P.T. Barnum The Greatest Showman dan Kebohongan Terbesar dalam Sejarah

By Sysilia Tanhati, Jumat, 20 Januari 2023 | 07:00 WIB
Barnum dikenal sebagai penyelenggara pertunjukan terhebat di Amerika Serikat. Ia diklaim sebagai pencipta hoaks terbesar. Beragam daftar kebohongan terbesar dalam sejarah membuatnya tenar dan kaya. ( E. Teel )

Nationalgeographic.co.id—Selama lima dekade dalam hidupnya, Phineas Taylor Barnum dari Bethel, Connecticut, berhasil mengubah dirinya. Berawal dari anak desa yang miskin menjadi seorang penyelenggara pertunjukan terkenal di Amerika. Hidupnya yang penuh sensasi membuat 20th Century Fox merilis film drama musikal The Greatest Showman yang terinspirasi dari kisahnya. Berkat kombinasi taktik pemasaran yang brilian dan praktik bisnis yang kurang baik, Barnum meraup keuntungan fantastis. Seperti apa kisah P.T Barnum ‘the greatest showman’ dan daftar kebohongan terbesar dalam sejarah yang diciptakannya?

Barnum muda: terkadang menyenangkan untuk ditipu orang

Phineas Taylor Barnum lahir di Bethel, Connecticut pada tahun 1810. Dia miskin, tetapi tidak menyadarinya. Kakeknya memberi tahu Barnum muda bahwa dia akan mewarisi sebidang tanah paling berharga di negara bagian itu, Pulau Ivy.

“Kamu adalah anak terkaya di kota,” kata kakeknya. Barnum memohon untuk bisa melihat warisannya. Dengan teman dan keluarga di belakangnya, kakeknya membawanya ke rawa yang tidak berharga dan berkata, “Itu dia!” Semua tertawa, termasuk, setelah beberapa saat, Barnum sendiri.

Di situlah ia mulai menyadari bahwa terkadang menyenangkan untuk ditipu. Kejadian ini membuatnya kelak dikenang sebagai salah satu pencipta hoaks terkenal dalam sejarah.

Mencari peruntungan di New York

Barnum tiba di New York pada tahun 1834 dengan dukungan keluarga. Ia mencoba peruntungannya menjalankan toko kelontong dan menjual Alkitab. Kemudian dia bertemu Joice Heth, yang berkeliling negara mengaku sebagai perawat George Washington. Jika itu benar, usia Heth sekitar 160 tahun, tapi tidak masalah. Dia menampilkan pertunjukan yang menarik dengan mengenang masalah gigi susu George.

Barnum mengambil alih promosi acara tersebut, dengan poster dan artikel surat kabar yang ditulisnya sendiri. “Publik berbondong-bondong untuk melihat Heth,” kata Michael Riedel di laman New York Post.

Ketika pengasuh gadungan itu meninggal, otopsi mengungkapkan bahwa ia berusia 84 tahun. Barnum mengeklaim jika Heth telah menipunya. Wartawan tertawa gembira dan menulis tentang itu.

Ketagihan akan dunia pertunjukan, Barnum membeli museum yang terbengkalai di Broadway dan Ann Street. Dia mengganti relik berdebu dengan keanehan yang tidak masuk akal, seperti Putri Duyung Feejee. Putri duyung itu adalah bangkai monyet yang dijahit ke ekor ikan. Pada tahun 1842, putri duyung itu menjadi daya tarik yang lebih besar daripada Bette Midler di “Hello, Dolly!”

Barnum kemudian memenuhi Museum Amerikanya dengan segala jenis kebohongan. Rreproduksi retina Cyclops dan model miniatur Air Terjun Niagara “dengan air asli” menjadi keanehan yang bisa dinikmati.

Antara tahun 1841 dan 1865, sekitar 38 juta pengunjung datang ke museum ini. “Pada saat populasi Amerika Serikat di bawah 32 juta, menurut sensus tahun 1860,” ungkap Riedel.