Peneliti Identifikasi Protein Penangkal Bisa Ular Derik

By Utomo Priyambodo, Rabu, 18 Januari 2023 | 11:00 WIB
Ular derik albino. Ular derik termasuk ular yang berbisa. (Matt Giorgianni)

"Untuk bertahan hidup dari gigitan ular berbisa, mangsa harus mengembangkan ketahanan terhadap bisa itu. Jika mangsa menjadi sedikit kebal, maka ular harus menyesuaikan diri dengan bisa yang lebih baik. Namun, ular juga mampu melindungi diri dari bisa mereka sendiri yang berkembang selama perlombaan senjata mereka melawan mangsa. Tujuan kami adalah mencari tahu proses persisnya bagaimana."

Kebanyakan bisa ular membawa gudang racun berbahaya yang memfasilitasi kelumpuhan, pembunuhan, dan pencernaan mangsa. Salah satu komponen inti dalam racun ular berbisa adalah kelas molekul yang disebut metaloproteinase, yang mencegah pembentukan gumpalan darah, memecah jaringan dan akhirnya menyebabkan perdarahan. Untuk melindungi diri dari racun ini, baik ular maupun mangsanya mengandalkan protein khusus yang dikodekan dalam genom mereka yang menghalangi efek racun yang melemahkan.

Para peneliti menyelidiki keluarga dari lima protein yang umumnya dikaitkan dengan resistensi racun. Tanpa diduga, hanya satu anggota keluarga protein yang memiliki sebagian besar aktivitas penangkal racun, yakni FETUA-3, yang mengikat hampir semua racun dalam bisa ular derik punggung berlian dari barat. Protein itu juga mengikat dan menghambat racun dari bisa beberapa ular derik lainnya.

Tim peneliti berharap temuan mereka akan membantu para peneliti mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana FETUA-3 dan protein-protein penghambat toksin lainnya dapat berfungsi sebagai bahan untuk perawatan gigitan ular yang lebih efektif.

“Banyak perawatan saat ini menggunakan teknologi kuno dan antibisa yang memiliki kelemahan, termasuk dalam hal variasi atau kurangnya potensi, ketidakmurnian yang memicu efek samping, dan ketidakkonsistenan pembuatan,” kata penulis utama studi tersebut Fiona Ukken, seorang spesialis di Departemen Biologi University of Maryland dan HHMI.

"Namun, dengan meningkatkan pemahaman kita tentang dasar molekuler dari penghambatan bisa, kita dapat membantu menciptakan perawatan terapeutik yang baru dan lebih efektif."