itu kepada Permaisuri Fang. Karena kaisar tidak sadarkan diri sampai sore berikutnya, Permaisuri mengambil tindakan sendiri. Ia membuat para gundik istana dieksekusi dengan ‘pemotongan lambat’. Hukuman ini dikenal juga sebagai ‘kematian dengan seribu luka’.

Baca Juga: Kehidupan Tragis Selir Dinasti Ming: Dilecehkan, Disiksa, dan Dibunuh

Baca Juga: Penemuan Mumi Perempuan Singkap Gaya Hidup Zaman Dinasti Ming

Baca Juga: Selidik Warna Tentara Terakota Penjaga Makam Kaisar Tiongkok

Baca Juga: 8.000 Prajurit Terakota: para Penjaga Kaisar Qin Shi Huang di Akhirat

Baca Juga: Kisah Kaisar Qin Shi Huang, si Pencari Keabadian yang Bernasib Tragis 

Seakan masih belum cukup penderitaan selir-selir Jiajing, keluarga 16 selir itu juga dieksekusi. Bahkan, Permaisuri Duan juga dieksekusi meski ia terbukti tidak terlibat dalam konspirasi. Fakta bahwa upaya pembunuhan terjadi di kamarnya memberikan alasan yang cukup bagi Permaisuri Fang untuk melenyapkan saingan potensial di istana.

Menyusul upaya pembunuhannya, Kaisar Jiajing mundur ke bagian barat Kota Terlarang. Di sana dia bisa hidup dalam isolasi dan berhenti memegang pengadilan selama dua dekade berikutnya dari masa pemerintahannya.

Pemerintahan panjang Jiajing berhasil menciptakan stabilitas. “Namun dekadensi dan ketidakpeduliannya terhadap urusan kekaisaran menyebabkan kemunduran,” tambah Mingren.

Kaisar Jiajing meninggal pada tahun 1567 pada usia 59 tahun. Banyak spekulasi yang menyebutkan bahwa dia meninggal karena merkuri beracun yang terkandung dalam ‘ramuan keabadian’ yang dikonsumsi selama hidupnya.