Separuh ART Migran Indonesia di Negara Arab Pernah Alami Situasi Kejam

By Utomo Priyambodo, Rabu, 1 Februari 2023 | 16:30 WIB
Asisten rumah tangga atau pekerja rumah tangga migran di Kuwait City. Lebih dari 50% pekerja rumah tangga migran di negara-negara Teluk Arabia pernah mengalami situasi kejam. (Lisa Blaydes)

Jadi, persentase responden ini mewakili jumlah perempuan yang sangat besar. Sebab, sebagian besar pekerja rumah tangga adalah perempuan.

"Ini mempengaruhi begitu banyak orang," kata Blaydes. "Globalisasi pekerjaan perawatan sangat umum. Jika kita ingin memahami pengalaman kerja banyak perempuan di seluruh dunia, pekerjaan rumah tangga adalah bagian besar dari itu."

Blaydes, yang menghabiskan waktu masa kecilnya di Arab Saudi, adalah anggota senior di Freeman Spogli Institute dan direktur Sohaib and Sara Abbasi Program dalam Islamic Studies di Stanford University.

Penelitian Blaydes berfokus pada isu-isu sosial, ekonomi, dan politik di Timur Tengah. Baru-baru ini, dia mengalihkan perhatiannya ke negara-negara Teluk Arabia yang mayoritas pekerjanya adalah migran dan tempat perempuan paling sering memikul beban mengurus rumah dan merawat keluarga.

Baca Juga: Kisah Adu Nasib Para Pekerja Migran Gelap Indonesia di Belanda

Baca Juga: Ketika Invasi Romawi ke Jazirah Arab Berakhir dengan Bencana Kolosal

Baca Juga: Akibat Perubahan Iklim yang Kian Nyata: Menghijaunya Tanah Arab Saudi 

Karena negara-negara Teluk memprioritaskan pembangunan ekonomi, termasuk dengan mendorong perempuan untuk bekerja di luar rumah, Blaydes memutuskan untuk mempelajari pengalaman orang-orang yang akan mengisi kekosongan dalam rumah tangga yang ditinggalkan perempuan Arab: perempuan migran.

Kemampuan perempuan Arab untuk menerima dan tetap bekerja "hampir bergantung" pada kehadiran perempuan migran yang bekerja di dalam rumah mereka, kata Blaydes.

"Ada kecenderungan untuk tidak memikirkan pekerja rumah tangga sebagai tenaga kerja," katanya. Namun, "untuk memahami masalah yang berkaitan dengan gender dan tenaga kerja dan ekonomi, tidak masuk akal untuk mengecualikan populasi ini."

Untuk penelitiannya, Blaydes merancang survei online asli perempuan di Indonesia dan Filipina. Keduanya adalah dua negara yang mengirim banyak perempuan untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga di negara-negara Teluk Arabia.

Pada akhirnya, 656 perempuan menyelesaikan survei, setelah menjawab pertanyaan saringan untuk menentukan apakah mereka pernah bekerja di kawasan Teluk Arabia sebagai pekerja rumah tangga. Dibandingkan dengan negara-negara Teluk Arabia lainnya, Qatar memiliki laporan pelecehan paling sedikit per rumah tangga, sedangkan Bahrain memiliki yang tertinggi.