Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca Global dengan Belajar Hidup tanpa Baja

By Wawan Setiawan, Minggu, 29 Januari 2023 | 15:00 WIB
Gambar salah satu pabrik baja. Menurut studi baru, sangatlah sulit untuk benar-benar mencapai produksi baja dengan nol emisi. (Unsplash/CC0 Public Domain)

Nationalgeographic.co.id - Baja adalah salah satu bahan terpenting di dunia. Ia menjadi bagian integral dari mobil yang kita kendarai, bangunan yang kita huni, dan infrastruktur yang memungkinkan kita melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya.               

Sayangnya, baja juga bertanggung jawab atas 7% emisi gas rumah kaca global. Pada tahun 2021, 45 negara membuat komitmen untuk mengejar baja beremisi mendekati nol dalam dekade berikutnya. Akan tetapi bagaimana mungkin menghasilkan baja yang kita butuhkan di masyarakat dengan nol emisi?

Studi baru berfokus pada industri baja Jepang telah diterbitkan di jurnal Nature Sustainability pada 5 Januari 2023 bertajuk “Limited quantity and quality of steel supply in a zero-emission future.”

Dalam studi ini, menunjukkan bahwa jika kita benar-benar berkomitmen untuk mencapai emisi nol, kita harus bersiap menghadapi skenario jumlah baja yang dapat kita produksi lebih rendah. Jepang telah menetapkan target pengurangan emisi dari baja sebesar 46% pada tahun 2030, dan nol emisi pada tahun 2050.

Sejauh ini, peta jalan untuk mencapai hal ini sangat bergantung pada inovasi teknologi di masa depan. Harapan terbentang untuk pengembangan penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) dan teknologi berbasis hidrogen.

Dalam studi tersebut, Dr. Takuma Watari, seorang peneliti di National Institute for Environmental Studies, Jepang, yang saat ini bekerja dengan University of Cambridge, berpendapat bahwa tidak ada ‘peluru perak’.

Dia mengatakan bahwa rencana saat ini untuk mengurangi emisi karbon meremehkan betapa sulitnya untuk mengembangkan teknologi CCS dan hidrogen dan menyebarkannya secara luas.

"Teknologi ini masih menghadapi tantangan teknis, ekonomi, dan sosial yang serius, dan belum diterapkan dalam skala besar. Dan yang terpenting, sangat tidak pasti apakah akan ada cukup listrik tanpa emisi untuk menggunakan teknologi ini," tuturnya.

Kita perlu menghadapi kemungkinan bahwa inovasi teknologi mungkin belum siap pada waktunya untuk memungkinkan kita mempertahankan tingkat produksi baja saat ini sembari memangkas emisi hingga nol.

Menurut penulis studi baru, dengan anggaran karbon nol emisi, produksi barang-barang baja akan sangat dibatasi. (Shutterstock/ABCDstock)

Penelitian ini melibatkan pemetaan aliran baja saat ini di industri Jepang dan menggunakan model untuk mengeksplorasi bagaimana industri dapat berubah jika anggaran karbon yang ketat diterapkan di masa depan.

Dr. Watari menjelaskan bahwa dengan praktik saat ini, kuantitas dan kualitas baja yang diproduksi akan menurun drastis di bawah anggaran nol emisi karbon. Ini karena kurangnya sumber daya dan praktik daur ulang, di mana sisa-sisa baja yang mengandung kotoran digunakan untuk membuat produk baru. Sulit untuk menghilangkan kotoran ini, sehingga produk baru memiliki kualitas dan fungsi yang berbeda dari baja asli.