Solusi Hijau: Daur Ulang Tinja dan Urin untuk Gizi Pangan dan Obat

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 17 Januari 2023 | 11:00 WIB
Tinja dan urin kita bisa didaur ulang sebagai produk pupuk. Manfaatnya, jika dikelola secara sintetis, punya khasiat gizi dan kesehatan. (vectorpocket/freepik)

Nationalgeographic.co.id—Sudah sejak lama diketahui bahwa kotoran bisa menjadi pupuk untuk kebutuhan pertanian. Sebuah penelitian di jurnal Frontiers in Environmental Science tanggal 16 Januari 2023 mengungkap, kotoran manusia adalah pupuk daur ulang terbaik dan juga aman bagi pertanian. Penelitian ini membuat kita harus berpikir, apakah bisa jika kita mendaur ulang semua limbah tubuh kita untuk kebutuhan gizi kita sendiri?

Mungkin agak menjijikkan bagi sebagian orang. Namun, konsep ini bisa menjadi cara untuk mengatasi krisis iklim, jika kelak sebagian keanekaragaman hayati hilang, dan polusi semakin tinggi. Kita belakangan menuju konsep keberlanjutan, di mana semuanya bisa didaur dan digunakan kembali dalam konsep ekonomi sirkular.

Lagi pula, menurut para peneliti dalam makalah berjudul "Recycling fertilizers from human excreta exhibit high nitrogen fertilizer value and result in low uptake of pharmaceutical compounds" itu tidak semua kondisi bisa membuat tinja atau urin bisa didaur ulang. Dengan catatan, tinja atau urine tidak mengandung mikroba berbahaya dan berisiko. 

Limbah biologis manusia ini bisa dimanfaatkan kembali karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Misalnya, urine sangat kaya akan nitrogen, potasium, boron, dan zat besi. Sedangkan tinja mengandung fosfor, kalsium, magnesium, atau karbon organik yang penting bagi tanah.

"Di sini kami menunjukkan bahwa produk yang berasal dari daur ulang urin dan feses manusia adalah pupuk nitrogen yang layak dan aman untuk budidaya kubis," terang penulis pertama makalah Franziska Häfner. Dia adalah kandidat PhD di University of Hohenheim, Jerman. 

Häfner bersama timnya mencoba membandingkan hasil kubis putih yang biasanya ada di pasar antara pupuk konvensional dan pupuk daur ulang. Mereka melihat perbedaan hasil tanaman dengan empat pupuk daur ulang selama musim tanam di atas petak dengan tanah berpasir, lempung, atau berlumpur.

Sebagai pupuk patokan, para peneliti menggunakan vinasse organik yang tersedia secara komersial, diproduksi melalui fermentasi residu biomassa dari produksi bioetanol. 

Mereka juga menguji pupuk urine nitrifikasi (NUFs). Pupuk ini adalah produk modern yang disentesis dari urine manusia yang telah dikumpulkan secara terpisah dari kotoran. Di dalamnya terkandung senyawa pembawa nitrogen yang bisa diubah mikroba menjadi amonium dan nitrat yang berharga. Pupuk NUF ini bar-baru ini disetujui untuk pertanian di Swiss, Liechtenstein, dan Austria.

Selain itu, mereka juga gabungan produksi makanan organik regeneratif (CROP). Produk ini dikembangkan oleh Institute of Aerospace Medicine dari German Aerospace Center untuk mendaur ulang air limbah di pangkalan Bulan atau Mars. Bedanya dengan NUF, pupuk ini sudah umum di pasaran dan sebagian besar obat-obatan disaring. Sebagian besar patogen telah mati dalam proses produksi.

Ilustrasi penggunaan pupuk modern. (Zika Zakiya)

"Pupuk dari urine manusia yang ternitrifikasi memberikan hasil yang sama dengan produk pupuk konvensional, dan tidak menunjukkan risiko terkait penularan patogen atau obat-obatan,” jelas Häfner di Eurekalert.

Ariane Krause, ilmuwan Leibniz Institute of Vegetable and Ornamental Crops (IGZ), Jerman mengatakan, "Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pupuk urine nitrifikasi seperti Aurin dan CROP memiliki potensi besar sebagai pupuk di bidang pertanian. Mereka berpendapat untuk penggunaan yang lebih besar dari produk daur ulang ini di masa depan.”